Mengapa Romy Tidak Belajar dari Kasus SDA?

Jumat, 15 Maret 2019 | 23:05 WIB
0
485
Mengapa Romy Tidak Belajar dari Kasus SDA?
Romahurmuziy dan Suryadharma Ali (Gambar: detik.com)

Sejarah kelam yang pernah menimpa Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lima tahun lalu seakan terulang. Citra buruk PPP di zaman kepemimpinan Suryadharma Ali (SDA) pada 2014 semakin rusak dengan adanya dugaan kasus korupsi yang dilakukan oleh Romahurmuziy (Romy).

Hari ini pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap tangan Romy terkait suap yang ditengarai berhubungan dengan persoalan jabatan tertentu di Kementerian Agama di Jawa Timur dan juga pusat.

Hingga saat ini penyidik KPK masih mendalami kasus yang menjerat Rommy dan barang bukti uang serta jumlahnya belum diketahui publik. Menurut informasi, selain Romy ada juga orang lain yang turut diamankan KPK, antara lain pihak swasta dan pejabat Kementerian Agama yang berada di Surabaya. Semoga informasi lanjutan dari KPK segera disampaikan ke publik.

Kembali ke peristiwa 2014 silam, mantan Ketua Umum PPP, SDA terjerat kasus korupsi dana haji yang merugikan keuangan negara sebesar Rp27.283.090.068 dan 17.967.405 Riyal Arab Saudi. Dengan kasus tersebut akhirnya SDA divonis bersalah dan harus mendekam di balik jeruji besi selama 10 tahun.

Seolah tidak kapok, hari ini Ketua Umum PPP, Rommy berhasil masuk jeratan yang sama, kasus korupsi. Sama lagi karena konsisten berhubungan dengan urusan Kementerian Agama. Kalau dulu persoalan dana haji, sekarang masalah pengisian jabatan. Sekali lagi, faktor pengaruh besarlah yang menyebabkan kedua tokoh tersebut tergoda menyalahgunakan kewenangannya. Mereka adalah orang nomor satu di partai politik.

Mari kesampingkan pandangan dari banyak orang bahwa tercokoknya Romy dan juga sebelumnya SDA adalah bukti pemerintah tidak pandang bulu dalam memberantas korupsi. Hal itu bisa dimanfatkan untuk kepentingan tertentu.

Atau ada pula penilaian dari sebuah kelompok bahwa ternyata pemerintah dan penegak hukum gagal menegakkan hukum, itu terserah mereka. Wajar saja, mereka berhak melakukannya selama tidak merugikan kepentingan bersama di negeri tercinta ini.

Pertanyaannya, mengapa Romy mengulang kesalahan yang sama? Mengapa Romy tega untuk kali berikutnya membuat wibawa dan marwah partai berlambang Kabah tersebut terinjak? Keteladanan Rommy sebagai panutan di partai dikemanakan?

Kasus Romy jelas menjadi pukulan dahsyat bagi partai dan kadernya, di mana sebenarnya juga sedang mengalami dualisme kepemimpinan. Publik tahu bahwa saat ini PPP terbelah, satu di bawah kepemimpinan Rommy sedangkan satunya lagi dikendalikan oleh Humphrey Djemat. Keterbelahan arah dan tujuan partai ini saja sudah cukup bagi PPP untuk berefleksi dan introspeksi diri.

Muka orang-orang terdekat Romy ditaruh di mana? Rommy bisa menutupi mukanya sendiri dengan kacamata hitam dan masker, tetapi tidak cukup untuk keluarga dan para sahabat-sahabatnya.

Tidak malukah Romy jika akhirnya divonis bersalah dan kemudian mendekam satu sel dengan SDA?

Semoga Romy tidak menyebut kasusnya adalah musibah, karena dialah yang menciptakan musibah itu. Musibah yang merugikan dirinya sendiri, orang-orang terdekatnya, para kader PPP, para anggota DPR, dan bahkan pula pemimpin nasional.

Masyarakat prihatin sekaligus malu atas kasus Romy. Rommy telah menambah daftar jumlah orang-orang terhormat di negeri ini yang tersandung kasus korupsi.

Mudah-mudah internal PPP mengambil hikmah dari semuanya ini, dan tidak larut meratapi masa suramnya. Dan semoga pula ke depan tidak ada lagi "Romy-Romy" yang baru.

Pesan buat para kader dan caleg PPP, tetaplah semangat! Biarlah Rommy menghadapi proses hukumnya, dan jika perlu diberi pendampingan terukur untuknya.

Tetap optimis dan terus pelihara sikap jujur. Hindari perilaku koruptif. Buatlah negeri ini bangga.

Buat para elit, hentikanlah penghianatan kalian. Jadilah teladan sejati bagi warga! Berhentilah dari kepura-puraan. Buanglah jauh-jauh topeng yang sedang dilekat. Jangan korbankan masa depan bangsa hanya karena nafsu uang dan haus kekuasaan!

Dan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya, janganlah merasa senang dan menang karena belum terjerat. Akan tiba saatnya belitan yang sama akan melilit Anda jika tidak was-was.

Salam antikorupsi!

***