Transkrip Pidato Presiden Jokowi yang Marah karena Menteri yang Tak Punya Sense of Crisis

Tindakan-tindakan di luar standard saat ini sangat diperlukan. Dan manajemen krisis… Kalau sekali lagi payung hukum masih diperlukan, saya akan dsiapkan.

Senin, 29 Juni 2020 | 20:45 WIB
0
230
Transkrip Pidato Presiden Jokowi yang Marah karena Menteri yang Tak Punya Sense of Crisis
Presiden Joko Widodo (Foto: detik.com)

Bismillahirrahmannirrahiim. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi. Salam sejahtera bagi kita semuanya. Om Swastiastu. Namo Buddaya. Salam kebajikan...

Yang saya hormat, Bapak Wakil Presiden, Para Menko, Para Menteri...

Yang saya hormati Seluruh ketua/pimpinan lembaga-lembaga yang hadir, yang tidak bisa saya sebut satu persatu

Bapak/Ibu sekalian yang saya hormati...

Suasana dalam tiga bulan ke belakang ini dan ke depan, mestinya yang ada adalah suasana krisis. Kita juga mestinya… mestinya juga semuanya yang hadir disini sebagai pimpinan, sebagai penanggung jawab.

Kita yang berada disini ini bertanggung jawab kepada 260 juta penduduk Indonesia.

Tolong digarisbawahi.

Dan perasaan itu tolong sama. Kita sama. Ada sense of crisis yang sama.

Hati-hati. OECD terakhir sehari atau dua hari yang lalu menyampaikan bahwa growth pertumbuhan ekonomi dunia terkontraksi 6 bisa sampai ke 7,6 persen. 6 sampai ke 7,6 persen. Minusnya. Bank Dunia menyampaikan bisa minus 5 persen.

Perasaan ini harus sama. Kita harus ngerti ini. Jangan biasa-biasa saja. Jangan linear. Dan menganggap ini normal. Bahaya sekali kita.

Saya melihat masih banyak yang menganggap ini normal. Lha kalau saya lihat Bapak/Ibu dan Saudara-saudara masih ada lihat ini sebagai sebuah ini masih normal.

Berbahaya sekali. Kerja masih biasa-biasa saja. Ini kerjanya memang harus ekstra luar biasa. Extra ordinary. Perasaan ini tolong sama. Kita harus sama perasaannya.

Kalau ada yang berbeda satu saja, sudah…. Berbahaya.

Jadi, tindakan-tindakan kita, keputusan-keputusan kita. Kebijakan-kebijakan kita. Suasana adalah harus suasana krisis.

Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja. Menganggap ini sebuah kenormalan.

Apa-apaan ini?

Mestinya suasana itu ada semuanya. Jangan memakai hal-hal yang standard pada suasana krisis. Manajemen krisis sudah berbeda semuanya, mestinya.

Kalau perlu kebijakan Perpu ya Perpu saya keluarkan. Kalau Perpres, Perpers saya keluarkan. Kalau saudara-saudara punya peraturan Menteri ya keluarkan.

Untuk menangani negara. Tanggung jawab kita terhadap 267 juta rakyat kita. Saya lihat masih banyak kita ini yang masih biasa-biasa saja. Saya jengkelnya di situ. Ini apa nggak punya perasaan. Suasana krisis.

Yang kedua, saya peringatkan belanja-belanja di kementerian. Saya lihat laporan masih biasa-biasa saja. Segera keluarkan belanja itu secepat-cepatnya karena uang beredar akan semakin banyak. Konsumsi masyarakat nanti akan semakin naik. Jadi belanja-belanja di kementerian tolong dipercepat.

Sekali lagi, jangan menganggap ini biasa-biasa saja. Percepat. Kalau ada hambatan, keluarkan aturan menterinya agar cepat. Kalau perlu Perpres, saya keluarkan Perpresnya. Untuk pemulihan ekonomi, nasional misalnya saya berikan contoh , bidang kesehatan.

Itu dianggarkan 75 trilyun. 75 Trilyun. Baru keluar 1, 53 persen, coba.. Uang beredar di masyarakat ke rem kesitu semua. Segera itu dikeluarkan dengan penggunaan-penggunaan yang tepat sasaran sehingga men-trigger ekonomi. Pembayaran tunjangan untuk dokter, untuk dokter spesialis, untuk tenaga medis segera keluarkan.

Belanja-belanja untuk peralatan, segera keluarkan. Ini sudah disediakan 70an trilyun seperti itu. Bansos yang ditunggu masyarakat, segera keluarkan. Kalau ada masalah. Lakukan tindakan-tindakan lapangan. Meskipun sudah lumayan tapi baru lumayan. Ini extra ordinary. Harusnya 100 persen. Di bidang ekonomi juga sama.

Segera stimulus ekonomi bisa masuk ke usaha kecil, usaha mikro. Mereka menunggu semuanya! Jangan biarkan mereka mati dulu baru kita … bantu. Nggak ada artinya..

Berbahaya sekali kalau perasaan kita seperti nggak ada apa-apa. Berbahaya sekali.

Usaha kecil, usaha mikro, usaha menengah, usaha gede, perbankan, semua yang berkaitan dengan ekonomi, manufaktur, industri terutama yang padat karya, beri prioritas kepada mereka supaya nggak ada PHK.

Jangan sudah ada PHK gede-gedean, duit serupiahpun belum masuk ke stimulus ekonomi kita. Hanya gara-gara urusan peraturan. Urusan peraturan. Ini extra ordinary. Saya harus ngomong apa adanya.

Nggak ada progress! Yang signifikan, nggak ada. Kalau mau minta Perpu lagi, saya buatin Perpu Kalau yang sudah ada belum cukup. Asal untuk rakyat. Asal untuk negara. Saya pertaruhkan reputasi politik saya.

Sekali tolong ini di .. betul-betul dirasakan kita semuanya. Jangan sampai ada hal yang jusrru menganggu lagi langkah-langkah extra ordinary ini. Betul-betul harus kita lakukan.

Dan saya membuka … yang namanya langkah.. entah ..langkah-langkah politik. Entah langkah-langkah kepemerintahan.

Akan saya buka. Langkah apapun yang extra ordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara. Bisa saja membubarkan Lembaga. Bisa aja reshuffle.

Udah kepikiran kemana-mana saya. Entah buat Perpu yang lebih penting lagi. Kalau memang diperlukan. Karena memang suasana ini harus ada. Suasana ini tidak... Bapak/Ibu tidak merasakan itu, sudah.

Artinya tindakan-tindakan yang extraordinary keras akan saya lakukan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Saya betul-betul minta pada Bapak/Ibu dan Saudara-saudara sekalian, mengerti dan memahami apa yang tadi saya sampaikan.

Kerja keras dalam suasana seperti ini sangat diperlukan. Kecepatan dalam suasana seperti ini sangat diperlukan.

Tindakan-tindakan di luar standard saat ini sangat diperlukan. Dan manajemen krisis… Kalau sekali lagi payung hukum masih diperlukan, saya akan dsiapkan.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan.

Terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

***