PKS pun senang dengan keadaan yang sekarang. Dia kini dianggap sebagai partai yang tulen menjadi oposan.
Di tengah gegap gempita kegembiraan pilih 01 dapat semuanya. Tidak hanya 02 tapi juga para pentolan pasukan nasi bungkusnya, ada tiga serangkai yang berdiri di sudut sepi.
Demokrat, PAN dan PKS. Mereka bersama tapi tidak saling tegur sapa.
Sesekali Demokrat bergumam lirih disambut sapaan getir PAN. Sakitnya Demokrat adalah sakitnya PAN. Karena petingginya besanan. Sang kepala menunduk dengan tatapan kosong meneroka masa depan.
Yang kelam.
Terlebih mereka melihat gegap gempita penyambutan Prabowo memasuki Kementerian Pertahanan bak pahlawan yang pulang kekampung halaman. PNS dan tentara aktif memberi sikap hormat sambil melambaikan bendera merah putih. Mereka merasa mendapat pengayoman.
Dan kembalinya sang jenderal ke habitat aslinya akan bergema kuat di seluruh tangsi dan asrama tentara. Membentuk barisan suara maha kuat mendorong sang Jenderal merebut kursi kepresidenan, lima tahun ke depan..
Di mana Demokrat dan PAN nanti? Yang menjadi paria di pelataran perpolitikan dan di deretan kursi di Senayan. Keduanya harus cari cantolan karena PDIP sudah memasukkan mereka dari daftar kelompok tidak berguna alias afkiran.
Dan lima tahun kedepan, sulitlah diharapkan memperoleh suara besar. Jadi partai gurem malahan sangat bisa jadi kenyataan.
Demokrat dan PAN menoleh PKS yang memperlihatkan wajah datar sambil sesekali sinis melihat begitu meriahnya dan riuh rendahnya penghelatan di Istana dan 34 kementerian. Tapi matanya terbinar-binar akan besarnya peluang dihadapan.
PKS terbukti tidak lekang dimakan zaman sekalipun beberapa pimpinan dan anggotanya bertingkah seperti bajingan. Ketika korupsi sapi, PKS diramal bakalan sepi. Eh.. ternyata suaranya meningkat.
Bahkan Pileg dan Pilpres 2019 bagi PKS adalah kemenangan yang maha nikmat. Tanpa banyak keluar duit, perolehan suaranya naik di DPR maupun di DPRD. Bahkan di Jabar, jumlah wakil PKS baik nyaris 100 persen.
PKS pun senang dengan keadaan yang sekarang. Dia kini dianggap sebagai partai yang tulen menjadi oposan.
Manakala mayoritas partai dihujat Rakyat karena kebijakan dan UU buatannya, maka PKS selama 5 tahun kedepan dengan senang hati menampungnya untuk memperoleh dukungan. Jika kalah suara di parlemen, PKS tinggal tunjuk hidung dan berteriak, kami kalah karena dicurangi lewat suara mereka. Kami bersama rakyat untuk memperjuangkan nasib anda sekalian.
Teriakan ini sangat bisa jadi bakal dihujani hujatan. Tapi hujatan itu tidak akan banyak membantu. Semakin dihujat PKS bisa semakin hebat.
Kader dan pendukungnya makin militan mencari lebih banyak dukungan. Dan ceruk dukungan itu akan banyak. Ditengah hujatan, sekeping demi sekeping kelompok Islam yang merasa didzolimi akan memberikan suara kepada PKS.
Mereka yang bukan radikal , pendukung HTI atau gerombolan terorisme. Namun mereka jengah dengan aneka sebutan yang mereka artikan sebagai melecehkan Islam.
Ini adalah ekses cap radikal, kadal gurun, atau pendukung khilafah yang diperkirakan bakal masif sepanjang lima tahun kedepan. Mereka yang Muslim mengkritik kinerja pemerintah akan dicap dengan sebutan itu. Padahal mereka yang tidak terafiliasi oleh gerakan radikal manapun.
Merasa terpojok, mereka akan arahkan suara ke PKS yang akan gencar juga menyuarakan bahwa rezim ini rezim zalim. Mereka akan terus menggoreng isu bahwa Pilpres kemarin cuma bagaimana membagi kekuasaan.
Dari itu, jangan heran, jika 2024 nanti PKS akan masuk 5 besar. Dari 50 kursi menjadi 60 kursi di DPR. Termasuk yang menentukan siapa yang jadi presiden di masa depan.
Sementara Demokrat dan PAN berada di urutan degradasi dan akhirnya terbuang. Tergerus deru mesin partai-partai nasionalis, yang kotorannya menerpa muka mereka yang tanpa daya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews