Ketegasan itu tidak melulu dari seorang militer, orang sipil pun bisa lebih tegas. Tegas itu bukanlah yang marah-marah, tegas itu adalah sikap.
Saya mau bilang kepada teman-teman yang belum menentukan pilihan, sebetulnya tidak ada alasan Anda tidak atau belum menentukan pilihan, karena memilih calon Presiden pada tanggal 17 April 2019, sangatlah mudah.
Tinggal datang ke TPS yang sudah ditentukan diwilayah Anda masing-masing, pilihlah calon Presiden yang menurut Anda yang memang mampu mengubah masa depan Bangsa. Dan pastinya itu Anda ketahui bukan karena terpengaruh hal-hal yang bersifat retorika.
Lihatlah diantara keduanya, kebetulan Capres dan Cawapres kita cuma dua pasang. Siapa diantara pasangan tersebut sudah memberikan manfaat dalam kehidupan Anda sekarang ini, kemudahan apa saja yang sudah Anda terima selama ini, itu salah satu cara berpikir secara realistis, sesuai kenyataan.
Kedepan, kita tidak bisa lagi berandai-andai, cuma sekedar berwacana. Kalau sudah ada yang memperlihatkan hasil kerja, dan memberikan banyak manfaat, kenapa tidak yang itu saja yang diteruskan.
Sebelum Pemilu 2014, saya selalu mengambil posisi sebagai Golput, tapi sejak Pemilu 2014 saya memutuskan untuk tidak lagi Golput. Karena saya melihat sewaktu Pilpres 2014, Jokowi sudah memperlihatkan kebersahajaannya, bagi saya seperti itulah sejatinya seorang pemimpin.
Ternyata saya tidak salah pilih, Jokowi memang mampu memperlihatkan sesuatu yang berbeda. Kalau saya pilih Prabowo pada saat itu, mungkin tidak ada perbedaannya dengan Pemerintah yang sebelumnya. Gaya hidup hedonis dikalangan pejabat negara pasti tetap terpelihara.
4,5 tahun kepemimpinannya Jokowi, mana ada Menteri yang berani bergaya hidup hedonis, pamer kekayaan, yang anaknya lebih berkuasa dari bapaknya. Karena mereka malu sama Presidennya yang hidup sangat sederhana. Presiden itu harus bisa jadi teladan bagi rakyatnya.
Jokowi memang tidak dilahirkan dari keluarga ningrat, tapi menjadi seorang Presiden tidak harus berasal dari kalangan ningrat atau kalangan borjuis. Menjadi seorang Presiden itu yang dibutuhkan kepemimpinannya, bukanlah latar belakang keluarga dan kekyaannya.
Hanya dengan modal berpikir realistis, Anda bisa berkontribusi untuk memenangkan Jokowi, memenangkan masa depan Indonesia yang lebih baik. Yang dibutuhkan hanya, Anda menggunakan hak pilih Anda untuk Ikut menentukan nasib dan masa depan Bangsa.
Mungkin Anda pernah mengalami betapa Mahalnya biaya rumah sakit, saat Anda masuk rumah sakit dan dirawat, tapi 4,5 tahun terakhirnya ini, persoalan tersebut sudah diambil alih oleh Pemerintah. Anda datang kerumah sakit, yang pertama Kali ditanya, 'Punya BPJS Gak,' itulah yang saya Alami.
Masuk rumah sakit, sampai sembuh, begitu keluar rumah sakit tinggal bawa badan, tanpa mengeluarkan yang sepeserpun. Itu adalah salah satu pelayanan yang memang menjadi hak kita sebagai wajib pajak. Juga fasilitas pendidikan gratis, yang sudah banyak dinikmati masyarakat.
Realitas ini harusnya membuka Mata kita, bahwa kita cuma membutuhkan Presiden yang bisa meningkatkan pelayanannya, bukan Presiden yang baru sekedar berwacana untuk melayani. Inilah yang membuat kita harus ke TPS pada tanggal 17 April 2019 nanti, memilih yang pasti, yang bisa membuat Indonesia Maju.
Mudah sekali bukan memenangkan Jokowi.? Datang ke TPS, gunakan hak pilih Anda, coblos pasangan yang menggunakan baju putih, udah gitu aja. Dengan begitu Anda sudah Ikut menentukan masa depan Bangsa dan negara. Gak sulitkan?
Tidak perlu yang baru berandai-andai, pilih yang sudah pasti, yang sudah memperlihatkan kemampuannya dalam memimpin negara. Memilih Presiden jangan yang coba-coba, pilih yang sudah berpengalaman, yang sudah membantu memberikan kesejahteraan.
Ketegasan itu tidak melulu dari seorang militer, orang sipil pun bisa lebih tegas. Tegas itu bukanlah yang marah-marah, tegas itu adalah sikap, bukanlah tingginya intonasi suara. Tukang obat aja suaranya cetar membahana, tapi apakah bisa dianggap tegas?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews