Menakar Peluang Anies Baswedan dan Ridwan Kamil di Pilpres 2024

Belum lagi dengan nama Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa tengah, diam-diam sosok yang satu ini dianggap sebagai Kuda Hitam yang siap mengancam lawan-lawannya.

Rabu, 10 Juni 2020 | 12:46 WIB
0
288
Menakar Peluang Anies Baswedan dan Ridwan Kamil di Pilpres 2024
Ridwan Kamil dan Anies Baswedan (jpnn.com)

Dua nama gubernur yang wilayah kekuasaannya bertetanggaan itu seringkali disebut-sebut sebagai kandidat yang memiliki kans yang cukup kuat dalam pemilihan Presiden 2024 mendatang.

Ya, Gubernur DKI Jakarta, Anies R. Baswedan. Gubernur Jawa barat, Ridwan Kamil. Dua nama yang sudah tidak asing lagi bagi publik, lantaran seringkali diekspos media. Ditambah lagi keduanya pun begitu aktif  bersosmed-ria. Coba cek follower keduanya kalau tidak percaya. 

Tapi jangan salah. Kalau di sosial media tidak hanya fans beratnya saja yang aktif berkomentar. Memberikan dukungan, maupun puja-puji dengan apa yang diposting Sang pujaan - tentu saja. 

Dalam kenyataannya kaum 'haters'-nya pun tak kalah garang. Komentar berupa cemooh yang identik dengan nyinyiran yang sudah dianggap melewati adab dan tata-krama begitu banyak ditemukan. 

Kalau menengok kembali terpilihnya Anies dan Kang Emil - sapaan akrab Gubernur Jawa barat, tentunya peran parpol pendukung keduanya memiliki andil cukup besar juga. Anies yang maju Pilgub DKI Jakarta 2017 lalu bersama pasangannya Sandiaga Uno didukung oleh partai Gerindra dan PKS. Sementara Ridwan Kamil yang berpasangan dengan Uu Ruzhanul Ulum dalam Pilgub Jabar, diusung partai Nasdem, PPP, PKB, dan Hanura. 

Dalam Pilgub DKI Jakarta yang sampai harus dilaksanakan dua putaran itu, Anies-Sandi Uno harus bertarung melawan pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, dan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat di putaran pertama. 

Lantaran pasangan AHY-Sylviana tidak mampu meraih suara yang signifikan, maka selanjutnya Anies-Sandi kembali bertarung dengan BTP-Djarot di putaran kedua. Sampai ahirnya Anies-Sandi pun tampil sebagai pemenangnya dengan raihan suara sebesar 57,96 persen, dan rivalnya BTP-Djarot hanya meraih 42,04 persen suara saja.

Hanya saja, dalam Pilgub DKI Jakarta 2017 itu ada catatan yang  tak akan pernah lekang dalam ingatan, bahkan bisa jadi dianggap sebagai catatan kelam dalam sejarah pesta demokrasi di negeri ini, khususnya dalam pemilihan umum kepala daerah.

Betapa tidak jargon menghalalkan segala cara demi meraih kuasa, begitu jelas tampak dengan kasat mata. Dan sampai menjadi perhatian dunia. Isu SARA - yang seharusnya pantang untuk digunakan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang berpegang pada semboyan Bhineka tunggal Ika, ketika itu sudah tak mampu dipertahankan lagi.

Baca Juga: Kisah Sukses Ridwan Kamil [1] Tahun 2013–2018 Bandung Juara

Bahkan Basuki Tjahaja Purnama ketika itu tidak hanya harus menelan kekalahan dari Anies Baswedan, tetapi juga kudu meringkuk dalam sel penjara akibat dakwaan pencemaran agama yang sebelumnya digaungkan musuh-musuh politiknya.

Sementara dalam Pilgub Jabar 2018, pasangan RK-Uu, ketika itu harus bertarung menghadapi tiga pasangan kandidat yang menjadi rivalnya, yakni pasangan Tb Hasanudin-Anton Ch, Sudrajat-A Syaikhu, dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi. Hasi perolehan suara masing-masing adalah  32,88 prsen diraih RK-UU, sementara TB Hasanudin-Anton Ch 12,62 persen, Sudrajat-Syaikhu 28,74 persen, dan Deddy-Dedi 25,77 persen suara.

Kesuksesan mantan Walikota Bandung itu menduduki Jabar-1 tak lepas dari popularitasnya yang dianggap bagus saat memimpin kota Bandung juga. Banyak gebrakan yang dilakukannya dalam menjalankan berbagai program unggulannya yang dianggap memiliki keberpihakan kepada rakyat banyak. 

Akan tetapi kesuksesan Anies dan Ridwan Kamil menduduki kursi Gubernur masing-masing di provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat, belumlah menjadi tolak ukur yang bakal memuluskan keduanya dapat melenggang menuju Pilpres 2024 kelak.

Kinerja selama memimpin daerahnya pun selama ini akan ikut menentukan juga. Belum lagi dengan beberapa pesaingnya yang juga banyak disebut-sebut memiliki peluang yang sama. Bahkan di antaranya sebagaimana hasil beberapa lembaga survey, ada kandidat yang memiliki elektabilitas lebih tinggi dari keduanya.

Sebagaimana banyak diberitakan media, mantan Mendikbud pada Kabinet Jokowi-JK itu, tatkala memimpin provinsi DKI Jakarta seringkali tidak sesuai dengan ekspektasi warganya sendiri. Anies dianggap lebih pandai merangkai kata-kata daripada bekerja nyata untuk rakyatnya. Bahkan dalam penanganan pandemi virus Corona sekarang ini, seringkali kebijakan Anies cenderung  bertolak belakang dengan Jokowi. 

Demikian juga dengan yang terjadi pada Ridwan Kamil dalam penangan Covid-19 di daerahnya, tampaknya seringkali mendapat kritikan pedas dari warganya. Terutama dalam penyaluran bantuan sosial (Bansos) yang dianggap tidak tepat sasaran, dan lebih banyak bersuara di media sosial ketimbang bekerja di lapangan.

Sehingga hal itu pun, terlepas dari pemberitaan tersebut akurat tidaknya, kiranya patut mendapat perhatian juga. Terlebih lagi apabila kembali berbicara tentang persaingan elektabilitas di luar nama Anies dan RK. 

Menteri Pertahanan, dan juga ketua umum partai Gerindra, yakni Prabowo Subianto, sebagaimana dirilis beberapa lembaga survey, ternyata sampai saat ini masih menduduki posisi paling atas. Terlebih lagi pesaing beratnya dalam dua kali Pilpres, Jokowi, dalam Pilres 2024 mendatang sudah dipastikan tidak akan bisa ikut berlaga lagi.

Belum lagi dengan nama Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa tengah, diam-diam sosok yang satu ini dianggap sebagai Kuda Hitam yang siap mengancam lawan-lawannya. Hal itu bisa jadi lantaran kinerjanya  yang banyak mendapatkan respek jempolan, tidak hanya dari warga Jawa tengah saja, melainkan banyak mata di luar pun menyaksikannya. 

Terlebih lagi bila sekiranya masih suka memperhatikan otak-atik gethuk. Sebagaimana yang pernah dibahas kemarin. Menurut mitos yang ramai dibicarakan, konon salah satu syarat bagi calon Presiden RI, adalah harus sosok yang memiliki nama dengan huruf ahir "O".

Wah, kalau demikian Anies dan Kang Emil jangan-jangan tak punya lagi peluang.

***

Baca juga artikel Mitos atawa Fakta, Nama Presiden RI Harus yang Berahiran Huruf "O" Saja?