Percayalah, Covid-19 Bukan Konspirasi

Peneliti mengatakan pandemi Corona tidak natural. Indonesia tidak perlu vaksin Corona karena virusnya sangat labil dan kita tidak punya data valid mana orang yang positif corona dan negatif.

Selasa, 21 April 2020 | 11:53 WIB
0
580
Percayalah, Covid-19 Bukan Konspirasi
sumber: https://www.sciencedaily.com/releases/2020/03/200317175442.htm

Tadi malam di grup WAG ada yang share tulisan tentang “Vaksin Bill Gates Jangan digunakan di Indonesia” yang mengatasnamakan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K) mantan menkes. Meskipun demikinan kita tidak boleh percaya  begitu saja bahwa itu tulisan beliau sendiri.

Sejak awal muncul pandemic Covid-19, ada dua kubu utama yang berbeda pandangan, kubu pertama beranggapan bahwa Covid-19 adalah virus alam yang berasal dari hewan dan kubu kedua adalah virus buatan yang disiapkan untuk perang, meskipun kubu kedua juga terpecah menjadi dua sub kubu, sub kubu pertama virus buatan Amerika dan sub kubu kedua virus buatan China.

 Tulisan di WAG tersebut yang termasuk pihakn yang setuju bahwa virus Covid-19 adalah virus buatan Amerika dan Bill Gates sebagai salah satu orangnya. Tulisan yang sangat mantap, tetapi sayangnya hanya dishare di medsos sehingga sulit didiskusikan. Jadi secara  bersemangat penulisnya berusaha memprovokasi agar nanti saat Vaksin yang didanai Bill Gates jadi dan disebarkan orang Indonesia dihimbau jangan mau menggunakaannya karean ada microchip di vaksin tersebut. Tentu dengan ditambahkan argument-argumen dan narasi pertanyaan yang kita dipaksa mengiyakan.

Saya termasuk orang yang tidak bisa memahami teori konspirasi dengan baik, nalar saya tidak sampai. Mungkin memang karena saya orang bodoh. Tapi ketika membaca beberapa literature, saya cenderung yang lebih meyakini bahwa Covid-19 adalah memang benar-benar pandemi alam yang disebabkan oleh virus dari binatang dan bukan virus dari laboratorium.

 MenurutAndersen dan kawan-kawan dari Department of Immunology and Microbiology, Te Scripps Research Institute, La Jolla, CA, USA, melalui publikasinya pada awal bulan April 2020 di Nature Medicine (http://www.nature.com/naturemedicine),  berdasarkan analisis data genom public dari SARS-CoV-2 dan virus terkait, sampai saat ini belum ada bukti bahwa virus Covid-19 dibuat atau direkayasa di laboratorium.

Tapi mungkin sebagian orang langsung tidak akan percaya karena laboratorium mereka di Amerika, meskipun semua tahun pandemi Covid-19 di Amerika juga termasuk yang terparah di dunia saat ini.

Profesor Kristian Andersen, ahli imunologi dan mikrobiologi, secara tegas menyatakan bahwa analisis data sekuen genom untuk coronavirus membuktikan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari proses alami. Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit dengan tingkat keparahan yang luas yang telah muncul beberapa kali.

Epidemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) 2003 di Cina dan wabah Middle East Respiratory Syndrome (MERS) pada tahun 2012 di Arab Saudi merupakan kejadian parah sebelum ini meski tidak menjadi pandemi.

 Sesaat setelah kejadian Wuhan dan epidemic dimulai, para ilmuwan dan peneliti langsung bekerja dengan bekerja sama antar laboratorium, termasuk ahli mikrobiologi dengan membuat dan mengembangkan bank data genom yang bisa digunakan bersama.  Data genom tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui bahwa epidemi atau pandemic terjadi karena adanya penularan dari manusia ke manusia setelah satu kali pengantar ke populasi manusia.  

Peneliti lain termasuk Andersen memanfaatkan data sekuensing ini untuk mengeksplorasi asal-usul dan evolusi SARS-CoV-2 dengan memfokuskan pada beberapa fitur khas virus.

Bukti bahwa Covid-19 adalah virus alami

Secara biologi molecular, para ilmuwan juga telah membuktikan bahwa protein SARS-CoV-2 telah berevolusi untuk secara efektif menargetkan fitur molekuler di bagian luar sel manusia yang disebut ACE2, reseptor yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah. Protein SARS-CoV-2 sangat efektif untuk mengikat sel-sel manusia, sehingga para ilmuwan menyimpulkan itu adalah hasil mutase alami dan bukan produk rekayasa genetika di laboratorium.

Bukti evolusi alami ini didukung oleh data tentang backbone struktur molekul SARS-CoV-2 keseluruhannya. Jika seseorang berusaha merekayasa virus corona baru sebagai patogen, mereka akan membuatnya dari backbone virus yang diketahui menyebabkan penyakit tertentu. Para peneliti telah menemukan bahwa backbone SARS-CoV-2 kebanyakan menyerupai virus terkait yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling.  Hal itu memperkuat bukti bahwa pendapat tentang manipulasi atau rekayasa virus di laboratorium tersebut terbantahkan.

 Prediksi Asal Virus

Ada dua pendapat utama yang memprediksi asal virus SARS-CoV-2 berdasarkan sekuensing genom mereka. Pertama, virus berevolusi ke keadaan pathogen melalui seleksi alam di inang non-manusia kemudian melompat ke manusia seperti halnya wabah sebelumnya yaitu SARS dari musang dan MERS dari unta menularkan ke manusia melalui pemaparan langsung. 

Saat ini para ilmuwan memprediksi kelelawar adalah inang yang paling mungkin untuk SARS-CoV-2 karena sangat mirip dengan kelelawar coronavirus. Tidak ada kasus penularan langsung kelelawar-manusia meskipun saat ini belum ada hasil riset yang terdokumentasi.

Dalam skenario ini, epidemi dan pandemi terjadi karena virus telah mengembangkan karakter yang membuatnya menjadi patogen dan dapat menyebar di antara manusia dengan cepat.

Kedua, pendapat bahwa virus non-patogenik melompat dari inang hewan ke manusia dan kemudian berevolusi menjadi virus patogen dalam populasi manusia seperti kasus yang coronavirus dari pangolin, mamalia mirip armadillo yang ditemukan di Asia dan Afrika yang memiliki struktur proteinyang mirip dengan SARS-CoV-2. Bahkan virus korona dari trenggiling dapat ditularkan ke manusia, baik secara langsung atau melalui inang perantara seperti musang.

Kemungkinan virus berevolusi dalam inang manusia dan pada awal pandemi dan tidak terdeteksi karena sirkulasi yang terbatas, karena itu muncul pendapat bahwa sebenarnya virus ini telah ada dan menyebar sebelum Desember 2019. Para ilmuwan ahli virus  menemukan bahwa pembelahan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19  mirip dengan situs pembelahan strain flu burungnyang menjadi epidemi beberapa waktu yang lalu. Virus SARS-CoV-2 kemudian mengembangkan tempat pembelahan yang ganas dalam waktu cepat dalam sel manusia sehingga menjadi pandemi  saat ini melalui penyebaran di populasi manusia.

Sampai saat ini peneliti belum dapat menentukan scenario mana yang paling mungkin terjadi, namun jika ternyata virus SARS-CoV-2 masuk ke manusia dalam bentuk patogenik dari sumber hewan, maka di masa depan akan ada peluang ada kejadian pandemi virus serupa yang mungkin sama atau lebih berbahaya dari saat ini.

Saat ini yang paling diperlukan adalah riset penemuan dan pengembanga vaksin agar pandemi segera berakhir. Bukan malah saling menuduh dengan teori konspirasi masing-masing. Seperti halnya pesan berantai di WAG yang mengatasnamakan mantan menkes tersebut.  Meski dengan ditambah banyak tautan ke berita kompas, you tube dan berita-berita lain, kalau dikaji lebih jauh link-link tersebut tak ada kaitannya dengan tulisan provokasi tersebut sama sekali, hanya link yang seolah resmi untuk memprovokasi dan membagikan hoax sains lebih banyak.

Sumber tulisan berjudul The proximal origin of SARS-CoV-2 yang terbit di Nature Medicine Vol. 26 April 2020 dan bisa diunduh di https://www.nature.com/articles/s41591-020-0820-9.pdf

 Artikel berantai di WAG secara lengkap sbb:

 PERS RILIS

 Vaksin Bill Gates Jangan Digunakan di Indonesia. Mengapa?

 Oleh: Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)

 Bill Gates telah menyiapkan vaksinasi corona sebanyak 7 milliar penghuni dunia. Bahkan sudah mulai akan dilakukan uji coba nya. Yang lebih mengkhawatirkan untuk mencapai obsesinya  Bill Gates telah menjalin hubungan dengan pemerintah negara-negara seluruh dunia termasuk Indonesia  agar vaksinnya menjadi program resmi pemerintah. Maka bersama ini saya sampaikan kewaspadaan terhadap hal tersebut.

Untuk menghadapi wabah Corona di Indonesia, sebaiknya pemerintah tidak menggunakan vaksin yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan farmasi yang berkaitan dengan Bill Gates.

Karena ada beberapa hal yang harus menjadi concern  kita:

Satu, Kapan dia (Bill Gates-red) mulai membuat vaksin?  Pembuatan vaksin memerlukan waktu yang tidak sebentar.

Kalau Billgates sudah siap dengan vaksin Corona  sekarang  kapan dia punya seed virus nya? Apa sebelum pandemic Corona? Apalagi pada tahun 2015 dia telah mengumumkan akan ada pandemik besar di 2020.

Dua, Seed virus Corona  dari strain negara mana yang digunakan oleh Bill Gates  dan kawan-kawan untuk membuat vaksin? Menurut para ahli di dunia  virus corona  sampai sekarang masih terus berubah-ubah, bermutasi terus dan kabarnya  sekarang  menjadi 3 clade bahkan  ada yang  mengatakan telah menjadi 6 clade. Maka seed virus yang mana yang dijadikan vaksin  oleh Billgates? Sampai sekarang tidak jelas

Tiga, Vaksin  Billgates akan dipasang microchip.  Konon digunakan untuk memantau  orang yang  diberi vaksin tersebut. Sedangkan kita tidak tahu dampak negatif apa dari microchip tersebut terhadap tubuh kita dalam jangka panjang? Apa betul microchip itu hanya untuk tanda seperti yang dia katakan?  Tidak ada bukti sama sekali.  Kita wajib waspada karena Bill Gates mempunyai proyek ambisius yaitu depopulasi demi mengatur populasi sedunia.

Empat, pertanyaan yang menggelitik muncul.  Kalau Bill Gates sudah mulai membuat vaksin saat ini apakah dia telah memiliki virus Coorna sebelum pandemi terjadi?

Maka tidak heran bila  beberapa peneliti dunia mengatakan  bahwa pandemi Corona saat ini tidak natural.

Menurut saya  Indonesia saat ini tidak perlu vaksin  Coorna karena virusnya sangat labil. Dan kita tidak punya data yang valid mana orang yang positif corona dan negatif.

Demi ketahanan nasional kita, andaikan kita pada suatu saat memerlukan vaksin (ada syarat  tertentu)--   (maka-red) kita harus mampu membuat vaksin mandiri dengan strain kita sendiri, dengan keamanan yang bisa kita percaya tidak ditumpangi kepentingan politik bangsa lain.  Saatnya kita mandiri dalam melindungi rakyat kita. Ingat kesehatan adalah kunci utama  Ketahanan Nasional

 Vaksinasi dan Microchip Bill Gates

Sebelumnya, dikabarkan sebuah vaksin anti-corona akan diuji coba secara klinis setelah mendapat restu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Vaksin itu diajukan oleh perusahaan bio teknologi yang berbasis di Pennsylvania, AS bernama Inovio Pharmaceuticals. Pengembangan vaksin ini, turut disokong oleh pendiri Microsoft, Bill Gates, beserta sang istri, Melinda Gates melalui yayasan Bill and Melinda Gates Foundation

Sambil melakukan vaksinasi Bill Gates akan memasang microchip ke dalam tubuh orang yang divaksinasi. Hal ini seperi yang diberitakan di sini

Padahal beberapa penemuan terakhir menunjukkan bahwa virus Corona tidak stabil dan sudah berkali-kali terjadi mutasi, seperti diberitakan New York Post

Beberapa tahun sebelumnya, dalam beberapa kali pertemuan Bill Gates sudah sering menyampaikan rencananya untuk melakukan depopulasi untuk mengontrol penduduk dunia dengan menggunakan vaksinasi, seperti yang terekam dalam akun youtube ini.

**