Fanatisme dan Militansi di Kubu 02

Tersiar kabar kalau pada 2024 Prabowo mau nyalon lagi, bisa juga. Mahathir pada usia 92 tahun menang dan jadi PM Malaysia. BPN mulai yakin, belum ada lawan.

Kamis, 30 Mei 2019 | 22:11 WIB
0
711
Fanatisme dan Militansi di Kubu 02
Prabowo Subianto dan pendukungnya (Foto: Eramuslim)

Pilpres 2019 memberikan gambaran, kita ini sudah fasih belajar demokrasi atau justru terjebak pemahaman yang salah saat mempraktekan faham kebebasan? Di negeri Uncle Sam, demokrasi itu liberal, tapi partai yang berkuasa akan memberi warna tersendiri, orang Republik agak tak acuh dengan HAM, beda dengan orang Demokrat yang rigid kalau bicara hak azasi manusia.

Pilpres di sini yang sebenarnya lancar, kalau kita tidak terjebak dalaanm pemahaman sempit, menjadi ribet karena ada yg terlalu fanatis dan militan. Pada ujungnya timbul kerusuhan.

Nah, kini hukum mulai bersikap dan bertindak. Situasi mulai reda dari aksi konyol yang menghalalkan cara, memainkan para kriminal dan teroris, demo Mei ini pakai acara bunuh-bunuh segala.

Semua akan tersapu, karena publik mulai bosan dan butuh kedamaian di bulan Ramadan. Aksi itu tidak memperhitungkan faktor psikologis dari momentum yang ada. Sepertinya perencananya kurang memperhitungkan fungsi intelijen pengamanan, ya mudah dihabisi.

Fanatisme dan Militan

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Fanatisme adalah keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran, baik politik, agama dan lainnya.

Baca Juga: Prabowo dan Sorga Anak Kecil

Winston Churchil menyatakan bahwa seorang yang fanatik adalah orang yang tak bisa mengubah pendapatnya dan tak mau mengubah subyek pembicaraan. Ini wajar baik simpatisan 02 atau 01 juga sama, yang membedakan pada kubu 02 ada penganut fanatisme sempit.

Para perusuh yang ditangkap polisi adalah mereka yang fanatis sempit, yaitu pengikut kelompok teror ISIS, dengan tokoh Chep Hermawan, GARIS (Gerakan Reformis Islam).

Enam tahun lalu, Chep yang mengaku sebagai Presiden Regional ISIS Indonesia pada Selasa (12/8/2014) ditangkap Densus bersama 6 orang lainnya di Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah. Chep adalah pendukung Prabowo. Nah, selain teroris yang afiliasi ke ISIS ikut main, ada preman-preman bayaran dan solidaritas Islam garis keras.

Selain itu ada kelompok relawan yang fanatis mati urip nderek Prabowo. Mereka terkait dengan masa lalu, esprit de corps, dan larut dengan pengaruh keyakinannya masing-masing.

Kata militan merujuk kepada orang atau kelompok orang-orang yang ikut serta dalam suatu pertempuran fisik/verbal yang agresif, biasanya dikarenakan suatu penyebab. Jurnalis seringkali mempergunakan kata miltaan sebagai istilan netral untuk pejuang yang tidak termasuk di dalam suatu organisasi militer. Secara khusus, seorang yang militan turut serta dalam tindak kekerasan sebagai bagian dari alasan memperjuangkan suatu tujuan politis.

Dari Muslim Cyber Army hingga kelompok emak-emak, militansi kelompok pendukung Prabowo-Sandiaga di media sosial hampir tidak ada lawan. Mereka cukup solid didukung tim IT yang kuat. Juga lumayan banyak dari mereka mantan tentara yang terkenal jagoan, menjadi relawannya Prabowo.

Kerusuhan 21 dan 22 Mei

Pada demo 21 dan 22 Mei, Polisi bentrok dengan kelompok perusuh yg melakukan kerusuhan di beberapa titik, Tanah Abang, Petamburan, Gambir, dan Slipi. Akibat peristiwa itu, delapan orang dikabarkan meninggal dan ratusan lainnya terluka. Nama kelompok Garis disebut polisi jadi biang kerusuhan ini.

Menurut pihak Kepolisian, perusuh yang terlibat bentrok dengan polisi di kawasan Tanah Abang dan Petamburan merupakan warga dari luar wilayah itu. Mereka disebut-sebut berasal dari beberapa titik Jakarta dan Jawa Barat.

Salah satu pergerakan perusuh melalui Stasiun Kereta Listrik (KRL) Tanah Abang. Mereka datang dari Rangkas Bitung, Lebak, Banten. Sebagian di antara mereka pergi ke Bawaslu pada malam hari tanggal 21 Mei sekitar pukul 23.00 WIB. Sedangkan sebagian lagi bersiaga untuk menyerang asrama Brimob di Petamburan. "Ya salah satunya rombongan dari Rangkasbitung," kata Karo Penmas Divhumas Polri, Brigjen Dedi Prasetyo, di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin, 27 Mei 2019.

Pada 22 Mei, rombongan lain datang juga lewat Stasiun Tanah Abang dan melakukan perusakan di stasiun dan merangsek ke Bawaslu. "Makanya di tanggal 22 itu sempat disetop, stasiun ditutup, karena stasiun kita deteksi menjadi pintu masuk dari para perusuh," kata Dedi.

Polri menyebut alasan para perusuh menyerang asrama Mako Brimob di Petamburan pada 22 Mei adalah untuk merebut amunisi dan senjata polisi. Para perusuh itu sudah memetakan jumlah polisi yang berada di asrama Brimob.

Dari hasil pemeriksaan terhadap 442 tersangka terungkap ada tiga kelompok lain selain perusuh lapangan di dalam peristiwa 22 Mei itu. Kadiv Humas Polri Irjen M Iqbal saat jumpa pers di Kemenko Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin, 27 Mei 2019, menjelaskan, tiga kelompok itu adalah teroris, kelompok penyelundup senjata api dari Aceh, serta kelompok pemegang senjata api yang merencanakan pembunuhan empat tokoh nasional. Polisi menyita Senapan M4 serta rakitan modifikasi M-16 dan pistol revolver.

“Jadi 3 ini penunggang, teroris, terus kelompok yang masuk dari Aceh, dan yang barusan saya rilis ini (perencana pembunuhan tokoh-tokoh). Kalau perusuh sudah di lapangan yang mereka lakukan penyerangan terhadap petugas, massa perusuh ini setting-an," ucap Iqbal.

Dari pihak relawan terdapat mantan dua petinggi TNI yg ditahan, Mayjen Pur Soenarko, mantan Danjen Kopassus, pada kasus kepemilikan senjata M4 dari Aceh ke Jakarta disita di Bandara Suta. Juga Mayjen Pur Kivlan Zen mantan Kas Kostrad ditahan dengan tuduhan makar dan masalah kepemilikan senjata api.

Prediksi Mendatang

Paslon 02 akhirnya memutuskan membawa pertarungan ke Mahkamah Konstitusi. Ini lebih baik dibandingkan melakukan perjuangan di jalan. Harus disadari bahwa yang dihadapi adalah Polri sebagai perangkat hukum dan TNI sebagai penjaga kedaulatan negara apabila pola kerusuhan tetap diterapkan.

Fanatisme dan militansi tetap sah menjadi dasar perjuangan, tetapi memainkan kriminal dan kelompok teroris untuk kepentingan politik pada pilpres tidaklah tepat. Stabilitas ekonomi dan keamanan Indonesia saat ini dalam kondisi baik. Karena itu dampak kerusuhan sifatnya sektoral, walau dilakukan di pusat ibukota Jakarta.

Baca Juga: Kerusuhan 22 Mei, Murni Gerakan Inkonstitusional

Kita menunggu hasil keputusan Mahkamah Konstitusi 28 Juni 2019. Jelas ini belum selesai, dinamika politik masih aktif. Bagian terpentingnya, negara-negara besar sudah mengirimkan ucapan selamat kepada Pak Jokowi sebagai pemenangnya. Pemerintahan sebuah negara butuh pengakuan negara lainnya. Memang, bau-baunya sejak KPU mengumumkan rekapitulasi pilpres, Paslon 01 unggul dengan selisih 11% dari Paslon 02.

Kita tunggu MK ketuk palu, baru selamatan. Bagus juga info bahwa Prabowo ke Eropa mau check kesehatan, itu paling benar.

Tersiar kabar kalau pada 2024 Prabowo mau nyalon lagi, bisa juga. Mahathir pada usia 92 tahun menang dan jadi PM Malaysia. BPN mulai yakin, belum ada lawan, Prabowo lahir 17 Oktober 1951, tahun 2024 baru berusia 73 tahun. Kita lihat deh. Damai dulu dan sabar 5 tahun lagi. Who knows?

Marsda Pur Prayitno Ramelan, pengamat intelijen.

***