Menggodok Calon Menteri [3] Mencari Anak Bangsa yang Paham Digital

Cara berbisnis mereka bukan lagi di Mall, di Pasar Pasar ataupun Bursa Efek. Mereka hanya memegang smartphone dan transaksi terjadi.

Rabu, 17 Juli 2019 | 07:13 WIB
0
392
Menggodok Calon Menteri [3]  Mencari Anak Bangsa yang Paham Digital
Joko Widodo (Foto: Tirto.id)

Politik dan Kebudayaan

Politik Kebudayaan menjadi strategi Jokowi dalam membangun karakteristik Indonesia di masa depan. Kebudayaan bahkan ditempatkan dalam poin ketiga agenda Trisakti Bung Karno. Untuk memahami kenapa politik kebudayaan dengan mengembangkan Budaya Nusantara mengemuka lagi ke publik dan menjadi mesin penting pertumbuhan gerakan muda Indonesia, harus digali maknanya. 

Di masa Orde Baru, kebudayaan diartikan sebuah formalitas dimana kekuasaan menjadi landasannya, bukan lagi "pembebasan" seperti yang dimaknai Bung Karno. Kebudayaan dalam makna pemikiran Bung Karno di Trisakti adalah "Sebuah usaha besar dimana manusia menemui alam pembebasannya berupa kreatifitas dan ketajaman manusia menemukan peradabannya". 

Kebudayaan menjadi arti penting dari konsepsi tiga hal: Politik, Ekonomi, dan Kebudayaan yang berkepribadian.

Presiden Jokowi secara khas selalu bangga menyajikan pakaian pakaian Nusantara. Baru baru di media sosial juga viral tarian flash mob "Beksan Wanara" yang kemudian menjalar diikuti oleh anak anak muda. Kebanggaan anak anak muda terhadap alam Nusantara ini menjadi sebuah "arus balik" kesadaran sehingga menimbulkan suatu "Arus Balik" dimana kesadaran Nusantara menjadi titik sentral alam pikiran anak muda. 

Di sinilah Presiden Jokowi memerlukan Menteri Kebudayaan yang mampu menyusun "Strategi-Strategi Kebudayaan Otentik Nusantara" sebagai bagian terus menerus penggalian kesadaran sejarah.

Character Building dalam Pembentukan Manusia Indonesia 

"Knowledge is power, but character is more" Pembangunan Karakter sebagai tugas negara bukan merupakan sebuah intervensi negara artas individu tapi menciptakan situasi-situasi dimana negara mampu menciptakan keadaan dimana rakyat bergulat dan membangun karakternya. Di masa pembentukan Indonesia dan masa Revolusi Bung Karno 1959-1966, tercipta satu karakter manusia Indonesia berani menantang jaman. 

Gerakan pemuda pemuda dalam konflik besar seperti Irian Barat dan Konflik dengan Malaysia di tahun 1960-an menjadi sebuah "arah sejarah" bagaimana jutaan pemuda dan pemudi dibentuk karakternya menjadi "Manusia Pejuang" yang berani bentuk idealisme-nya.

Di masa Orde Baru, karakter manusia Indonesia dibawa ke arah "Pak Turut dan Bu Turut" semua diancam oleh bayonet kekuasaan, kemudian demokrasi membebaskan. Harus dirumuskan kembali "Pembangunan Karakter" yang otentik atas dialektika jaman. 

Di sinilah kemudian peran penting Menteri Bidang Pembangunan Kemanusiaan dan Kebudayaan mencari strategi strategi baru dan menyebarluaskan menjadi sebuah "Gerakan Bersama" membangun semangat ke-Indonesiaan dalam dunia yang bergerak cepat ini.

Pendidikan Nasional Dengan Dasar Preambule UUD 1945

Pendidikan Nasional masih jadi problem nasional, bahkan pembangunan alam bawah sadar pendidikan nasional masih jadi pertanyaan besar, apakah kita masih menciptakan sekolah sebagai sebuah "Pabrik Yang Mencetak Pikiran Generasi Masa Depan", apakah sekolah menjadi sebuah alat raksasa pembebasan manusia terhadap keterkungkungan.

Kita masih bertanya pula, apakah pendidikan kita masih menjadi sebuah kepanjangan kepentingan "Politik Etis Belanda" atau malah menjadi sebuah bagian gerakan progresif pembebasan manusia ala Paulo Freire dan Ki Hadjar Dewantara.

Perkembangan agresivitas politik identitas di tengah tengah pendidikan kita juga harus diperhatikan. "Wajah Pendidikan Negara" haruslah tunggaol yaitu : "Wajah Nasionalisme", identitas lain di luar Nasionalisme akan menimbulkan aneka persepsi. 

Sementara tugas yang penting dalam preambule atau pembukaan UUD 1945, "Mencerdaskan kehidupan bangsa" ini bukan soal bangunan bangunan sekolah tapi sebuah sistem kebudayaan yang ditawarkan pemerintah di tengah masyarakat agar masyarakat mampu bergerak menjadi sebuah komunitas komunitas cerdas bukan komunitas yang rentan atas usaha usaha demagogi apalagi masyarakat yang terjebak dalam kotak kotak pertarungan kekuasaan.

Revolusi Digital 

Revolusi Digital adalah Revolusi terbesar di dunia yang pernah ada, semua keadaan dibalikkan dengan cepat. Anak anak muda bukan lagi mereka dari generasi lama yang tiap pagi membuka lembaran koran, mereka tidak lagi membuka agenda agenda acara TV di koran, bukan lagi mereka yang duduk di depan TV dan hampir semua orang Indonesia hampir secara serentak hapal nama nama TV.

Cara berbisnis mereka bukan lagi di Mall, di Pasar Pasar ataupun Bursa Efek. Mereka hanya memegang smartphone dan transaksi terjadi. Cara pandang mereka bukan lagi bisnis adalah "sebuah ketekunan", tapi bisnis adalah sesuatu yang cepat dan harus berganti. Pola komunikasi mereka bukan pertemuan pertemuan darat, tapi sudah pertemuan dunia maya yang sifatnya massif.

Melihat hal ini, revolusi digital menjadi sangat penting dalam melihat Indonesia modern dan harus disadari Indonesia adalah negara dengan konsumsi Sosial Media tertinggi di dunia. Pergerakan pergerakan baik politik, budaya dan ekonomi bisa secara efektif dilakukan di Sosial Media.

Presiden Jokowi jelas harus mencari menteri khusus dalam bidang revolusi digital. Logika-logika lama tidak lagi bisa digunakan dalam pembangunan Indonesia modern, namun perlu logika baru yang paham bagaimana dunia digital bekerja.

(Selesai)

***