Keterlibatan Asing dalam Pembangunan Ibu Kota Baru Indonesia

Kenapa kita punya mental rendah diri dan doyan pamer supaya kelihatan wah dan heboh sendiri ibukotanya.

Rabu, 22 Januari 2020 | 11:33 WIB
0
244
Keterlibatan Asing dalam Pembangunan Ibu Kota Baru Indonesia
Tony Blair (Foto: DW.com)

Sebegitu ambisikah kita dengan pembangunan ibukota baru Indonesia kita, hingga harus kelihatan sebagai ibukota super duper terkeren sedunia sehingga memaksa diri mengundang semua investor asing di tempat ini?

Dan bagaimana dengan semua perangkat lunak yang akan dibangun di sana? Yakinkah tidak akan intervensi asing di sana dan kedaulatan Indonesia juga tetap ada dan berkuasa di sana? Apa ibukota baru bakal jadi ibukota baru semua kekuatan dunia juga? Yakinkah tidak ada penyusupan perangkat lunak di sana mulai dari dasar bangunan, disain arsitektur dan sipil?

Terus terang, saya tidak percaya sama Blair satu ini, dan rombongan UEA, untuk urusan pembangunan ibukota baru. Apalagi orang yang mengajak mereka masuk investasi. Sedikit mencurigakan. Agenda apa yang bakal dimasukkan dalam pembangunan ibukota baru ini oleh mereka? Are you sure, nothing but money only?

Saya lebih suka gaya Bung Karno, yang seadanya membangun Jakarta waktu itu, berdasarkan kemampuan sendiri, mau teknis sampai uang. Dia tidak mau didikte siapapun. Dia percaya diri. Dia tahu, tidak pernah ada yang gratis di dunia ini. Itu sebabnya dia diperhitungkan sebagai salah satu pemimpin dunia yang powerful dan akhirnya dimatikan kolonelnya sendiri.

Yakinkah semua bantuan investor asing ini murni uang semata tanpa bantuan teknis yang mengganggu kedaulatan Indonesia di masa yang akan datang, termasuk semua urusan perangkat lunak di sana?

Buat apa bangun ibukota baru, kalau ibukota yang baru cuma jadi pusat kekuasaan asing di negeri kita Indonesia yang kaya, tapi miskin idealisme? Heran juga, kenapa ya tidak belajar dari negeri sebelah misalnya, bagaimana Malaysia membangun ibukota baru Putra Jaya sederhana tapi manis, yang mandiri dan berdaulat?

Mengapa untuk membangun ibukota baru kita sebegitu ngotot bikin yang wah dan super duper, tanpa melihat kemampuan diri sendiri ketimbang memaksa asing ikut terlibat dalam proyek terpenting aman dan bakal punya banyak rahasia di negeri kita? Mengapa juga kita harus seperti "telanjang" untuk membangun ibukota sendiri dengan mengundang asing masuk menginvestasikan uang mereka?

Mengapa kita tidak belajar dari Istana Negara kita saat ini yang sudah terkenal penuh alat sadap dari dinding-dinding sampai lokasi yang mudah jadi sasaran drone dan launcher? Masih bahagiakah kita kalau ibukota baru yang kita akan bangun tidak ada gunanya, beda tipis dengan Istana Negara kita yang lama, kalau tetap saja dikendalikan intelijen asing dan penguasa dunia yang kasat mata lapar dan haus merampok Indonesia?

Kenapa kita punya mental rendah diri dan doyan pamer supaya kelihatan wah dan heboh sendiri ibukotanya. Sebenarnya, kita ini bangun ibukota baru untuk kepentingan kita atau untuk kepentingan asing?

Cara terbaik bagaimana yang kita harus buat agar kita menjaga kedaulatan ibukota baru kita, supaya bebas dari intervensi asing soal semua perangkat lunak dan moderen teknologi tinggi yang akan kita akan bangun di ibukota baru ini? Ini PR bersama kita tentunya. Dan saya percaya, intelijen Indonesia dapat menjadikan ini sebagai salah satu catatan penting dan harus, dengan bold marker tentunya.

Just my two pennies.

***