Perusuh Tewas Cuma Dapat Ucapan Ini dari Prabowo dan Dipikul Anies

Dalam konteks kampanye seolah sudah menang ini sangat merusak nalar banyak orang. Mereka terbawa narasi masif dan terencana.

Rabu, 26 Juni 2019 | 20:26 WIB
0
436
Perusuh Tewas Cuma Dapat Ucapan Ini dari Prabowo dan Dipikul Anies
Pengunjuk rasa 22 Mei (Foro: Republika)

Para perusuh menggelepar, tewas. Hanya ucapan belasungkawa dari Prabowo yang didapat. Juga pikulan sebagai mayat oleh Anies Baswedan. Tidak mendapatkan apapun. Mati konyol sia-sia. Jokowi ogah mengucapkan belasungkawa kepada perusuh negara.

Ini yang perlu kita buka. Kita mendorong TNI/Polri untuk membuka kedok otak kerusuhan termasuk yang membunuhi para perusuh – yang jelas dilakukan oleh para unsur perusuh sendiri. Eksekusi terhadap para perusuh pun dilakukan secara darah dingin. Tanpa ampun mereka dieksekusi dari jarak dekat – secara sadar untuk dikorbankan.

Rancangan Chaos

Padahal rancangan kerusuhan besar (chaos) untuk memenangkan Prabowo sudah rapi. Narasi, komporan, provokasi telah dibangun oleh Prabowo, Fadli Zon, Kivlan Zen, Amien Rais, Eggi Sudjana, Dahnil Anzar Simanjuntak, para pentolan PKS, HTI, dan khilafah. Slogan menuntut keadilan dan pemilu curang dibangun untuk mendelegitimasi KPU, Bawaslu, TNI/Polri, dan menurunkan Jokowi (maka di sini relevansi makar bertemu.)

Perusuh yang tewas dibunuh sia-sia konyol tak ada harganya. Mereka dibohongi untuk berjihad dengan janji surga. Keluarga perusuh pun malu bukan kepalang mengambil mayat para pesuruh diam-diam. Benar-benar kekejaman skenario jahat.

Pembunuhan terhadap Perusuh Direncanakan

Narasi martir, jihad, jihad konstitusional, perang dibangun dengan sempurna. Slogan dan jargon menegakkan keadilan digelorakan. Pembangunan opini pemilu curang sudah dibangun sejak sebelum pencoblosan, jauh hari sebelum kampanye dimulai.

Tujuan menuduh pemilu curang adalah pasang dua kaki. Jika menang – dan harus menang tak mau kalah – Prabowo tidak akan mengatakan pemilu curang. Buktinya suara Gerindra dan PKS yang naik diterima. Hanya Pilpres yang keok maka Prabowo menolak. Jika kalah maka ada amunisi untuk melakukan gerakan cara paksa yakni makar, memberontkan lewat kekuatan rakyat, people power.

Skenario chaos pun telah dibangun. TNI/Polri akan dijadikan sasaran kebencian ketika ada perusuh tewas. Maka dibunuhlah beberapa orang tersebut untuk dijadikan korban. Dengan gempita Anies Baswedan tampil di televisi menyebut kematian perusuh.

Bahkan untuk glorifikasi (membesar-besarkan hal kecil) agar Indonesia tambah rusuh dia mengangkat mayat, memikul mayat seperti di Gaza dan Palestina. Tujuan Anies Wan Abud adalah agar rakyat terpicu provokasi dan bergerak, demo besar. Saat bersamaan Prabowo melakukan konferensi pers. Tujuannya untuk menggerakkan massa yang lebih besar. Jihad.

Para pembunuh bayaran pun berkeliaran. Yang sudah dicokok Polisi ya Iwan dengan otak pembunuhan Kivlan Zen. Polisi kini tengah menelusuri pembunuh 8 orang perusuh. Karena perusuh itu ditembak secara sengaja untuk kepentingan publikasi.

Hal ini sesuai dengan keterangan Hermawan Sulistyo terkait tembakan tunggal. Satu peluru. Bagaimana dalam kerusuhan orang bisa menembak dengan satu tembakan, dan senjata Glock yang pelurunya berulir putar ke kanan.

“Pelaku penembakan pada aksi 22 Mei 2019 bukan polisi,” kata Staf Komunikasi dan Informasi BIN Wawan Purwanto, seraya menambahkan bahwa BIN menerima data senjata yang ditembakkan bukan berasal dari TNI atau Polri.

Ambulans ACT dan Dompet Dhuafa

Tak sampai di lokasi kerusuhan telah disiapkan ambulans dan orang-orang Dompet Dhuafa. ACT yang menyumbang untuk pemberontak dan ISIS di Syria. Orang-orang ACT dan Dompet Dhuafa secara ngawur menjelek-jelekkan aparat TNI/Polri. Yang menarik adalah untuk apa orang-orang ACT dan Dompet Dhuafa ada di lokasi kerusuhan? Kok tahu ada kebutuhan ambulans dan sebagainya? Untuk apa?

Tim pembuat video palsu kerusuhan di masjid pun disiapkan (sudah dicokok polisi). Tujuannya sekali lagi untuk memrovokasi publik agar melakukan gerakan massa. People power diinginkan oleh Prabowo, Amien Rais, Kivlan Zen, Eggi Sudjana, dan gerombolan PKS, FPI, khilafah, HTI, Garis, Karim (Komunitas Royatul Islam) dan Nahdlotul Umat.

Polisi Usut Pembunuhan Keji

Polisi harus mengusut pembunuh keji dan menghubungkan narasi jihad yang dibangun oleh Prabowo. Prabowo sendiri mengompori dengan narasi akan menulis surat wasiat segala. Upaya membohongi dan menyemangati untuk ikut demonstrasi dan ikut kerusuhan.

Dalam konteks kampanye seolah sudah menang ini sangat merusak nalar banyak orang. Mereka terbawa narasi masif dan terencana. Faktanya para ASN dan pegawai BUMN mendukung Prabowo – selain alasan susah korupsi, maling merampok uang rakyat. Prabowo digambarkan sebagai pemenang.

Kini menjadi tugas Polri untuk membuka lebar-lebar keterlibatan berbagai pihak termasuk Gerindra. Bukti pemakaian ambulans Gerindra tak terbantahkan. Pembagian amplop untuk perusuh dan jumlah perusuh dari Gerindra yang ditangkap pun tak terbantahkan.

Pembukaan fakta konektivitas ini penting semata untuk kehormatan Polri dan TNI. Juga untuk membuka kebenaran yang jika tidak dibuka, narasi hoaks yang dibangun oleh pendukung khilafah, dianggap sebagai kebenaran. Hal ini pun juga penting untuk Jokowi dan Polri. Ini semata agar pembunuhan keji berencana terhadap perusuh tidak meninggalkan catatan buruk tentang kasus yang diinisiasi dan dirancang oleh perusak NKRI.

Ninoy N Karundeng, penulis.

***