Oleh : Savira Ayu
Sudah banyak negara yang membuka pintu bagi Warga Negara Indonesia (WNI) sebagai imbas kesuksesan Pemerintah Indonesia dalam menangani Covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian Covid-19 Pemerintah tidak saja diakui oleh publik dalam negeri, namun juga masyarakat internasional.
Pandemi membuat mobilitas kita terbatas sehingga traveling hanya ada di angan-angan. Akan tetapi, ada sebagian pekerjaan yang menuntut untuk tetap bermobilitas hingga ke luar negeri, seperti diplomat, wartawan, dll. Mereka harus mau pergi ke sana walau di tengah pandemi, demi tugas dari kantor.
Sejak awal pandemi ada banyak negara yang memberlakukan restriction dengan ketat, misalnya Korut dan RRC. Pembatasan ini dilakukan agar tidak ada penularan corona dari turis asing. Kita memakluminya, karena pandemi adalah masa prihatin.
Akan tetapi aturan ini sudah direvisi sejak september 2021. Sudah ada banyak negara yang membuka pintu lebar-lebar, bagi WNI yang ingin masuk ke sana. Di antaranya Filipina, Malaysia, Turki, Saudi Arabia, dan Amerika Serikat. Pelonggaran ini terjadi karena situasi di negara-negara tersebut sudah aman dan mayoritas banyak yang divaksin, sehingga mereka tidak lagi paranoid akan tertular corona dari turis asing.
Pelonggaran, terutama di Saudi Arabia, amat disyukuri. Penyebabnya karena WNI bisa melakukan umroh dan haji, setelah sebelumnya sempat dilarang (karena hanya untuk warga asli Arab).
Ketika ada pencabutan larangan maka menunjukkan efektivitas penanganan corona di Indonesia. Penyebabnya karena mereka percaya bahwa para WNI yang masuk benar-benar sudah divaksin (menggunakan surat asli, bukan aspal). Selain itu, pemerintah Indonesia juga terbukti menangani corona dengan baik, sehingga dipercaya oleh banyak negara lain.
Pertama, saat vaksin corona sudah jadi, pemerintah bergerak cepat dengan memesan vaksin Sinovac dari RRC, dan disusul vaksin dari merek lain. Program vaksinasi nasional diwajibkan bagi seluruh WNI dan digratiskan. Beda dengan negara lain seperti Singapura yang harus bayar vaksinasi, yang biayanya jika dirupiahkan bisa mencapai 600.000 rupiah sekali suntik. Penggratisan ini membuktikan rasa sayang pemerintah Indonesia ke rakyatnya.
Selain itu, vaksinasi di Indonesia termasuk cepat, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tengara, sehingga menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menangani corona. Makin cepat adanya vaksinasi, makin banyak pula WNI yang sudah divaksin, dan sekarang lebih dari 50% penduduk sudah diinjeksi. Sehingga kekebalan kelompok bisa terbentuk dengan cepat.
Kedua, pemerintah Indonesia memberlakukan PPKM (yang terus diperpanjang) sehingga bisa menurunkan kasus covid di Indonesia, dari 50.000++ menjadi ‘hanya’ 700++ pasien per harinya. Prestasi ini juga turut dipantau oleh pihak luar negeri, di kolom berita internasional di surat kabar. Sehingga mereka tahu bahwa di Indonesia sudah relatif aman, yang berarti para WNI yang melancong ke luar negeri aman dari corona.
Ketiga, di Indonesia ada aturan protokol kesehatan 10M dan banyak yang tertib memakai masker. Ketertiban warganya menjadi nilai plus karena mereka bisa menjaga hidup sehat, sekaligus sering mencuci tangan, mengganti baju, dan menghindari keramaian. Tujuannya agar tidak kena corona.
Ketika para WNI datang ke luar negeri juga tidak langsung melenggang begitu saja dari pesawat terbang, tetapi harus karantina selama minimal 8 hari. Para WNI tertib saat dikarantina dan tidak ada yang melarikan diri dari hotel.
Ketertiban para WNI dan keseriusan pemerintah dalam menangani pandemi covid-19, membuat banyak negara membuka pintunya lagi untuk rakyat Indonesia. Mereka lega karena bisa pergi lagi ke luar negeri untuk bekerja atau kuliah.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews