Petugas yang menangani covid-19 di Kabupaten Intan Jaya, Papua, diserang oleh KKB. Peristiwa naas ini membawa 1 korban tewas. Masyarakat pun mengutuk kekejaman kelompok kriminal bersenjata yang selalu membuat ulah.
Sebagai salah satu daerah paling timur di Indonesia, Papua, adalah wilayah yang cukup rawan konflik. Baru-baru ini bahkan ada peristiwa tragis ketika dua orang tertembak oleh KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan sedihnya mereka adalah petugas medis yang diturunkan ke Kabupaten Intan Jaya. Satu orang bernama Eunico Somou langsung meninggal dunia, sementara rekannya, Almalek Bagau, selamat walau tubuhnya sakit parah.
Peristiwa yang mengejutkan di Kabupaten Intan Jaya, Distrik Wandai, ini membuat masyarakat jadi geger. Mereka mengutuk penembakan ini, karena 2 orang yang ditembak adalah orang yang ditugaskan untuk menangani penyakit corona. Para petugas ini berjasa besar karena menolong semua pasien yang terjangkit virus covid-19 dan tidak takut akan resiko tertular. Namun nasibnya jadi sangat tragis dan langsung meninggal di tangan anggota KKB yang sangat kejam.
Intan Jaya adalah kabupaten yang terpencil di Papua, dan terdiri dari 8 distrik. Sayangnya Distrik Wandai adalah tempat yang belum punya penjagaan dari polisi. Sehingga lebih sering terjadi peristiwa kriminal seperti penembakan ini. Distrik lain yang baru ada petugas keamanannya adalah Homeo, Hitadipa, dan Sugapa. Bahkan Kapolres Intan Jaya, AKB Yuli Karre Pongbala juga belum bisa memberi klarifikasi yang lengkap kepada wartawan, karena lokasi distrik Wandai yang jauh dan terpencil.
Peristiwa penembakan terhadap petugas covid-19 ini bukan untuk pertama kalinya. Kelompok Kriminal Bersenjata sebelumnya juga pernah menembak karyawan salah satu perusahaan terbesar di Papua, melontarkan timah panas ke mobil pengawal dan mobil bahan makanan di Tembagapura, dan bahkan berani menembak Satgas Amole Brimob Iwaka. Tindakan mereka yang melawan hukum benar-benar meresahkan masyarakat dan harus segera ditindak agar tidak ada peristiwa tragis lagi.
Mengapa Kelompok Kriminal Bersenjata berani menembak mobil pengawal bahkan membunuh petugas covid-19 yang tidak bersalah? Bisa jadi mereka marah karena permintaannya tidak terkabul. Mereka ingin Papua berpisah dari Indonesia, sehingga nekat melakukan kekerasan dan bersaha keras untuk membuat negara sendiri.
Seluruh orang yang menyimbolkan pemerintahan Indonesia seperti petugas yang menangani covid-19 dan juga polisi, otomatis mereka benci.
Karena mereka menganggap petugas itu sebagai penghalang kemerdekaan Papua. Mereka jadi kaum radikal dan ekstrimis, dan tidak ragu untuk langsung menembak mati orang yang dianggap musuhnya.
Untuk mewujudkan cita-cita memerdekakan Papua, kelompok kriminal bersenjata menggunakan segala macam cara. Di antaranya, ada yang berani menyamar jadi petugas keamanan di sebuah peruahaan terbesar di Papua, untuk mendapatkan informasi dari dalam. Jadi mereka merencanakan akan menyerang tempat itu, yang dianggap mencuri hasil tanah Papua, padahal tidak. Kelompok Kriminal Bersenjata juga berani langsung menembak mati musuhnya dan bertindak dengan amat kejam.
Oleh karena itu, ketika ada peringkusan anggota kelompok kriminal bersenjata, langsung ditindak dengan didor, bukan lagi dihukum penjara. Diharapkan dengan tindakan keras tersebut, bisa jadi shock therapy agar kawan lain yang tergabung dalam KKB masih pikir-pikir jika akan melakukan aksi kekerasan lagi. Mereka juga diharap bisa bergabung lagi dengan Indonesia dan tidak usah membentuk negeri baru.
Masyarakat tentu menentang tindakan kelompok kriminal bersenjata yang berani menembak petugas yang menangani covid-19. Bahkan rakyat asli Papua juga merasa resah dengan kemunculan KKB dan juga membenci tindakannya. Mereka tidak setuju dengan cita-cita KKB untuk memerdekakan diri, karena masih setia dengan Indonesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews