Klaim Unggul di Survei Internal, Kubu Prabowo-Sandi Kehabisan Akal

Selasa, 12 Maret 2019 | 22:42 WIB
0
558
Klaim Unggul di Survei Internal, Kubu Prabowo-Sandi Kehabisan Akal
Dahnil Anzar Simanjuntak, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi (Gambar: http://detak.co)

Belum lama ini, kubu pemenangan capres-cawapres Prabowo-Sandi mengungkap ke publik bahwa berdasarkan hasil survei yang dilakukan internal mereka, elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi unggul jauh dibanding elektabilitas pasangan Jokowi-Amin.

“Hasil survei kami, justru saat ini sudah crossing, Prabowo-Sandi sudah diangka 54 persen, sedang Jokowi 40-an,” ungkap Dahnil Anzar Simanjuntak, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi (Senin, 11 Maret 2019).

Dahnil pun mengaku bukan tidak mungkin persentase yang ada akan semakin naik tajam hingga di atas 60 persen, tepat pada saat pencoblosan. Namun ketika diminta konfirmasi mengenai proses pengambilan data dan metode penelitian yang digunakan, Dahnil tidak sempat membeberkannya secara detail, termasuk jumlah responden yang dilibatkan dan kapan survei dilaksanakan.

Sesungguhnya pengakuan terbaru pihak BPN Prabowo-Sandi ini diungkap spontan, menanggapi hasil survei yang dirilis oleh beberapa lembaga berkenaan dengan potensi elektabilitas yang dimiliki dua pasangan capres-cawapres. Semisal lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), di mana per Januari 2019 menyajikan data hasil survei elektabiltas pasangan Jokowi-Amin sebesar 54,9%, sedangkan pasangan Prabowo-Sandi sebesar 32,1%.

Selain SMRC, beberapa lembaga survei lainnya mengungkap perbandingan persentase yang tidak jauh berbeda pada periode yang sama.

Lembaga-lembaga tersebut antara lain Populi Center (Jokowi-Amin 54,1%, Prabowo-Sandi 31%), PoliticaWave (Jokowi-Amin 55%, Prabowo-Sandi 45%), LSI Denny JA (Jokowi-Amin 58,7%, Prabowo-Sandi 30,9%), Cyrus Network (Jokowi-Amin 57,5%, Prabowo-Sandi 37,2%), Charta Politika (Jokowi-Amin 53,2%, Prabowo-Sandi 34,1%), Celebes Research Center (Jokowi-Amin 56,1%, Prabowo-Sandi 31,7%), Media Survei Nasional (Jokowi-Amin 47,9%, Prabowo-Sandi 38,7%), dan Polmark (Jokowi-Amin 40,4%, Prabowo-Sandi 25,8%).

Artinya dari semua data, pasangan Jokowi-Amin rupanya lebih unggul. Jika data perbandingan persentase yang dimiliki kesembilan lembaga survei di atas dirata-rata, maka hasilnya elektabilitas pasangan Jokowi-Amin sebesar 53,08% sedangkan pasangan Prabowo-Sandi sebesar 34,05%.

Seandainya benar dilakukan, salahkah pihak BPN Prabowo-Sandi mengadakan survei internal? Jelas tidak. Diakui atau tidak, pihak TKN Jokowi-Amin tentu pasti melakukan hal yang sama. Masing-masing kubu wajar mengadakan survei internal, selama hasilnya hanya digunakan sebagai data pembanding dengan hasil yang dimiliki oleh lembaga-lembaga survei eksternal yang mungkin cenderung lebih netral.

Di samping itu, dalam kegiatan survei internal, metode ilmiah standar sebaiknya juga dijunjung tinggi, yaitu dilakukan secara objektif supaya dapat dipertanggungjawabkan terbuka dan kemudian mudah dipercaya publik. Hasil survei tidak boleh diracik sendiri demi kepuasan sepihak.

Maka menurut saya, pengakuan hasil survei yang disampaikan BPN Prabowo-Sandi tanpa menghadirkan informasi menyangkut proses pengumpulan data dan metode penelitian adalah aksi ‘akal-akalan’ karena kehabisan akal. Sekali lagi jika memang betul hal itu dilakukan.

Aksi ‘akal-akalan’ untuk apa? Ya untuk menghibur diri sendiri dan juga untuk meng-counter realitas data survei valid di lapangan. Atau barangkali sekaligus menarik perhatian publik supaya beralih kepercayaan.

Oleh sebab itu, saya setuju dengan apa yang disampaikan oleh Jusuf Kalla bahwa, kalau mau mendapatkan kepuasan yang lebih tinggi lagi, akan sangat baik bila hasil surveinya disulap maksimal. Biarkan nanti publik yang menilai, mana yang benar dan mana yang salah.

“Namanya juga internal, mau 100 persen, kek. Kenapa enggak sekalian aja,” ujarnya, Selasa, 12 Maret 2019.

Saya hanya berharap, pola yang digunakan pada Pilpres 2014 lalu semestinya tidak terulang kembali. Apalagi capres yang “head to head” pada Pilpres 2019 ini sama, Jokowi dan Prabowo. Jejak-jejaknya sudah terbaca dan diketahui publik.

Obat kehabisan akal itu cuma satu, perbanyak usaha atau hindari tindakan manipulatif. Jangan sampai drama “sujud syukur” diputar ulang di tahun ini.

Satu lagi, biar publik percaya bahwa survei internal betul ada, sebaiknya BPN Prabowo-Sandi mengungkap kapan dan di mana survei tersebut dilakukan, syukur-syukur data rinci lainnya ikut dibeberkan.

***