TKN dab BPN, Nyinyir Versus Taktis

Sabtu, 15 Desember 2018 | 07:58 WIB
0
679
TKN dab BPN, Nyinyir Versus Taktis
Djojo Santoso dan Erick Thohir (Foto: Geloro.co)

TKN, Tim Pemenangan Nasional Jokowi-KHMA
BPN, Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga
TKN diketuai oleh Erick Thohir, BPN diketaui oleh Djoko Santoso

Walaupun Ercik Thohir minim pengalaman politik dan pemerintahan, tapi karena dia sukses mengurus hajat besar berskala internasional, Asian Games dan sejumlah bisnis olah raga dan hiburan yang digelutinya maka dia terpilih memimpin TKN.

Riwayat pendidikannya, Gelar sarjana Bachelor of Arts ia raih dari Glendale University, Amerika Serikat. Erick menyelesaikan program pendidikan masternya, Bisnis Administrasi, dari Universitas Nasional California, pada 1993. Pengalaman organisasinya hanya di organisasi olah raga.

Djoko Santoso, mantan panglima TNI era pemerintahan SBY, kalau sudah jadi panglima, tak perlulah dibeberkan riwayat pendidikan militernya, pernah melanjutkan studi S-1 Ilmu Politik dan S2 Manajemen Politik di Universitas Terbuka, Jakarta. Sejumlah organisasi, dari Buku Tangkis, persaudaraan haji, sampai organisasi petani tercatat sebagai penasihat. Terjun ke politik praktis di Partai Gerindra.

Kontrasnya profil kedua ketua tim pemenangan itu tergambar dari kinerja keduanya, baik yang nampak di media maupun hasilnya. Sebagai tokoh yang minim pengalaman politik, Erick Thohir nampak sekali kurang taktis menakhodai TKN. Beda dengan Djoko Santoso.

Kita memang tidak bisa melongok dapur tim pemenangan masing-masing. Kita hanya bisa membaca di media.

Berbeda dengan Djoko Santoso yang irit bicara tapi banyak bekerja, Erick Thohir, isu apa saja dikomentari. Nggak peduli isu penting atau isu recehan. Belum nampak ada kejutan atau terobosan dari TKN. Karena dia bukan politisi, komentarnya nampak garing. Dan tentu saja argumennya mudah dipatahkan.

Misalnya isu recehan soal poster penolakan Sandiaga Uno. TKN mengarang cerita bahwa Sandiaga sedang bersandiwara, sedang memainkan playing victim. Indikiasinya, ada yang ingin mencopot poster itu tapi dilarang oleh Sandi.

Sandiwaranya dimana? Kalau mau sandiwara playing victim, gampang saja. Tinggal menyewa beberapa orang dengan wajah galak, mengusir Sandiaga. Tanpa pikir panjang, Sandiaga meninggalkan pasar itu. Itu baru namanya sandiwara playing victim.

Melarang mencopot poster penolakan dikatakan bukti sandiwara, jauh panggang dari api. Sandiaga ingin mengirim pesan bahwa boleh berbeda pilihan politik, jangan memberangus pilihan orang lain yang disuarakan melalui sejumlah poster itu. Nah, kalau menuduh sikap Sandiaga ini pencitraan, masih masuk akal. Playing victim mah jauh,Bro.

Lagipula kalau mau menuduh Sandiaga bersandiwara, kan mudah saja, tinggal datangi Dirjon. Korek latar belakang pilihan politik Dirjon, atau cek pilihan politik mayoritas masyarakat setempat. Hal itu belum dilakukan, tapi sudah melompat pada tuduhan bersandiwara. Itu mah cara berpolitik recehan. Katanya kalau menuduh harus pakai data?

Isu lain soal tuduhan pada pers nasional yang menjadi brosur pemerintah. Pers yang terkooptasi. TKN menjawab tuduhan itu dengan sangat lugu. Erick Tohir membanggakan kedekatan pemerintah atau Capres petahana dengan pers. Erick mengatakan, pers adalah sahabat baik TKN, dan akan terus sebagai sahabat. Lho? Pernyataan itu kan malah semakin menegaskan bahwa pers adalah brosur pemerintah.

Beda kalau misalnya untuk melawan isu itu, TKN sok bijak dengan mengatakan, tidak benar pers sebagai corong pemerintah. Pers hanya memberitakan fakta yang terjadi. Kalau pers banyak memberitakan keberhasilan pemerintah, karena memang itu faktanya.

Bandingkan dengan BPN. Djoko Santoso irit bicara, dia tidak mau melayani isu recehan. Dia bicara jika memang ada hal yang penting untuk dibicarakan. Nampak hasil kerjanya lebih taktis. Misalnya, mendadak dia bikin kejutan dengan rencana pemindahan posko pemenangan ke daerah yang dikuasai lawan.

Atau sebelumnya, memboikot Metro TV yang dianggap keberpihakan media itu sudah diluar batas normal. Dia lebih fokus pada perkembangan elektablitas ketimbang menanggapi isu recehan.

Soal isu recehan bagi BPN itu urusan simpatisannya di medsos. Tanpa disuruh pun simpatisan militannya di medsos akan suka rela melakukan serangan balik yang akan menghasilkan goal cantik. Seperti tulisan ini.

Goaaaal…

***