Ustad Abdul Somad dan Perkataannya yang Menghebohkan Umat Kristiani

Kami jadi rindu pada Gus Dur, Tausiah Quraish Shihab, Mbah Moen dan Kyai Kyai yang lebih memberi keteladanan dengan satunya perkataan dan perbuatan.

Minggu, 18 Agustus 2019 | 22:15 WIB
0
925
Ustad Abdul Somad dan Perkataannya yang Menghebohkan Umat Kristiani
Ilustrasi salib (Foto: Rec.or.id)

Ada polemik yang yang sedang hangat saat ini menyangkut isi kotbah Ustad Abdul Somad (UAS) pada acara komunitas. Ustaz membahas tentang salib (simbol umat Kristiani di mana Kristus wafat di Kayu Salib). Ustaz sempat berbicara bahwa dalam salib tersebut ada jin kafir. Secara sepintas bagi umat Kristiani yang kebetulan mendengar dan sempat melihat video yang viral di media sosial membuat panas kuping bagi yang mengimani ajaran Yesus Kristus.

Salib adalah simbol penderitaan, sekedar mengingatkan bahwa Yesus sudah berkorban dan rela mati disalib untuk menebus dosa manusia. Bagi Umat Kristiani salib atau korpus itu bukan saja simbol iman tetapi sudah menjadi sumber kekuatan untuk semakin meyakini bahwa Yesus adalah jalan keselamatan. Sumber kekuatan dan penebusan dosa.

Mungkin agak aneh kepercayaan itu di mata umat lain termasuk UAS. Umat Kristiani memaklumi jika pengetahuan Ustaz hanya terbatas bahwa salib itu semacam berhala atau tempat bermukimnya jin kafir. Selama hidup dan tinggal di Jakarta mendengar khotbah yang isinya menjelekkan agama lain itu sudah biasa. Banyak penceramah memang memanfaatkan jemaah untuk meneriakkan kebencian dan ketidaksukaan pada agama lain.

Semua agama pastinya mempercayai bahwa agamanya lah yang paling unggul dan satu- satunya agama yang paling dekat dengan Penciptanya. Agama selalu meyakini jalan keselamatan adalah karena nabi, rasul dan orang yang dipercaya sebagai tokoh yang menjadi panutan mereka dalam beragama.

UAS tidak salah karena  bicara di mimbar atau komunitas terbatas. Yang menjadi masalah adalah yang merekamnya dan mensharenya ke media sosial.

Mungkin persis seperti yang yang dilakukan Ahok saat bicara di depan penduduk kepulauan seribu. Pidatonya yang utuh sengaja diedit dan dishare ke media sosial sehingga menjadi masalah heboh yang menyebabkan Ahok diganjar hukuman dan harus menghuni penjara di Asrama Brimob di Depok.

Bedanya Ahok akhirnya menjadi pesakitan dan UAS aman  karena sebagian umat Kristen bisa memaafkan perkataan walaupun sebenarnya menyakitkan. Akan berbeda jika Ustaz itu umat minoritas yang mungkin hidup di Filipina misalnya yang mayoritas kristiani. Tentu akan ada kecaman dan desakan agar perkataan ustad masuk dalam pasal penghinaan terhadap kepercayaan orang lain.

Baca Juga: Klarifikasi Ustad Abdul Somad soal Salib

Umat Kristiani sadar bahwa tidak ada gunanya menggugat dan mempermasalahkan pemuka agama. Kalaupun jika seandainya Ustaz terseret dan aparat memasalahkan maka itu masuk dalam ranah hukum. Dalam sebuah negara semua sama di mata hukum, kalau salah mau pastor, Pedanda, Biksu, pendeta, penceramah agama, ustad, kyai tetap saja harus menjalani vonis hukuman.

UAS tentu sadar bahwa setiap perkataan apapun sekarang ini pasti ada yang merekamnya dan akan menjadi konsumsi publik. Jika kebetulan umat yang disindir atau dilecehkan mendengar itu adalah urusan Ustaz dan orang- orang yang mendengarnya. Umat Kristiani itu beragam ada yang garis keras dan juga ada yang tetap lembut saat dilecehkan. Jika ketemu dengan Kristen garis keras tentu ada tuntutan bahwa perkataan dan khotbah Ustaz bisa masuk dalam rana pasal penghinaan terhadap simbol agama.

Boleh jadi ustaz jempolan karena berani menanggung resiko kemudian mendapat cibiran dan ungkapan kemarahan dan kegeraman.

Itu hak UAS menginspirasi umatnya untuk berpikiran sama jika ketemu saudara berbeda keyakinan. Hanya  harusnya sadar warga negara mana. Jika Indonesia  ya harus mempunyai rambu- rambu yang mengingatkan bahwa umat lain pun sama di mata hukum dan Tuhan. Jika salah ya harus mendapat hukuman setimpal atas perkataannya.

Tetapi sesungguhnya bagi umat Kristiani (kebetulan penulis Katolik) perkataan UAS tetap tidak menggoyahkan keimanan. Malah semakin meyakini jalan keselamatan Allah lewat pengorbanan Yesus di kayu salib. Setiap umat Kristiani akan menanggung salib masing – masing, berani terhina, berani menerima diri jika dilecehkan.

Ustaz tidak salah karena  bicara di mimbar terbatas yang  tidak ada orang Kristen di tempat itu, tetapi pengaruh media sosial itu sangat kuat sehingga sinyal sekecil apapun jika, penghinaan sekecil apapun jika sudah direkam dan disebarkan ke media sosial akan menjadi amat heboh. Mungkin bukan tujuannya melecehkan tetapi realitanya media sosial akan menjadi saksi pada siapapun yang sering bicara dipublik bahwa perkataan memang harus dijaga untuk memelihara hubungan baik antar agama.

Agama apapun saat ini sedang sensitif, apalagi perkataan yang bernada menghina dan “ sok tahu” kepercayaan agama lain dengan pengetahuan yang hanya setengah- setengah. Alangkah baiknya kritik ditujukan pada umatnya sendiri untuk memperbaiki keimanan masing- masing yang kadarnya satu sama lain pasti berbeda- beda. Boleh jadi teori agamanya tidak seberapa, tetapi hidupnya sudah penuh dengan tuntunan dan ajaran agama sesungguhnya.

Ada yang hanya pandai bicara tetapi sebenarnya untuk menutupi betapa pengetahuannya masih sedikit dan sadar ada orang – orang yang mudah percaya dengan perkataan, homili, khotbah yang memukau dan berapi – api, apalagi bisa membangkitkan adrenalin dengan mengobarkan rasa benci terhadap agama lain.

Ustaz yang kami hormati, terimakasih telah memberi siraman rohani. Kami semakin yakin bahwa ternyata manusia sepopuler apapun sesekali sering terpeleset dalam kesalahan. Semoga Ustaz semakin, sering belajar pada kehidupan.

Saya yakin UAS adalah orang terpilih yang ditakdirkan untuk  mewartakan kabar keselamatan Tuhan kepada umat manusia. Setiap perkataan adalah berkah apalagi diucapkan oleh pemimpin agama. Jika ada Umat Kristiani yang menggugat perkataan anda yang muncul di Media sosial itu bukan suara umat Kristiani,tetapi adalah pribadi- pribadi yang kecewa karena secara tidak sengaja mendengar khotbah anda.

Kami jadi rindu pada Gus Dur, Tausiah Quraish Shihab, Mbah Moen  dan Kyai Kyai yang lebih memberi keteladanan dengan satunya perkataan dan perbuatan.  Kyai kyai yang lebih tahu bagaimana berbuat kebaikan daripada hanya sekedar mengolah kata yang bisa sekali- sekali terpeleset.

 Sebagai penulis saya hanya bisa menulis dan memberi masukan, sama seperti   sedang mengkritik betapa masih sedikitnya pengetahuan penulis tentang agama.Semoga semakin tua semakin bijaksana. Salam damai dan salam kasih dari kami Umat Kristiani.

***