Mematikan, Jebakan “Pujian” SBY pada Prabowo!

Prabowo tak perlu terima gelar champion of democracy yang dihadiahkan SBY. Sebab, kalau terima, berarti Anda kalah!

Jumat, 31 Mei 2019 | 11:58 WIB
0
7441
Mematikan, Jebakan “Pujian” SBY pada Prabowo!
Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono. (Foto: Monitor.co.id).

Presiden RI ke-6 yang juga Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kali ini benar-benar menampakkan dirinya seolah ingin tampil sebagai “negosiator” yang berkali-kali menyarankan agar Joko Widodo bertemu Prabowo Subianto.

Melalui video yang diputar di kediamannya, Kuningan, Jakarta itu, Senin (27/5/2019), SBY berharap capres petahana Jokowi dan capres Prabowo segera bertemu. Tak hanya itu. Dalam video yang diunggah di YouTube Demokrat TV, SBY mengucapkan selamat.

Ya, SBY juga menyampaikan ucapan selamat kepada paslon 01 Joko Widodo – Ma’ruf Amin yang memenangi Pilpres 2019. Ironis! Padahal, SBY tahu kalau paslon 02 Prabowo Subianto – Sandiaga Salahuddin Uno masih menempuh jalur hukum: MK.

Pada Jum’at (25/5/2019), Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo – Sandi mengajukan gugatan Pilpres 2019 melalui Mahkamah Konstitusi. Di sini SBY tampak begitu yakin kalau Jokowi – Ma’ruf bakal memenangi sengketa Pilpres 2019 di MK.

Baca Juga: Hubungan Prabowo dan SBY Retak, ke Mana AHY Berlabuh?  

SBY juga senang karena Prabowo menyerukan pada para pendukungnya agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban umum, dan dalam menyampaikan pendapatnya di depan umum tetap dilaksanakan secara damai, berakhlak, dan konstitusional.

“Pak Prabowo, apapun hasil dari gugatan Bapak ke MK nanti, sejarah akan mencatat Bapak sebagai seorang yang konstitusionalis serta seorang yang menghormati pranata hukum, juga champion of democracy,” kata SBY seperti dilansir KOMPAS.com.

“Sebuah legacy yang akan dikenang dengan indahnya oleh generasi mendatang,” lanjutnya.  Komisi Pemilihan Umum sebelumnya mengumumkan hasil rekapitulasi nasional Pemilihan Presiden 2019, Selasa (21/5/2019) dini hari.

Oleh KPU, paslon 01 dinyatakan menangi pilpres dengan perolehan suara 85.607.362 atau 55,50 persen. Sedangkan perolehan suara paslon 02 sebanyak 68.650.239 atau 44,50 persen. Selisih suara kedua pasangan mencapai 16.957.123 atau 11 persen.

Prabowo menyatakan akan menempuh langkah sesuai konstitusi. “Pihak paslon 02 akan terus melakukan seluruh upaya hukum sesuai konstitusi dalam rangka membela kedaulatan rakyat yang hak-hak konstitusinya dirampas pada pemilu 2019 ini,” tegasnya.

Seperti dilansir KOMPAS.com, Selasa (21/5/2019), BPN telah menyikapi pengumuman KPU tentang hasil rekapitulasi nasional pada dini hari tadi. “Paslon 02 akan mengajukan gugatan ke MK,” ujar Direktur Advokasi dan Hukum BPN Sufmi Dasco Ahmad.

“Kembali saya bersyukur dan lega karena Bapak Prabowo dalam menyampaikan penolakan atau gugatannya terhadap hasil Pilpres yang dihitung oleh KPU akan dilakukan melalui jalan konstitusi,” ungkap SBY melalui video YouTube Demokrat TV.

“Tafsiran saya, melalui MK, jalan yang dibuat dan disediakan oleh konstitusi kita,” lanjutnya. SBY juga senang, karena Prabowo menyerukan pada para pendukungnya agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban umum.

Apalagi, SBY menilai, dalam menyampaikan pendapatnya di depan umum tetap dilaksanakan secara damai, berakhlak, dan konstitusional. Jika dicermati, pujian SBY pada sikap Prabowo sepintas tampak “menggurui”: damai, berakhlak, konstitusional.

Seakan selama ini kubu 02 berunjuk rasa tidak damai, tidak berakhlak, dan inkonstitusional. Sementara, SBY tidak pernah menyentuh persoalan kecurangan secara terstruktur, sistemik, dan massif (TSM) yang dilakukan kubu 01 bersama dengan KPU.  

Terkait kecurangan tersebut, SBY bersikap “buta-tuli”, tutup mata, tutup telinga, seolah tidak pernah terjadi pelanggaran Pemilu 2019. Padahal, info terakhir, Bawaslu menemukan 15.052 pelanggaran pidana, administrasi, kode etik, maupun hukum lainnya.

“Jebakan” Demokrasi

Coba perhatikan dua kalimat pujian SBY kepada Prabowo seperti dikutip berbagai media dari YouTube Demokrat TV, Senin (27/5/2019). “Champion of Democracy” dan juga, “Kembali Saya Bersyukur”. Berikut kutipan lengkap kalimat tersebut:

“Pak Prabowo, apapun hasil dari gugatan Bapak ke MK nanti, sejarah akan mencatat Bapak sebagai seorang yang konstitusionalis serta seorang yang menghormati pranata hukum, juga champion of democracy,” kata SBY seperti dilansir KOMPAS.com.

“Kembali saya bersyukur dan lega karena Bapak Prabowo dalam menyampaikan penolakan atau gugatannya terhadap hasil Pilpres yang dihitung oleh KPU akan dilakukan melalui jalan konstitusi,” ungkap SBY melalui video YouTube Demokrat TV.

Champion of democracy? Bahasa sederhananya, Prabowo Juara atau Pemenang Demokrasi! Mungkin SBY lupa dengan perlakuannya saat Pilpres 2014 terhadap Prabowo. Pilpres 2014 benar dimenangkan Prabowo, bukan Jokowi,” ungkap sumber Pepnews.com.

“Prabowo 53,xx%, Jokowi 46,xx%,” tegasnya. Caranya, dengan manipulasi Quick Count. Ketika tayangan Live QC di TV mendadak “hang”, suara Prabowo melampaui perolehan suara Jokowi. Hang selama 2 jam! Setelah dimanipulasi, ditampilkan lagi.

Jika SBY terus menzalimi rakyat, mengebiri demokrasi, dan menghambat kemenangan Prabowo pada pilpres 2019, “Kami dan Habieb Rizieq Shihab akan mempertimbangkan serius fatwa-ijtima' ulama yang memastikan impian Pak SBY dan Bu Ani tak kan pernah terwujud.”

Impian yang dimaksud adalah AHY bakal jadi Presiden 2024. Bahwa AHY ketemu Jokowi itu rutin. Spri AHY adalah juga paban Spri Presiden Jokowi, Mayor Kav M. Sulaiman Iftitah Suryanegara, Penerima Adhimakayasa Akmil 1999.

Jika Jokowi benar menang Pilpres, 18 April 2019 lalu, rekapitulasi suara 100% sudah selesai semua, dan dipaksa ngebut. Karena kalah, maka kayak begini jadinya. Diputar-putar sampai bisa menang (curang), seperti Pilpres 2014. Prabowo pun kalah di MK.

Baca Juga: Kekhawatiran SBY terhadap Kampanye Eksklusif Prabowo Terbukti

Pada Pilpres 2019, SBY memberi janji surga akan all out membantu Prabowo. Demokrat lalu disusupkan ke koalisi BPN. Dengan alasan Ibu Ani Yudhoyono harus berobat di Singapura, semua janji SBY membantu Prabowo, menguap tak berbekas

Itulah salah satu “dosa besar” SBY kepada Prabowo. Belum termasuk dosa SBY mendorong Perppu KPK dan Perppu Ormas dan lain-lain yang semuanya terkait erat dengan strategi dan upaya SBY mengalahkan Prabowo dan memenangkan Jokowi pada Pilpres 2019.

Belum termasuk dosa besar “tidak langsung”, seperti sabotase SBY pada proyek e-KTP yang adalah program pemerintah SBY sendiri. Tujuannya: supaya kecurangan SBY me-mark up pemilih 2009 hingga 26 juta siluman tidak terbongkar.

“Ini juga untuk memuluskan pencurangan Pilpres 2014 dan 2019 untuk kalahkan Prabowo,” ungkap sumber Pepnews.com di lingkungan Istana itu. Semua ini dilakukan SBY juga untuk membuka jalan Agus Harimurty Yudhoyono maju Pilpres 2024.

Sekarang ini, seperti manusia tanpa dosa, SBY bisa seenaknya menyudutkan Prabowo yang mengharamkan dirinya bertemu dengan siapa pun “teroris pemilu” dan penjahat demokrasi, termasuk haram ketemu Jokowi.

Mungkin SBY ngambek berat, jebakan berkedok undangan bertemu yang disampaikan ke Prabowo gagal total. Prabowo tidak sudi temui SBY di Singapura. Sikap tegas pada SBY seperti ini seharusnya konsisten dilakukan Prabowo.

“Sudah jelas siapa teman siapa lawan, koq masih nyaris terjerat? Bisa dipastikan, undangan SBY pada Prabowo terkait ijtima’ ulama yang sangat menakutkan bagi Jokowi dan SBY itu,” lanjut sumber tadi.

Sebab, pencurangan dan manipulasi Pilpres 2019 untuk menggagalkan Prabowo bisa menang bakal hancur saat jutaan rakyat turun mempertahankan kedaulatannya yang sedang dirampok Jokowi dan para dalang.

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saja hancur, apalagi teroris pemilu dan penjahat demokrasi yang merampok kedaulatan rakyat agar bisa terus berkuasa, agar bisa terus menindas umat dan rakyat, agar bisa terus menfitnah Islam, agar bisa terus merampok kekayaan negara, dan seterusnya, pasti dilawan rakyat!

Perbuatan kejidengan  mencurangi pemilu. Mau berapa pun suara rakyat untuk Prabowo, tapi yang muncul di Situng dan Penetapan KPU adalah keunggulan Jokowi! Rakyat sudah muak dengan Jokowi, koq bisa menang jika tidak curang.

“Dan, SBY sangat besar perannya pada pencurangan edan gila keji ini,” ungkap sumber yang sangat tahu manuver SBY selama ini. Di saat kegeraman rakyat pada teroris pemilu-penjahat demokrasi pelaku curang hasil pilpres, tak satu huruf keluar dari mulut SBY.

Yakni, yang menyatakan prihatin, gusar, apalagi marah, tidak ada! Nothing! Seolah pemilu berjalan as usual di mata SBY. Why? Sebaliknya, SBY dari Singapura menganjurkan agar Prabowo dan Jokowi membuka ruang dialog. Dialog apaan?

Yang terjadi kejahatan masif pemilu koq SBY anjurkan dialog? Harusnya SBY meminta Polri segera tangkap semua pelaku pencurangan, marah kepada KPU, dan tegur keras Jokowi serta TKN Jokowi – Ma’ruf. SBY cuma bisa terdiam, membisu!

Jadi, Prabowo tak perlu terima gelar champion of democracy yang dihadiahkan SBY. Sebab, kalau terima, berarti Anda kalah!

***