Prabowo Diuntungkan dengan Perusakan Bendera dan Baliho Demokrat

Minggu, 23 Desember 2018 | 15:07 WIB
0
565
Prabowo Diuntungkan dengan Perusakan Bendera dan Baliho Demokrat
SBY soal baliho yang dirusak (Foto: Rakyat Merdeka)

Bendera Partai Demokrat dan baliho bergambar SBY dirusak parah, dirobek dan dibuang ke got di Kota Pekanbaru pada hari Sabtu (15/12/2018). Saat melakukan pengecekan di lapangan mantan presiden tersebut dengan suara bergetar, mata berkaca-kaca mengatakan, "Ini bukan perang saya. Yang bertarung itu pak Jokowi dengan pak Prabowo," katanya.

Saat kejadian, Pak SBY sedang mengadakan kunjungan ke Pekanbaru, di mana pada hari yang sama Presiden Jokowi juga mengadakan kunjungan ke Pekanbaru. Bendera dan baliho yang dirusak dipasang di antara bendera parpol pendukung petahana, tetapi yang dihancurkan hanya milik Partai Demokrat.

Masalah menjadi besar, karena Partai Demokrat tidak terima dengan perusakan yang disebutkan sistematis. SBY memerintahkan semua bendera dan baliho di Pekanbaru supaya diturunkan. Menurut AHY saat wawancara di salah satu TV Swasta, perbuatan dilakukan oleh 35 orang dan satu tertangkap, dikatakan dilakukan oleh lawan politiknya tanpa menyebut partainya. AHY menegaskan Demokrat tetap pada posisi mendukung Prabowo.

Analisis

Dari kejadian tersebut, nampaknya SBY dengan pengurus Partai Demokrat geram dan sakit hati yang amat sangat, terlihat dari perintah menurunkan semua atribut Partai Demokrat di Pekanbaru. Dari penjelasan AHY ada kecenderungan pemikiran, karena mereka di kubu Prabowo, masyarakat menerjemahkan yang melakukan pendukung capres nomor satu. Mereka kata AHY sudah menangkap, menginvestigasi dan menyerahkannya kepada Polri.

Nah, apa efek berantai dari kasus baliho tersebut? Kini yang beruntung adalah kubu pasangan nomor dua (Prabowo-Sandi). SBY diberitakan menjadi serius merapat ke Prabowo untuk mempersiapkan materi debat dan akan mendukung Prabowo penuh melawan Jokowi pada pilpres.

Selama ini terlihat SBY hanya mengarahkan kadernya dalam peraihan suara parpolnya. Tidak terlihat greget memberikan dukungan kepada Prabowo pada pilpres setelah AHY tidak menjadi cawapresnya. Perkembangan sikap SBY ini jangan dipandang ringan oleh kubu petahana. Soliditas Gerindra, PKS dan PAN kini makin kuat dengan tambahan enersi Partai Demokrat.

SBY itu mantan presiden selama dua periode, dia faham bagaimana mengelola konstituen, dan mengerti soal kondisi negara. Terlepas bagaimana penilaian orang terhadapnya, SBY sudah memutuskan dua ketum parpol makin solid bersatu. Dari sudut pandang intelijen strategis, keduanya adalah patron yang mampu merebut gerbong para pemilih dengan pendekatan sembilan komponen intelstrat. SBY faham sekali mengelola hal ini.

PKN harus berhitung dengan jeli, memang kini suksesnya kinerja pak Jokowi masih mampu mempertahankan elektabilitasnya. Tapi masih ada waktu cukup, cipta kondisi dan rangkaian debat. SBY sangat faham dimana Prabowo harus menyerang titik rawan JKW.

Pertanyaannya, mampukah pasangan capres nomor satu bertahan dengan jawaban yang harusnya tiga kali lebih akurat dan mumpuni. Tahun 2004, SBY dengan elektabilitas yang jauh dibawah Megawati mampu mengelola psikologis konstituen dan akhirnya menumbangkan Mega.

Kesimpulannya, penulis melihat ancaman besar terhadap kredibilitas dan kapabilitas capres nomor satu, diawali bila gagal saat debat. Peta politik dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan elektabilitas nomor satu masih di atas nomor dua. Kunci dan peta politik akan banyak ditentukan setelah acara debat.

Ada pepatah yang perlu diingat, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Entah siapa yang menyemplungkan nila tersebut? Menurut penulis bisa berakibat fatal.

***

Marsda Pur Prayitno Ramelan, Pengamat Intelijen