Setelah pengumuman resmi dilakukan oleh KPU, segerombolan massa melakukan aksi unjuk rasa di beberapa titik sebagai wujud penolakan terhadap hasil Pilpres 2019 yang memenangkan paslon nomor 01 Joko Widodo.
Aksi tersebut terbilang anarkis, hingga aparat kepolisian terpaksa menangkap beberapa provokator dan menembakkan gas air mata.
Setelah diselidiki lebih lanjut, sebagian peserta aksi yang tertangkap merupakan seorang pengangguran dengan tatto di badan.
Hal ini tentu tidak mencerminkan Islam yang cinta damai, segala bentuk provokasi yang ada lantas membuat para simpatisan pendukung 02 merasa bahwa aparat kepolisian begitu kejam, nyatanya para peserta aksi enggan membubarkan diri padahal perijinan unjuk rasa telah melampaui waktu yang ditetapkan.
Sebelumnya Kepala Staf Kepresidenan mengatakan bahwa aksi 22 Mei tersebut akan dimanfaatkan oleh kelompok tertentu dan untuk kepentingan kelompok tersebut saja. Dirinya juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak perlu berbondong – bondong, berkumpul pada sebuah tempat tertentu.
Pada Sabtu 18 Mei 2019, Polisi telah menangkap 68 terduga teroris yang mana 29 diantaranya hendak turut serta dalam aksi kerusuhan 22 Mei. Bahkan kepolisian juga telah memutarkan video berisi pengakuan seseorang yang disebut sebagai anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Dalam video yang diputar di Mabes Polri tersebut seseorang berinisial DY mengaku sudah menyiapkan teror 22 Mei. Pengakuan tersebut menyebutkan bahwa DY dan beberapa ikhwan hendak melakukan amaliyah pada 22 Mei dengan menggunakan bom yang telah dirangkan dengan menggunakan remote control.
Tentu kita semua tahu, bahwa terorisme bukan Islam, karena sejatinya Islam merupakan agama yang cinta damai, bahkan pernah dikisahkan Nabi Muhammad SAW, pernah menyuapi seorang Yahudi yang pernah menghina dirinya.
Bisa dibayangkan, jika aksi kerusuhan tersebut dimanfaatkan oleh segelintir teroris, tentu akan menimbulkan kekacauan yang lebih besar. Padahal pihak BPN Prabowo – Sandiaga, Andre Rosiade telah meminta kepada para pendukung paslon 02 untuk menjaga ketertiban dan tidak bertindak anarkis.
Namun ajakan tersebut tampaknya tidak didengar oleh beberapa simpatisan yang telah menjadi pendukung fanatik Prabowo – Sandi, hingga akhirnya aksi yang digelar meninggalkan korban yang tidak sedikit.
Ketua PBNU Said Aqil Siraj, turut prihatin atas adanya kericuhan tersebut, apalagi aksi tersebut terjadi di bulan suci Ramadhan. Dirinyapun berharap agar semua pihak dapat merenung dan mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi.
Ia juga mengatakan, bahayanya jika agama tidak dipahami dengan benar. “Agama tidak dilakukan dengan tafaquh tahu – tahu menjadi ulama menjadi ustaz. Bahkan artis yang baru tobat langsung menyalahkan yang lain. Dikira dia sudah mencapai maqom (derajat) yang tinggi, sudah seratus persen shalih, shalihah, maka yang lain ini (terkait kerusuhan 22 Mei) setengah Islam Setengah Kafir barangkali kita ini yang tobat itu, yang artis, yang tadinya buka aurat langsung tutup aurat, hijrah, sangat berbahaya kalau dibiarkan,” tuturnya.
Menurut Said, Ulama juga harus menguasai dan mumpuni dalam bidangnya. Ulama haruslah paham Al – Qur’an dan tafsirnya, sehingga nantinya bisa memberikan pengarahan dan bimbingan kepada umat agar tetap di jalan yang benar. Ulama harus hadir di tengah – tengah masyarakat.
Dirinya juga menegaskan, bahwa perbedaan yang ada haruslah diselesaikan dengan baik dan bijaksana. Cara – cara yang tidak bijaksana haruslah dihindari.
Sebenarnya, massa aksi sempat berlangsung dengan tertib, namun massa perusuh yang datang belakangan ternyata memancing keonaran. Dampaknya sebuah warung kopi yang berada di Jl Wahid Hasyim telah menjadi sasaran penjarahan massa perusuh.
Pemilik warung kopi tersebut bernama Rajab. Dirinya menutup warungnya pada pukul 22.00 karena ingin beristirahat di rumah. Namun sepertinya istirahat Rajab menjadi mimpi buruk ketika dirinya mengetahui bahwa warungnya dijarah massa.
Cool Box dan uang yang ada di warungya pun dibobol. Barang dagangan yang dijarah antara lain rokok dan makanan. Dirinya menaksir kerugian yang dialaminya menyentuh angka Rp 50 juta.
Jika aksi tersebut dilakukan atas nama Jihad, tentu hal tersebut sangatlah kontradiktif jika kita mengetahui dampak kerusakan yang terjadi pada kerusuhan yang terjadi pada 22 Mei lalu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews