Setiap memasuki awal bulan Agustus, kita dengan mudah melihat antusiasme warga menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Hampir di setiap kampung, masyarakat mengadakan berbagai kegiatan untuk menyemarakkan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia (RI).
Berbagai kegiatan dilakukan. Memasang umbul-umbul, mengecat ulang jalan dan gapura, memasang lampu hias dan menggelar berbagai lomba. Lomba yang kerap membuat kita tertawa karena memang tujuannya sekedar bersuka cita, bukan menjadi yang paling juara.
Jalan santai sambil bercengkerama dengan teman dan tetangga. Anak-anak bersepeda hias. Belajar kreatifitas sembari bergembira.
Semarak dan meriah. Mungkin itu dua kata yang pas untuk menggambarkan bagaimana aneka kegiatan menyambut 17 Agustus itu berlangsung.
Jangan tanya soal dari mana dananya? Semangat warga untuk bersuka cita atas ulang tahun kemerdekaan tentu tak mengambil anggaran APBN atau APBD. Atau sampai-sampai harus korupsi sebagaimana dilakukan oleh sebagian elit neger ini. Tidak.
Warga atau rakyat kecil ini iuran dari kantong masing-masing. Besarannya ada yang diseragamkan, ada yang berdasarkan kemampuan. Gotong royong.
Memang ada yang mengajukan proposal ke tokoh masyarakat, anggota DPR atau perusahaan di lokasi dekat kampung jika ada. Tapi nilainya tak dominan. Sumbangan dari wargalah yang utama.
Saya pikir, kalau kita ingin melihat dimana rasa nasionalisme rakyat terwujud, di momen perayaan 17 inilah rasa nasionalisme itu terlihat. Nasionalisme yang hampir tidak mereka jargonkan atau mereka ucapkan, tapi mereka kerjakan.
Dalam perayaan HUT Kemerdekaan ini, kita juga melihat bagaimana kebhineakan itu nyata. Tak ada pertentangan agama atau suku. Apapun agamanya, apapun sukunya, warga menyatu dan bergotong royong untuk memeriahkan kemerdekaan. Tak ada juga caci maki sebagaimana caci maki yang terkadang kita temukan di media sosial.
Dari rakyat inilah semestinya para elit politik berkaca. Rakyat yang kerap mereka beri janji. Rakyat yang katanya mereka wakili.
Elit perlu belajar bagaimana mencintai negeri. Bagaimana memberi, bukan justru korupsi. Bagaimana mengabdi, bukan justru mengambil untuk diri sendiri.
Karena sejatinya, rakyat lah yang sudah merdeka. Merdeka dari nafsu berkuasa, merdeka dari mencari nama. Kepada rakyatlah elit harus belajar. Namun yang terjadi, elit memang sering merasa lebih pintar.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews