Kapolri Dukung Presiden Jokowi dari Ancaman "Politik Corona"

Sebagai ahli strategi, Jokowi punya insting kuat, tidak lock down. Tak terbayangkan jika hari ini Menhan Indonesia bukan Prabowo. Kali ini terbukti Prabowo menjadi benteng pemersatu.

Senin, 23 Maret 2020 | 07:27 WIB
0
278
Kapolri Dukung Presiden Jokowi dari Ancaman "Politik Corona"
Kapolri Idham Aziz dan Presiden Jokowi (Foto: Facebook/Ninoy N. Karundeng)

Idham Aziz melakukan langkah politis cerdas mendukung Jokowi dari ancaman politik di tengah merebaknya virus Corona. Maklumat Kapolri adalah upaya membentengi Jokowi dari tekanan oposisi yang ingin Indonesia chaos.

Jepitan kepada Jokowi membuatnya melakukan manuver. Manuver sulit untuk menyelamatkan NKRI dan sekaligus menangani virus Corona Covid-19. Isu Corona sejatinya akan dijadikan momen untuk menjatuhkan Jokowi – di awal merebaknya virus.

Jusuf Kalla dan Anies Baswedan diikuti oleh proxy mereka berteriak sama. JK berteriak Lockdown. Anies menyebut 6.000 warga DKI Jakarta akan terinveksi virus Corona. Fahira Idris berteriak tentang korban virus Corona yang berujung dia dilaporkan ke polisi.

Lalu di media sosial hoaks berkembang yang tentu disetir oleh kalangan kadal gurun. Suka tidak suka. Sandiaga Uno berteriak tentang ekonomi. Fadli Zon, Rizal Ramli berteriak nyinyir.

Zon malah mengata-ngatai Walikota Surabaya Risma yang melakukan pekerjaannya. Membagi masker gratis – dengan tetap melakukan social distancing, dan menempatkan banyak sanitazers di jalanan Surabaya.

Pun, Risma menggerakkan Satpol PP untuk meminta warga tetap di rumah. Jika ada anak sekolah keluyuran di jalanan, maka akan ditangkap dan orang tuanya dipanggil ke kantor Satpol. Hasilnya? Warga Surabaya mayoritas patuh tinggal di rumah (sebagian warga asal Madura di Jatim dan Surabaya tampak banyak tetap beraktivitas biasa).

Rizal Ramli nyinyir soal stimulan ekonomi kebijakan Indonesia dalam menghadapi virus Corona. Mulut Rizal yang menyatakan Sri menutupi kondisi ekonomi Indonesia. Dan, Corona jadi alasan. Tuduhan khas kalangan pembenci pemerintahan Jokowi.

Jokowi sangat paham. Teriakan nyaring JK dan Anies soal Corona adalah tanda awal. Terbukti ada gerakan yang menyatakan upaya Jokowi menghimbau warga di rumah, menghindari kerumunan, beribadah di rumah, digiring ke isu politik.

Jokowi harus bermain cantik. Tidak terjebak untuk mengikuti skenario untuk lockdown Indonesia. Memang di awal Menteri Pariwisata blunder mendorong warga bepergian dengan iming-iming tiket pesawat murah. (Saya berteriak itu kebodohan di tengah pandemik Corona.)

Lockdown di Indonesia TIDAK akan dipatuhi. Mereka akan ngeyel, bandel. Alasan tentang virus sebagai ciptaan Allah dan jangan takut kepada virus beredar. Perbandingan yang tidak seimbang. Namun, ini masuk ke dalam alam para kadal gurun. Skenario pengumuman lackdown akan dijadikan alasan untuk menyerang pemerintah. Ekonomi ambruk total – barang langka. Akibatnya? Jokowi disalahkan.

Maka Jokowi menggunakan strategi lain. Himbauan tinggal di rumah. Menjauhi kerumuman. Terbukti justru manusia seperti Anies Baswedan menciptakan kerumunan. Caranya? Melakukan pembatasan transportasi di Jakarta. Membagikan masker gratis yang menciptakan kerumuman, berdesakan. Lalu, bazar murah yang membuat warga berdesakan.

Kalangan penganut agama sebagian besar tetap melaksanakan kegiatan sholat Jumat dan kegiatan rutin lain. Tidak patuh untuk berdoa di rumah. Bahkan di media beredar menuduh pemerintah anti masjid dan sebagainya. Gatot Nurmantyo malah menyuruh memakmurkan masjid.

Baca Juga: Berkat Operasi Senyap Prabowo Diganjar Sebagai Menteri dengan Kinerja Terbaik

Sama dengan imbauan Edi Rachmayadi yang meminta jangan meninggalkan masjid karena takut Corona. Pemelintiran isu atas imbauan untuk beribadah di rumah. Himbauan Jokowi yang berlaku juga untuk umat Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu dan Kepercayaan.

Maka, Jokowi tidak melakukan lockdown. Sebagai ahli strategi, Jokowi punya insting kuat. Tak terbayangkan jika hari ini Menhan Indonesia bukan Prabowo. Kali ini terbukti Prabowo menjadi benteng pemersatu. Bukan hanya membentengi Jokowi, namun membentengi NKRI. Yang tidak setuju Prabowo masuk ke pemerintahan akan paham ketika kini Prabowo sangat dibutuhkan kekuatan pemersatunya di kalangan TNI.

Kapolri Idham Aziz sebagai ahli anti terorisme bergerak cepat. Pengamanan ancaman terorisme – saat terjadi wabah juga ditangani dengan baik. Instink politik Idham Aziz terbukti. Idham Aziz mengambil peran mendukung Jokowi terkait pembatasan aktivitas warga agar tinggal di rumah, melarang seluruh aktivitas pengumpulan massa dalam segala bentuk, budaya, keagamaan, seminar dan sebagainya.

Intinya Jokowi menginginkan pembatasan aktivitas warga. Tanpa menyebut kata lockdown yang jelas menimbulkan kepanikan. Karena Jokowi juga tahu warga tak akan patuh Lockdown. Maka dicari cara halus untuk membuat warga tinggal di rumah, membatasi kerumunan massa. Di tingkat Kapolres banyak melakukan pembubaran kerumunan untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.

Idham Aziz cerdas menangkap pesan Jokowi dengan tindakannya mengeluarkan Maklumat. Tak terbayangkan jika yang ngomong Jokowi. Karena yang berbicara Kapolri, maka kadal gurun kehilangan alasan untuk melawan larangan Kapolri. Jokowi memainkan strategi proxy cerdasnya! Bravo Polri. Top Jokowi! (Penulis: Ninoy Karundeng).