Meskipun politik Identitas itu dipertontonkan secara jelas, namun hanya sebagian kecil masyarakat yang menyukai politik identitas
Ciri Utama politik identitas, populisme yang fanatik, hoax yang massif, fitnah, menebar ketakutan, pesimisme, saling memaki, menebar kebencian dan lain-lain.
Apa yang dikwatirkan Ketua Umum Partai Demokrat, yang juga Mantan Presiden RI ke 6, Soesilo Bambang Yudhoyono, saat Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di Gelora Bung Karno, yang lebih menampilkan Politik Identitas yang Eksklusif, akhirnya terbukti.
SBY saat itu merespon secara negatif Kampanye Akbar tersebut, menurutnya politik Identitas yang terkesan eksklusif tidak mencerminkan keberagaman, dan kebhinekaan, padahal dia sangat berharap Prabowo-Sandi lebih mengusung Kampanye yang inklusif.
Harus diakui Politik Identitas gagal dalam meraih simpati masyarakat, karena hanya sebagian kecil masyarakat yang setuju dengan cara-cara Show of Force agama dalam kampanye eksklusif. Dari hasil survei terakhir sebetulnya sudah terdeteksi kalau undecided voters non muslim lebih mengalihkan pilihan pada Jokowi-Ma'ruf.
Kelompok masyarakat yang menyukai seremonial agama dalam kampanye politik, hanyalah para alumni 212 dan pendukungnya, yang jumlahnya sangat terbatas, dan umumnya segmen muslim ini didominasi oleh kader dan pendukung PKS, juga dari Ormas pendukung HTI, FPI dan FUI, kalaupun ada kaum Nahdliyin yang terlibat, jumlahnya sedikit sekali.
Politik Identitas hanya mempersempit golongan, undecided voters non Muslim yang takut dengan kelompok ini, jelas akan mengalihkan dukungannya kepada Jokowi-Ma'ruf, kalaupun ada segmen non Muslim yang mendukung Prabowo-Sandi, itu pun jumlahnya tidaklah banyak.
Kenapa Prabowo-Sandi lebih mendominasi wilayah Sumatera.?
Itu dikarenakan mindset sebagian besar masyarakat Sumatera masih sangat konservatif, dan melihat Islam hanya dari kemasannya, dan sangat mudah diprovokasi lewat agama. Militansi keislamannya bagus, hanya saja kurang penalaran dalam menerima berbagai imformasi yang disebarkan dalam kemasan agama.
Kenapa Jokowi-Ma'ruf Menang di seluruh Benua?
Diseluruh Benua baik Amerika, Eropa, Asia, dan Australia-Fasifik, pasangan Jokowi-Ma'ruf menang tebal, karena hampir rerata masyarakat Indonesia yang tinggal diluar negeri, menerima imformasi yang positif tentang Jokowi, dari pemberitaan media asing tentang prestasi dan kinerja positif Jokowi.
Berbeda dengan sebagian masyarakat Indonesia yang ada didalam negeri, masifnya berita bohong yang ditebar di media sosial, terutama Facebook dan WhatsApp Group, maupun YouTube, semua informasi bohong tersebut dipercayai mentah-mentah, tanpa terlebih dahulu dicerna.
Itupun dilakukan sebagian besar bukan cuma masyarakat menengah kebawah, bahkan masyarakat kelas menengah keatas pun berprilaku yang sama, mudah terkontaminasi berita bohong. Ditambah lagi penyebaran ini melalui dakwah-dakwah yang menyesatkan, sehingga masyarakat sangat mempercayai, karena disampaikan oleh orang-orang yang memang berjubah agama.
Tapi itulah realitasnya, meskipun politik Identitas itu dipertontonkan secara jelas, namun hanya sebagian kecil masyarakat yang menyukai politik identitas, karena di Indonesia politik Identitas sudah terlalu lama hadir, sementara sebagian besar masyarakat sudah semakin cerdas, dan sangat tahu bahwa agama hanya digunakan sebagai alat politik.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews