Kita belum tahu sejauh mana klaim itu akan terus digunakan, dan juga apakah rakyat pemilihnya percaya dengan klaim tersebut?
Agus Harimurti Yudhoyono mengklaim bahwa dirinya masih keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Memang yang menyebut hal itu Kiai M. Asyhari, tetapi dengan tidak membantahnya berarti Agus Harimurti menyetujui, atau membenarkan, apa yang disebut oleh Kiai Asyhari.
Sebelumnya, ada silsilah yang menunjukkan bahwa ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden (2004-2014), masih keturunan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram.
Jika ia masih keturunan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram, maka secara otomatis kedua putranya, Agus Harimurti dan Edhie Baskoro, juga keturunan Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram.
Dengan demikian, lengkaplah sudah. Agus Harimurti bukan hanya memiliki status Raden, melainkan juga Habib.
Kalau ingat pelajaran sejarah Indonesia di SMA, maka kita mengenal apa yang dinamakan Silsilah Balitung.
Silsilah Balitung itu mengacu pada nama Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Sri Dharmodaya, Raja Medang (Jawa Tengah) yang disebut-sebut wilayah kekuasaannya mencakup Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan Bali.
Silsilah Balitung itu dianggap menarik karena dalam silsilah itu Balitung menggambarkan bahwa dirinya adalah keturunan raja-raja besar yang berkuasa sebelumnya. Padahal dalam kenyataannya tidak demikian.
Dengan mengklaim bahwa ia adalah keturunan raja-raja besar itu, ia berharap akan memiliki legitimasi yang sama dengan raja-raja besar tersebut.
Sangat mengherankan bahwa cara Raja Balitung itu ditiru pada masa sekarang ini, lebih dari 1.100 tahun kemudian.
Kita belum tahu sejauh mana klaim itu akan terus digunakan, dan juga apakah rakyat pemilihnya percaya dengan klaim tersebut?
Dan, juga apakah mau memilihnya sebagai presiden?
Itu hal-hal yang masih harus ditunggu.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews