Pandangan manusia itu subjektif, berbeda dengan pandangan Tuhan. Dia maha tahu siapa yang paling berhak atas sebuah jabatan.
Entah pikiran apa yang hinggap dibenak Fadli Zon, bisa jadi dia panik, karena orang yang dia anggap pantas menjadi Presiden, berkali-kali mencalonkan diri menjadi Presiden, malah tidak pernah jadi Presiden.
Fadli Zon ini tipikal orang yang tidak meyakini Takdir Tuhan, bahwa apa yang baik dalam pandangannya belum tentu baik dalam pandangan Tuhan, begitu juga apa yang tidak pantas dalam pandangannya, ternyata pantas dalam pandangan Tuhan.
Buruk sekali reaksi Fadli Zon terhadap Pidato Petahana Presiden, Jokowi, saat beraorasi di Jogyakarta. Sehingga dia menganggap Jokowi tidak pantas jadi Presiden, bahkan untuk marahpun Jokowi dianggapnya tidak pantas.
Calon presiden nomor urut 01 Jokowi berapi-api, di saat berikan sambutan di hadapan ribuan pendukungnya, di acara deklarasi dukungan Alumni Jogja Satukan Indonesia di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Sabtu (23/3/2019).
Dalam pidatonya, Jokowi curhat tentang berbagai tuduhan dan fitnah yang dialaminya selama 4,5 tahun menjadi Presiden. Jokowi merasa sekarang saatnya dia melawan segala tuduhan dan fitnah tersebut.
Padahal, diamnya Jokowi selama ini adalah juga sebuah perlawanannya, dengan diam itulah membuktikan dia pantas menjadi Presiden, dan semua tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya, akan kembali kepada penuduhnya sendiri.
Pilpres 2019 yang akan datang, akan membuktikan apakah orang yang dianggap Fadli Zon pantas menjadi Presiden, akan memenangkan kontestasi pemilihan Presiden. Kalau seandainya kenyataannya tidaklah demikian, Fadli Zon harus mencabut pernyataannya.
Fadli Zon harus belajar lagi kepada guru yang Ma'ruf, agar tahu apa yang dinamakan kepantasan dimata Tuhan, supaya tidak terjebak oleh makna kepantasan dimata manusia. Supaya Fadli bisa kembali kepada pemikiran yang benar dan sebenarnya, bukan pemikiran dengan jargon 'Akal Sehat' yang malah tidak sehat.
Tidak ada yang salah dengan luapan emosi Jokowi, kalau saja Fadli Zon ada pada posisi Jokowi, mungkin dia sudah mati berdiri. Tidak semua orang kuat terhadap hujatan dan fitnah, orang yang biasa menghujat dan memfitnahpun tidak sanggup menghadapi hujatan dan fitnah.
Fadli Zon merasa panik ketika melihat Jokowi akan melawan, ekspektasi dia terhadap Jokowi amat rendah, sehingga dia tidak bisa menerima kenyataan ketika junjungannya selalu kalah, dia tidak bisa menerima ketika melihat Jokowi begitu dielu-elukan masyarakat, dia hanya ingin Prabowo yang diperlakukan seperti itu.
Fadli Zon sudah dihinggapi pikiran Chauvanistik, yang akal budinya terbalik menjadi picik. Sebagai petinggi politik yang terus konsisten dengan pikiran picik, Fadli Zon melanggengkan tabi'at politisi kekinian yang tidak siap menerima kekalahan.
Sekali lagi saya mau katakan, Fadli Zon harus percaya Takdir Tuhan, yang sama sekali kadang-kadang diluar perhitungan manusia. Manusia punya hak sebatas rencana, semua kepeutusan ada ditangan Tuhan.
Manusia tidak berhak menilai tentang kepantasan, Karena kepantasan yang sejati adalah dalam pandangan Tuhan, bukanlah atas dasar pandangan manusia. Pandangan manusia itu subjektif, berbeda dengan pandangan Tuhan. Dia maha tahu siapa yang paling berhak atas sebuah jabatan.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews