Kubu Prabowo dikabarkan menolak debat dalam acara paparan kedua Capres. Padahal dari Pilpres sebelumnya, debat adalah hal yang biasa. Justru sebagai gambaran bahwa demokrasi kita kini sudah dewasa.
Capres memang perlu memaparkan pikiran dan rencananya. Mau dibawa kemana Indonesia masa depan. Mereka saling berlaga ide dan gagasan. Saling menjelaskan apa yang akan mereka lakukan lima tahun nanti.
Rakyat menilai sebelum menentukan pilihan.
Tapi itu semua paparan itu harus diuji. Apakah cuma buat ngebanyol seperti OK-OCE ketika Pilkada Jakarta yang lalu. Atau benar-benar ide yang genuin. Mengujinya yang dengan dipertanyakan. Dikritik. Direspon dan dilihat kemungkinan mewujudkanya.
Bisa saja seorang Capres ngomong soal Indonesia Adil dan Makmur. Tapi dia tinggal di istana yang luas dan megah. Tidak pernah berinteraksi dengan rakyat di sekelilingnya. Atau dari perilakunya sama sekali tidak menunjukan sikap adil. Sedangkan makmur hanya untuk dirinya dan golongannya saja.
Jadi adil buat siapa? Makmur untuk siapa?
Bisa juga Cawapres bicara soal memajukan ekonomi rakyat. Tapi ketika dia sebagai pengusaha, banyak kisah gak manis terdengar. Dia menelikung mentor dan ayah angkatnya sendiri. Perusahaan yang ditake-over dibiarkan bangkrut dan karyawannya terlunta-lunta.
Bisa juga Capres bombastis bicara akan stop impor. Tapi ketika nimpuk orang pakai HP, eh HP-nya juga barang impor. Itu kan, gak konsisten.
Atau mereka teriak anti asing, aseng, asu. Tapi di saat lain, mengaku dididik secara barat. Maksudnya mau menunjukan dia adalah produk Barat yang siap mengabdi pada kepentingan mereka.
Bisa juga Capres dan Cawapres menjual dagangan bahwa mereka hasil pilihan ijtimak ulama. Tapi begitu diajak tes baca Alquran, alasannya segudang.
Nah, debat Pilpres mungkin saja akan menyoroti konsistensi seorang Capres oleh Capres lainnya. Jangan cuma modal bacot doang, ngomong sekebon, tapi gak bersedia diuji omongannya. Gak bersedia mendebatkan isi kepalanya.
Jika KPU meloloskan usul kubu Prabowo bahwa tidak perlu ada debat Capres, artinya KPU membawa demokrasi Indonesia balik lagi ke jaman dulu. Dimana semua serba monolog. Serba doktrin. Rakyat dianggap sapi bodoh yang gak tahu apa-apa. Capres bukan murobi. Dan rakyat bukan anak liqo yang gak boleh berfikir sendiri.
Debat Capres adalah refleksi dari persaingan yang sehat dan fair. Kesiapan mental untuk debat dan dialog antar Capres, adalah wujud kesiapan mereka untuk menang. Juga siap untuk kalah.
Menghindari debat bisa dicurigai karena ada yang ketakutan slogan bombastisnya dipereteli satu-satu. Mana yang rasional dan mana yang ngaco. Malunya kayak orang didodori celananya. Eh, ternyata gak ada isinya.
KPU sebagai pelaksana Pemilu punya otoritas. Tanggungjawab mereka bukan hanya memastikan Pemilu berjalan fair. Juga mendorong demokrasi kita makin dewasa. Makin terbuka pada dialog. Pilpres hanyalah pesta lima tahunan biasa. Sebuah tradisi demokrasi.
Dengan debat Pilpres, pemilih tidak lagi seperti membeli kuda dalam karung. Semuanya terang benderang.
"Namanya Pilpres secara langsung, ya harus debat dong, mas. Kalau gak mau debat, suruh ikut cerdas cermat aja," seloroh Abu Kumkum.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews