Jika kita andaikan survey mutakhir Litbang Kompas, 20 Maret 2019 adalah hasil Pilpres pada 17 April 2019, Jokowi-Ma'ruf terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2019-2024.
Tapi apa trend yang terjadi beberapa minggu ke depan, kita belum tahu. Hanya yang kita tahu, dengan latar belakang berbeda, Ahok-Jarot mampu disingkirkan oleh Anies-Sandi. Maka apakah karena faktor Sandi, pada posisi wakil, justeru menjadi Bathara Kala bagi Jokowi juga?
Bukan sih, beda kasus dan eskalasi, meski situasi Pilpres ini diupayakan mirip oleh para penggiat dan pejuang nomor 02. Apalagi dalam kasus Pilkada DKI Jakarta 2017, tak sedikit pendukung Ahok yang tak datang ke TPS (baik karena takut ancaman, meyakini Ahok pasti menang, atau karena memang hanya jagoan kandang bekoar di medsos). Meski dalam Pilpres 2019 ini, militansi pendukung Jokowi-Ma'ruf juga bisa jadi ekuivalen alias sami mawon.
Dibanding pendukung nomor 02, pendukung Jokowi-Ma'ruf kalah militan. Mungkin malu-malu untuk fanatik, kemudian berdalih elegan sebagaimana kata yang acap diucap; Gusti Allah mboten sare. Itu kalimat menghina tuhan sesungguhnya. Emangnya tuhan sama dengan manusia, ngantukan dan tiduran karena kadar gula naik?
Setidaknya dari sikap itu, elektabilitas Jokowi turun dikit dan elektabilitas lawan naik dikit. Itu artinya membenarkan strategi lawan, bagaimana merisak nama Jokowi-Ma'ruf terbukti efektif dan efisien.
Meski juga tak ngaruh sih, soal apakah kalah militan atau tidak. Karena loyalitas itu akan terbuktikan dari perolehan suara. Lha, apakah 100% pendukung Jokowi akan datang ke TPS tanggal 17 April 2019, dan mencoblos capres nomor 01?
Itu saja persoalannya. Karena kemenangan paling valid, adalah dari perolehan suara capres di coblosan itu. Bukan keindahan dan keburukan kata-kata di medsos.
Tapi, untuk apa memenangkan Jokowi-Ma'ruf? Sungguhkah kita takut negara akan blangsak, jika kembali dikuasai para soehartois yang suka KKN? Atau kita sendiri bagian yang tak mau berubah itu? Yang nyesel milih Jokowi, karena mau korupsi kagak bisa? Lihat, para ASN saja eneg, karena nggak bisa males-malesan dan korupsi kayak jaman sebelumnya? Nggak bisa ngelayap ke mall di jam kerja?
Terus gimana cara menangin Jokowi?
Kalau kita sebagai rakyat pemilih, kalah militan di medsos dan di lapangan kampanye, mungkin tak apa. Tapi tidak datang ke TPS pada waktunya, bahkan males ngurus surat suara, itu kesalahan, karena hanya akan menguntungkan bukan pilihanmu.
Senyampang itu, pertanyaannya, TKN itu singkatan apa? Jangan-jangan Tim Kampret Nasional? Kan perot kalok gitu!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews