Curahan Hati Perempuan yang Tersakiti Itu Setajam Silet

Mellya Juniarti adalah orang Melayu, seperti kita ketahui orang Melayu biasanya pandai bercerita atau bertutur dengan ragam bahasa yang indah dengan kiasan.

Senin, 9 Desember 2019 | 15:09 WIB
0
1059
Curahan Hati Perempuan yang  Tersakiti Itu Setajam Silet
Mellya Juniarti (Foto: Merdeka.com)

"Bismillah"

MasyaAllah TabarakaAllah

Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad

Genderang itu telah tuan tabuh, pelan ataupun kuat tetap akan berbunyi. Terlihat ataupun tersembunyi tetap bergema, terlebih lagi sang penabuh besar gaungnya.

Apalah dayaku ketika tangan kecil itu menutup mulutku, dg manusia berilmu tuan giring opini, hingga jutaan mata memandangku dg arang hitam yg tuan beri.

Tak apa tuan, kata tak kan merubah fakta dan hakikat diri, hati nurani akan mampu menelusuri arti.

Aku tak risau dg arang yg tuan tabui, cukup bagi diri jika sang buah hati melihatku seperti bidadari, yg selalu memeluknya dg kasih sejati dan memandang tuan seperti raja yg harus dipatuhi dan dihormati, bagiku disitulah kemenangan sejati.

Tulisan diatas adalah tulisan Mellya Juniarti yang tak lain dan tak bukan-mantan istri dari Ustadz Abdul Somad (UAS). Dan curhatan ini diunggah dalam akun instagramnya.

Tulisan ini bukan untuk mengkomentari atau bergosip-ria terkait rumah tangga mereka. Namun, tulisan ini ingin mengomentari dari sudut pandang yang berbeda, yaitu gaya tulisan nan puitis atau indah.

Sepertinya, Mellya Juniarti ini mempunyai bakat menulis atau bertutur yang baik. Ia bisa merangkai kata-kata indah dan tajam. Apalagi kalau hati wanita sudah tersakiti. Ia seolah menjadi ahli atau pakar sejarah yang akan selalu ingat kejadian-kejadian atau peristiwa yang sudah lewat atau lalu dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Ia bisa runut dalam bercerita atau menceritkan kisah hidupnya.

Mellya Juniarti adalah orang Melayu, seperti kita ketahui orang Melayu biasanya pandai bercerita atau bertutur dengan ragam bahasa yang indah dengan kiasan.

Apalagi pemakaian kata "Tuan" mengingatkan gaya tulisan Bung Karno yang sering memakai kata "Tuan" dalam tulisannya "Di bawah Bendera Revolusi". Dan biasanya ditujukan kepada seseorang.

Dilihat dari gaya tulisan dan bahasanya, mantan istri UAS itu pribadi yang tenang dan tidak mudah meledak-ledak. Tapi tegas dalam bersikap. Mungkin ia tidak mampu bicara secara langsung karena pasti akan penuh perdebatan, tapi ia bisa menuliskan apa yang dirasa dengan ungkapan bahasa yang indah dan menusuk.

Sepertinya, kisah hidupnya bisa ditulis dalam bentuk cerpen bersambung, seperti tulisan cerpen bersambung yang ditulis Kang Pepih yang sudah sampai serial 18. Mudah-mudahan juga Kang Pepih bisa mengajak Mellya Juniarti untuk menulis di PepNews. Pasti akan banyak pembaca yang akan mengunjungi PepNews. Apalagi Kang Pepih juga punya bakat atau mempunyai naluri menemukan penulis hanya dari cara berkomentar atau dari status tulisan seseorang.

Tugas Kang Pepih sekarang segera cari atau hubungi Mellya Juniarti untuk menulis atau literasi,baik itu cerpen atau puisi.

***