Tegas yang Tenang dan Tegas yang Temperamental, Pilih Mana?

Sabtu, 16 Maret 2019 | 05:12 WIB
0
317
Tegas yang Tenang dan Tegas yang Temperamental, Pilih Mana?
Sumber foto: Matamatapolitik.com

Satu tahapan di setiap pemilihan presiden yang paling menarik adalah debat antar calon atau pasangan calon. Jokowi dengan Prabowo yang bertemu untuk kedua kalinya dalam kontestasi ini lagi-lagi diadu dalam debat yang sengit. Karakter psikologis yang menonjolkan gaya bicara serta ritme emosi menjadi bagian paling menghibur dalam drama debat.

Dalam psikologi ada empat pembagian karakter manusia yang bisa dikombinasikan yaitu plegmatis, melankolis, sanguinis dan koleris. Orang dengan karakter plegmatis menunjukkan pribadi yang cenderung diam dan kalem, suka mengalah, memiliki rasa toleransi yang tinggi, mudah untuk disuruh dan selalu mau melakukan, suka mengalah, tak menyukai konflik.

Sedangkan, orang berkarakter melankolis cenderung bersikap rapi, teratur, terencana, dan mampu mempertimbangkan segala sesuatu dengan melihat hal- hal kecil. Orang dengan tipe melankolis suka mengatur orang lain, suka mengingatkan orang lain jika tidak sesuai, suka mengontrol semuanya sendiri, tidak mau kalah, bicaranya dingin, sesuai aturan atau baku dan menginginkan kesempurnaan.

Lain halnya dengan tipe sanguinis. Karakter ini tipe yang suka menjadi bahan perhatian, ingin selalu disenangi oleh orang lain, menyukai kepopuleran, memiliki rasa percaya diri yan gtinggi dan senang menjadi pusat perhatian, hidupnya tak teratur dan mengambil keputusan hanya dengan berpikir pendek. Kepribadian tipe sanguinis ini lebih kita kenal dengan sebutan temperamental atau tidak stabil secara emosional. Ia bisa terlihat senang tapi tiba-tiba meledak emosinya atau sebaliknya.

Satu lagi karakter yang menurut saya sama-sama adda dalam diri Jokowi maupun Prabowo yaitu koleris yang merupakan tipe kepribadian yang tegas dan tipe seorang pemimpin. Koleris sangat suka mengatur, suka petualangan, suka tantangan baru, memiliki ketegasan dalam menentukan keputusan, tidak mudah menyerah, tidak mudah mengalah. Mereka yang bertipe koleris siap untuk mengabdi sebagai pemimin bahkan cenderung jarang bersenang- senang.

Jokowi adalah seorang yang humoris. Hampir di setiap kesempatan bertemu wartawan yang sedang bertugas, Ia melemparkan candaan-candaan ke mereka. Di kesempatan menyapa masyarakat juga Jokowi tak pernah lepas dari gaya bercandanya. Sisi humoris seorang Jokowi menjadikan ia sosok yang hangat dan membuat suasana yang tegang menjadi lebih cair.

Sisi Koleris Plegmatik Jokowi

Walaupun Jokowi adalah pribadi yang tenang dan humoris, watak tegas juga kuat ia miliki. Di lima tahun era kepemimpinannya sudah banyak kebijakan "berani" yang ia ambil yang tak bisa dilakukan oleh pemimpinsebelumnya. Sebut saja kebijakan menteri Susi menghadapi kapal pencuri ikan yang sebenarnya adalah komando dari Jokowi. 

Pengembalian blok-blok minyak dalam negeri ke pengelolaan pemerintah dan pengambilalihan saham Freeport yang penuh resiko dan penolakan saja mampu Jokowi hadapi tanpa gentar sedikitpun. Di dalam kabinetnya, menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, pernah mengatakan bahwa Jokowi merupakan pemimpin yang tak bisa kompromi pada setiap kesalahan yang dianggapnya fatal. 

Menghadapi menteri-menteri di kabinet kerjanya Jokowi tak segan memecat jika ada ketidakcocokan dalam menetapkan dan menerapkan kebijakan. Jokowi sanggup untuk tidak popular dalam kebijakan-kebijakan yang sebenarnya memihak kepada rakyat kecil.

Sisi Koleris Sanguinis Prabowo

Prabowo adalah pribadi dengan karakter yang cukup tegas dan dibuktikan saat ia berkarier di militer dengan puncak karier sebagai komandan jenderal Kopassus. Prabowo pernah memimpin Kopassus dalam Operasi Mapenduma di Papua dan membebaskan 11 orang sandera yang ditahan oleh pemberontak Papua. 

Selain itu Prabowo juga pernah bergabung dengan opeasi tim Nanggala di Timor-timur yang kini menjadi Timor Leste. Tapi, di sisi lain Prabowo juga adalah figur yang temperamental. Ia pernah melempar handphonenya ke petinggi PPP saat ia marah.

Prabowo juga pernah memukul meja di hadapan beberapa orang ulama presidium 212 di sebuah pertemuan saat ia meyakinkan bahwa ia bisa menjadi pemimpin yang baik. Belum lama ini Prabowo malah marah di hadapan banyak awak media karena kegiatan Reuni Akbar 212 di Silang Monas sangat sedikit diliput oleh media.

***

 

Dua Karakter Bertemu di Debat
Saat koleris plegmatis bertemu koleris sanguinis dalam debat dimana keduanya diposisikan untuk memenangkan diri dalam tanya jawab, penguasaan dan penjelasan materi maka yang ada adalah watak keras yang gemas berhadapan dengan watak keras yang tenang.

Prabowo menyampaikan pertanyaan atau jawaban dengan polanya berbicara yang berapi-api. Walaupun tak semua jawaban debat ia kuasai tetapi ia tetap menyampaikannya dengan lantang. Di beberapa pertanyaan di debat kedua versi KPU saat calon presiden melawan calon presiden, Prabowo sempat tak berkutik memberikan jawaban hingga hanya bisa menyetujui dan mendukung pihak lawan. 

Momen ia paling terpancing emosi walaupun dipaksakan untuk terlihat tenang  adalah saat menjawab pertanyaan soal strategi mendukung industri Unicorn Indonesia. Prabowo tidak siap dengan jawaban karena ia tidak memahami betul apa itu Unicorn. Bahkan pada jawaban selanjutnya ia sempat terlihat marah kepada penonton yang tertawa dan meyakinkan bahwa yang ia katakana itu benar.

Jokowi berbicara dengan ritme lebih lambat tapi penegasan lebih pada intonasi dan vokal yang berat. Ia terlihat lancar tanpa terbata-bata menjawab setiap pertanyaan dan menanggapi jawaban lawan. Wajar saja, lima tahun terakhir ini Jokowi sudah bekerja dalam program-programnya di Indonesia dan apa yang ia jelaskan berdasarkan semua hal yang ia kuasai dalam kerjanya. 

Jokowi lebih banyak menjawab pertanyaan dalam posisi duduk dan tak terlihat bahasa tubuh yang gugup. Tetapi, pertanyaan Jokowi cukup membuat Prabowo gagap dalam menjawabnya. Ketegasan Jokowi tidak dilihatkan hanya dari intonasi suara tapi dalam apa yang ia ucapkan. Jokowi memakai strategi membalas dan menyerang lawan dengan intelegensia. Cukup dengan santai dan sampaikan yang ia pahami.

Ada kesenjangan pada debat kedua yang membuat tim Badan Pemenangan Nasional Prabowo Sandi (BPN Prabowo Sandi) langsung sibuk usai debat dengan memprotes apa yang Jokowi sampaikan. Berbagai tudingan pun diberikan ke arah Jokowi hingga tuduhan Jokowi memakai alat bantu komunikasi untuk dipandu menjawab yang akhirnya tudingan terbantahkan.

Masih ada setidaknya dua debat KPU lagi yang akan dihadiri oleh Jokowi vs Prabowo. Dua karakter ini selain tokoh kunci dalam kontestasi pilpres di tahun ini juga karena karakternya yang unik membuat pemirsa sekaligus pemilih selalu menunggu saat mereka tampil di debat. Semoga saja ini bukan hanya jadi tontonan hiburan tapi menjadi referensi yang kuat bagi pemilih cerdas untuk menentukan nasib bangsa Indonesia ke depan.