Perjuangan Berat Melawan Bangsa Sendiri

Sejarah membuktikan, Bung Karno tidak dilahirkan oleh partai, karena dialah yang melahirkan partai. Tapi meski begitu, Soeharto menelikungnya.

Selasa, 7 September 2021 | 08:56 WIB
0
173
Perjuangan Berat Melawan Bangsa Sendiri
Mural (Foto: Facebook/Sunardian Wirodono)

"Aku rindu menyelesaikan pekerjaan besar dan mulia, tapi tugas utamaku adalah untuk menyelesaikan pekerjaan kecil seakan itu pekerjaan besar dan mulia," demikian tulis Helen Keller (1880 - 1968), penyandang tunanetra dan penulis. Tapi apa sesungguhnya yang terjadi?

Dari sekian banyak bertemu top-idolatry, saya bayangkan demikian pula sekiranya saya ketemu Ken Arok, Patih Gadjah Mada, Pangeran Sudjono, Prabu Anglingdarma, Batman, Sukarno, Tan Malaka, Ki Ageng Suryomentaram, dan beberapa nama yang saya tak berani terbuka menyebut (takut dituding penistaan nama).

Ketika usia remaja, sebagaimana Bung Karno merumuskan agar kita menggantungkan cita-cita setinggi langit, para pangeran dalam wira-cerita dunia, acap digambarkan pada akhirnya hanyut dalam kesunyian bernama rutinisme. Alah bisa karena biasa.

Pada akhirnya, tak ada yang istimewa, kecuali hidup dikelilingi para oprtunis, atau kaum peminta-minta, yang membutuhkan obat untuk kegelisahan mereka. Hingga Sukarno pun menyimpulkan, sekaligus memberi nasihat pada anak-anak muda, "Perjuanganmu akan lebih berat, karena melawan bangsamu sendiri..."

Kok bisa sesama bangsa berlawanan, bahkan sampai pun di jaman pandemi nasional? Karena pejabat pemerintah memang lebih bertaniah pada partai politik, dan partai politik hanya setia pada ketua umumnya, yang selalu bermimpi namun tak pernah menggapainya.

Sejarah membuktikan, Bung Karno tidak dilahirkan oleh partai, karena dialah yang melahirkan partai. Tapi meski begitu, Soeharto menelikungnya. Juga ketika makbedundug Habibie menggantikan Soeharto. Megawati juga mesti diganjal dulu lewat kasus naiknya Gus Dur.

Sementara munculnya pepesan kosong dari dominasi militer, yang direpresentasikan dalam sosok SBY, tidak equivalen dengan mimpi yang dirindukan.

Jokowi? Mungkin terlalu cepet datangnya, atau mungkin itu yang ideal karena perubahan tidak mudah. Diperlukan orang yang tidak mudah baperan.

Terus apa hubungannya dengan Helen Keller? Tentu saja tidak ada, karena Helen bukan anggota serikat buruh Indonesia. Metharsen with love 'n peace!

@sunardianwirodono