Sanggupkah Prabowo Tangkal Pengaruh Khilafah?

Mampukah Prabowo menjaga Pancasila dan membentengi NKRI? Semoga Prabowo tidak menjadi frustasi.

Selasa, 9 April 2019 | 20:42 WIB
0
343
Sanggupkah Prabowo Tangkal Pengaruh Khilafah?
Suasana kampanye terbuka Calon presiden nomor 02 Prabowo Subianto di Cibinong, Jawa Barat, Jumat (29/3/2019).(KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO)

Pada debat ke-4 capres yang lalu (30/3/2019), Prabowo menyatakan bahwa beliau tidak akan mendukung tegaknya khilafah karena sangat bertentangan dengan Pancasila.

"Kenapa saya dituduh mengubah Pancasila? Sungguh kejam itu!," kata Prabowo. 

Usai debat pun Prabowo kembali menegaskan hal itu ketika ditanya ulang oleh para awak media.

"Tidak dengar tadi pidato gue? Yang akan mengubah negara Pancasila akan berhadapan dengan saya. Ya biasalah namanya politik. Masa gue dukung khilafah, yang benar aja," tegas Prabowo. 

Kok pidato, bukannya acaranya debat ya? Setahu publik Prabowo bukan sedang berpidato pada saat itu, tapi berdebat atau beradu argumen dengan rivalnya, Jokowi.

Tapi ya sudahlah, yang penting clear ya, Prabowo paham khilafah berpotensi akan mengubah Pancasila yang merupakan ideologi negara.

Pertanyaannya, bagaimana mungkin Prabowo mengaku tidak pro-khilafah sedangkan sebagian dari para pendukungnya adalah eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)?

"#2019GantiPresiden adalah gerakan rakyat yang sudah emohterhadap rezim zalim, bohong, dan ingkar janji," ujar Ismail Yusanto, Juru Bicara HTI. 

Prabowo sudah tahu terkait dukungan itu? Atau pura-pura tidak tahu?

Perlu diketahui, HTI dibubarkan dan dinyatakan terlarang oleh pemerintah karena ormas tersebut diketahui bertujuan ingin mendirikan negara khilafah di NKRI. Keputusan pemerintah ini turut diperkuat pula oleh majelis hakim di pengadilan.

"Menimbang bahwa karena penggugat (HTI) sudah terbukti ingin mendirikan negara Khilafah Islamiyah di NKRI tanpa ikut pemilu dan hal tersebut sudah dalam bentuk aksi dan bukan hanya konsep atau pemikiran," ucap Cahya Indra Permana, Ketua Majelis Hakim PTUN Jakarta, saat membacakan putusan atas gugatan yang dilayangkan HTI (7/5/2018). 

Salah satu bukti nyata bahwa HTI memang berniat mendirikan negara khilafah yakni terbitnya buku "Struktur Negara Khilafah" oleh mereka pada 2005.

Prabowo pernah membaca buku itu? Kalau belum, harusnya baca. Publik ingin tahu seperti apa reaksi dan penilaian Prabowo. Apakah beliau menganggapnya biasa saja atau dengan sikap lain. Sebagai seorang (mantan) prajurit, Prabowo semestinya kepo dan kemudian marah ketika buku sejenis itu terbit di bumi pertiwi yang sangat beliau cintai. Selanjutnya Prabowo juga harusnya menegur para kadernya yang ikut membela HTI di pengadilan.

Baiklah, Prabowo tentu akan mengatakan bahwa HTI secara organisasi sudah resmi dibubarkan, dan segala aksi-reaksi terhadapnya tidak perlu diperpanjang.

Pertanyaannya, betulkah HTI benar-benar bubar? Benarkah buku mahakarya mereka tadi sudah dihanguskan dan isinya dilupakan? Betulkah pula mereka sudah bertobat dan berkomitmen menjunjung tinggi Pancasila?

HTI secara organisasi bubar atau terkubur (sementara), sedangkan orang-orang yang (pernah) tergabung di dalamnya masih hidup dan beraktivitas seperti biasa.

Mengapa anggota HTI akhirnya nyaman dengan Prabowo? Oh kalau dengan Jokowi sangat tidak mungkin. Jokowi sudah menjadi musuh mereka. Pilihan terakhir mereka ya Prabowo, walaupun mereka tahu Prabowo sering tegas mengaku nasionalis dan patriotis. Sementara itu tidak menjadi soal, yang penting mereka terlindungi dan selamat. Mereka pasti berharap Prabowo mau membangkitkan lagi ormas HTI pada saat yang tepat.

Lalu mengapa Prabowo tampaknya sangat bersyukur didukung HTI?

Jelas, suara anggota HTI modal buat meraih kemenangan Pilpres 2019. Tidak boleh disia-siakan, hanya orang bodohlah yang menolak dukungan. Himpunan jin dan kawanan setan pun kalau punya hak pilih sangat berarti dalam menyokong perjuangan.

Lah katanya anggota HTI tidak suka demokrasi serta benci pemilu digelar?

Ingat, demi masa depan cerah, apa pun bisa dikesampingkan sementara. Lagi pula paku, kertas suara dan tinta ungu di TPS tidak akan sampai mengubah haluan misi HTI sebelumnya.

Tahukah Prabowo bahwa yang dipersoalkan sebagian rakyat Indonesia bukan masalah dukungan anggota HTI di TPS kepada beliau?

Yang dipersoalkan adalah mengenai prinsip "tidak ada makan siang gratis". Sangat mustahil anggota HTI mendukung Prabowo tanpa ada tawar-menawar tertentu!

Apakah Prabowo siap menggebuk mereka untuk kedua kalinya setelah berhasil memenangkan Pilpres 2019? Sangat tidak mungkin. Prabowo gebuk, anggota HTI balik menggebuk, bagaimana dan apa pun cara mereka.

Tegakah Prabowo untuk tidak melibatkan sebagian anggota HTI masuk ke dalam struktur pemerintahan kelak? Tentu tidak. Prabowo akan membalas jasa perjuangan mereka dengan hadiah jabatan penting, karena jelas mereka sangat menginginkan itu. Dan kalau sudah begitu, maka perlahan namun pasti, misi khilafah bakal terwujud.

Mampukah Prabowo menjaga Pancasila dan membentengi NKRI? Semoga Prabowo tidak menjadi frustasi.

***