Sebagai seorang Ksatria, negarawan yang nasionalis, Prabowo bisa menerima kekalahannya, itu kalau legitimasi kemenangan Jokowi bisa diyakininya.
Sekeras-kerasnya hati seseorang, tetap saja mempunyai sisi kelembutan, dan Prabowo juga punya sisi kelembutan. Itu terbukti ketika Ustadz Abdul Somad atau UAS mampu menyentuh sisi itu, sehingga Prabowo sempat mengusap matanya.
Memang tidak semua orang bisa legowo menerima sebuah kekalahan, sementara meyakini kalau dia adalah pemenang, padahal seharusnya menang pun butuh legitimasi sesuai dengan Konstitusi, bukan atas dasar pernyataan orang perorang.
Sisi inilah yang membuat Prabowo bersikap keras, karena semua orang yang ada dilingkungannya, meyakini dia adalah pemenang. Disinilah dibutuhkan mediator untuk meyakini dia, bahwa legitimasi kemenangannya tidak bisa diakui negara, karena bertentangan dengan Konstitusi yang ada.
Sebagai seorang Ksatria, Negarawan yang Nasionalis, saya yakin Prabowo bisa menerima kekalahannya, itu kalau legitimasi kemenangan Jokowi bisa diyakininya. Seperti halnya ketika Pilpres 2014, dengan kebesaran jiwanya Prabowo menerima kekalahannya.
Disinilah peranan tokoh masyarakat yang ada disekitarnya, menjembatani untuk meyakini dia bahwa negara ini diselenggarakan atas dasar pijakan pada amanat konsititusi, bukan malah mengajaknya untuk bertindak melawan amanat konsititusi.
Yang seperti ini sebetulnya bukan sesuatu yang perlu diingatkan, karena setiap politisi, calon pemimpin negara sudah memahami pijakan berpolitik dan bernegara. Tidak satupun tindakan yang bisa dilakukan tanpa pijakan Konstitusi. Kalau itu dilakukan, maka dianggap sebagai tindakan inskonstitusional.
Lingkungan orang besar, harusnya banyak orang-orang bijak yang berpikir dan berjiwa besar, bukan malah mengajak calonnya melanggar hukum dan Undang-Undang. Perbuatan itu hanya akan semakin menghancurkannya, bukan memperbaiki keadaan.
Kita tidak bisa hanya berpikir tentang kepentingan yang bersifat sesaat, diatas kepentingan itu ada kepentingan bersama yang perlu dipikirkan secara dewasa. Negara ini tidak berdiri begitu saja, negara ini berdiri atas perjuangan para pahlawan yang sudah mengorbankan jiwa dan raganya.
Kita bisa menghancurkan negara ini Dalam sekejab, itu kalau kita hanya berpikir pada kepentingan sesaat. Negara ini harus di Rahmati Allah, untuk itu sebagai bangsa kita harus mendekati cara-cara yang diridhoi-Nya, bukan malah bertindak melawan kehendak-Nya.
Yang hak tetaplah akan menjadi hak, bagi yang memang berhak, dan itu tidak bisa dipakasakan dengan Cara memaksakan kehendak. Biarkanlah Tuhan memenuhi haknya, sebagai manusia kita mengikuti kehendak-Nya. Tidak ada yang bisa kita paksakan kalau memang belum waktunya.
Tuhan mempunyai hak untuk menunda apa yang ingin kita segerakan, sebaliknya Tuhan juga berhak mensegerakan apa yang akan kita tunda. Begitulah keterbatan kita sebagai manusia, tidak ada yang bisa kita lakukan tanpa Ridho-Nya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews