Ketika Pemimpin "Cantik" Hadir di Tengah Duka Rakyat

Sabtu, 13 Oktober 2018 | 13:37 WIB
2
261
Ketika Pemimpin "Cantik" Hadir di Tengah Duka Rakyat

Setiap orang berhak untuk menjadi cantik. Salah satu tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi terhadap keindahan dunia. Kecantikan ada agar dunia menjadi tak murung. Operasi plastik sejatinya bisa membuat orang tambah cantik. Hal itu yang ingin diraih Ratna Sarumpaet kemarin--sebelum ketahuan berbohong kepada publik.

Tapi kali ini kesampingkan dulu hiruk pikuk kebohongan Ratna Sarumpaet yang gagal cantik, bersama kelompok elit politiknya yang kini ribut sendiri karena diperbudak nafsu kekuasaan, sehingga gagal menampilkan kecantikan untuk rakyat.

Kini ada hal yang lebih urgen, yakni gempa di Sulawesi tengah yang meluluh lantakkan kota Palu, Kabupaten Donggala, Sigi dan Moutong. Mereka sangat butuh perhatian, uluran tangan dan bantuan apapun yang bisa membantu pemulihan kehidupan mereka.

Beruntung Indonesia punya pemimpin seperti Jokowi, yang sangat perduli pada rintihan rakyat yang menderita ditimpa bencana gempa Sulawesi Tengah. Dia hadirkan sikap dan tindakan nyata yang cepat, bukan dengan wacana-wacana dari menara gading komunitas elit yang hanya seolah cantik tapi tak menyentuh bumi.

Gempa terjadi Jum'at sore atau menjelang malam waktu Sulawesi Tengah. Sementara Jokowi yang kala itu tengah menggelar rangkaian kampanye--dan besoknya akan melakukan jalan sehat dengan para relawan di Solo---segera membatalkannya rencananya.

Tak menunggu hitungan menit, jam dan hari sejak kabar bencana gempa sampai ke seantero dunia, Jokowi langsung melakukan koodinasi dengan segala pihak untuk langsung bekerja membantu rakyat Sulawesi Tengah. Dengan segala keterbatasan awal, ketika hubungan komunikasi ke wilayah tertimpa gempa terputus, Jokowi mencurahkan segenap hati, tenaga dan pikirannya kepada mereka.

Jokowi dan jajarannya langsung koordinasi dan memastikan bantuan cepat berupa logistik, tenda, obat-obatan, serta pengerahan pasukan, tim SAR hingga relawan untuk menangani proses evakuasi para korban. Tak lupa telepon satelit sejumlah 30 unit siap pakai disiapkan beserta Tim Crisis Center (TCC) untuk melayani jalur informasi yang sangat vital untuk memberikan informasi paling aktual terkait dampak bencana dan kebutuhan lanjutan yang diperlukan rakyat yang terkena bencana. Selain itu, memastikan pasokan BBM melalui pesawat.

Tak hanya itu, selang sehari pasca bencana, Jokowi langsung ke kota Palu mengunjungi tempat bencana untuk mengkordinasikan lebih lanjut segala hal darurat yang diperlukan untuk membantu rakyat yang tertimpa bencana tersebut.

Saat sisa goncangan gempa masih terasa. Saat tangis masyarakat Sulawesi Tengah belum reda. Ketika darah mereka masih mengalir dari tubuh terluka. Ketika sejumlah sanak keluarga mereka meregang nyawa, hilang atau  belum jelas nasibnya, Jokowi langsung hadir di tengah mereka untuk memeluk tubuh-tubuh yang kesakitan dan membangunkan jiwa-jiwa yang runtuh dihantam bencana dahsyatnya gempa dan tsunami, sehingga mereka tetap memiliki harapan,  dan  tidak merasa penderitaan itu dipikul sendiri.

Jokowi hadir sebagai pemimpin sekaligus sebagai kawan bagi masyarakat Sulawesi Tengah yang menderita. Kehadirannya untuk menyatakan bahwa pemerintah bersama seluruh rakyat Indonesia merasakan penderitaan itu dan memastikan pemberian bantuan, sehingga mereka bisa bersikap optimis dalam menjalani kondisi darurat, kehilangan harta benda serta nyawa orang-orang yang dikasihi.

Sikap dan tindakan cepat Jokowi menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjadi pemimpin sekaligus kawan di lingkungan terkecil kita. Apa yang dilakukan beliau itu tidak mudah. Di tengah upayanya melaksanakan tugas dan menjalankan ketulusan hatinya, dia harus membuang semua egoisme sebagai orang yang punya kekuasaan ketika melewati berbagai cercaan, suara nyinyir, cemoohan dan banyak serangan  psikologis lainnya dari berbagai kelompok.  

Kau bisa saja menghujat Jokowi dari berbagai sudut yang kau mau. Dengan media dan diksi yang kau suka. Tapi itu, tak akan mengikis sedikitpun keaslian kecantikan yang ada dalam seorang pemimpin yang sebenarnya.

Itulah sebuah kecantikan pemimpin sejati, tanpa perlu banyak tempelan jargon heroik. Tak perlu operasi plastik, karena kecantikan pemimpin itu hadir dengan sendirinya dari  curahan hati yang tulus, tenaga, pikiran dalam menyelesaikan masalah besar yang menimpa orang banyak. Bukan dengan tampil di depan beragam kamera media hanya untuk membela wacana plastik secara berapi-api.

Api itu bisa melelehkan plastik. Bila lelahan terkena kulit akan terasa perih, apalagi kalau  jadi tontonan banyak orang yang sedang prihatin oleh berbagai persoalan dan duka negeri ini.

Kalau aku jadi salah satu penontonnya, aku sih rapopo.....

***