Setiap pemimpin harus memiliki kemampuan melihat potensi kerawanan mendasar organisasi yang dia pimpin.
Tadi sore nonton film di TV dimana seorang tokoh Yakuza Jepang memberi stressing kepada keponakannya tentang nilai sebuah paku tapal kuda. Mungkin ada yang tidak pernah dengar tentang tapal kuda, ini sekilas informasinya.
Tapal (Ladam/sepatu kuda) adalah besi pelapis yang dipakai oleh kuda untuk melindungi kaki yang sebenarnya merupakan kuku kuda untuk melindungi saat berjalan - seperti sepatu.
Sepatu kuda ini, dibuat oleh pandai besi. Sebelum dipaku kuku kuda dirapikan dulu dengan cara dipotong dengan peralatan pisau khusus. Sesudah kuku kuda dipotong tapal kuda yang sesuai dengan ukuran dipaku dan dipukul dengan martil.
Memakunya agak miring agar tidak kena pembuluh darah. Tapal kuda mulai dikenal sejak tahun 700 Masehi.
Nah, tentang paku tapal inilah si Paman yg tokoh Yakuza (Mafioso di Jepang) menyampaikan ungkapannya.
"Apabila satu paku tidak ada, maka tapal kuda tidak dapat dipasang. Bila tanpa tapal, kuda tidak bisa berjalan. Apabila kuda tidak berjalan maka pesan tidak sampai. Apabila pesan tidak sampai, akan kalah perang!".
Pesan moralnya, bahwa kita akan kalah perang/bersaing apabila mengabaikan sesuatu yang kecil seperti sebuah "paku" itu, tidak besar artinya, tetapi merupakan hal yang paling mendasar.
Kesimpulannya, setiap pemimpin harus memiliki kemampuan melihat potensi kerawanan mendasar organisasi yang dia pimpin.
Tidak perlu seorang pemimpin terlalu hebat dengan gelar-gelarnya, yang penting dia memiliki "sense of leadership". Kalau tidak punya rasa itu, cepat atau lambat organisasinya ya Ambyar..
Dia bak penunggang kuda yang binun (bingung) dan tdk berdaya karena kudanya tidak mau berjalan.. Orang Ambon akan berkomentar "Tuangala, Ai, ampong- ampong dia lai." (Tuhan, minta ampun deh dia).
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews