Kalau Gak Suku Jawa Gak Usah Nyapres

Walaupun kemungkinannya sangat kecil, tetap ada peluang presiden kita bukan bersuku Jawa. Sistem tata negara kita tidak ada mensyaratkan presiden wajib bersuku Jawa.

Sabtu, 24 September 2022 | 20:35 WIB
0
140
Kalau Gak Suku Jawa Gak Usah Nyapres
Luhut Panjaitan (Foto: kompas.com)

“Apa hanya dengan menjadi presiden, kau bisa mengabdi? Kan tidak juga. Harus tahu diri juga. Kalau kau bukan orang Jawa, pemilihan langsung hari ini -saya tidak tahu 25 tahun lagi -sudah lupakan saja" ~ LBP

Oppung kita yang saat ini udah berusia 75 tahun, memang salah satu sosok tokoh politik yang paling kontroversial di negara kita, seperti yang terkait dengan bisnis tambang, tes PCR, Pandora Papers, tiket masuk candi Bodobudur dan berbagai posisi jabatan atau tugas yang diembankan presiden Jokowi kepadanya.

Ucapan, pemikiran atau kebijakannya seringkali menjadi viral. Kali ini menjadi viral karena pernyataannya saat ngobrol bareng dengan Rocky Gerung beberapa hari yang lalu di chanel Youtube RGTV.

Selain sumber daya alam, bangsa kita kaya sekali dengan jenis suku. Jumlahnya mencapai angka 700an yang tinggal menetap di 17 ribuan pulau. Suku Jawa adalah suku yang paling banyak, mayoritas, sekitar 40%. Berarti sekitar 100 juta dari 270 jutaan penduduk Indonesia.

“Jawa adalah kunci!”, pernyataan tersebut sangat populer. Disebut oleh aktor Syubah Asa yang memerankan DN Aidit, tokoh Partai Komunis Indonesia dalam film Gerakan 30 September PKI. Dalam ranah politik, pendapat itu tepat sekali.

Sesiapa saja yang bisa menguasai Jawa, ia akan menguasai Indonesia.

Seluruh presiden kita, semuanya suku Jawa, kecuali BJ Habibie yang jadi presiden karena Soeharto mengundurkan diri, bukan dari hasil pilihan rakyat. Itupun setengah darahnya suku Jawa yang berasal dari Ibunya.

Dengan demikian, wajar sekali kebudayaan Jawa sangat mempengaruhi kepribadian dan karakter bangsa Indonesia. Wajar sekali pemimpinnya bersuku Jawa. Ya, dalam hal ini saya sangat setuju dengan pendapat Oppung Luhut.

Ini samasekali gak ada hubungannya dengan sentimen SARA, samasekali gak ada maksud untuk menjegal sosok-sosok yang bukan bersuku Jawa untuk nyapres, hal tersebut adalah konsekuensi logis alamiah dari sistem politik demokrasi yang sedang kita gunakan.

Bagaimanapun, walaupun kemungkinannya sangat kecil, tetap ada peluang presiden kita bukan bersuku Jawa. Sistem tata negara kita tidak ada mensyaratkan presiden wajib bersuku Jawa.

Saya sependapat (lagi) dengan Oppung, mungkin dalam beberapa dekade ke depan, mungkin juga dalam waktu yang lebih dekat dikarenakan suatu peristiwa politik yang sangat luar biasa, presiden kita bukan bersuku Jawa.
Klo bukan beragama Islam? Pada prinsipnya, ya sama saja dengan uraian saya diatas.

[- Rahmad Agus Koto -]