Seiring dengan kerusuhan di Manokwari Papua Barat, tuntutan referendum Papua juga menguat. Pendukung agenda Papua Merdeka memanfatkan momentum ini untuk menggalang dukungan. Padahal, penentuan pendapat sudah pernah dilakukan dan referendum tidak serta merta menyelesaikan masalah Papua.
Tercatat pada 1 Mei 1963. Indonesia menunjukkan kesungguhan memiliki Papua dengan harga yang mahal, dengan perjuangan, darah dan nyawa. Kala itu Indonesia harus mengerahkan kekuatan militernya melalui penerjunan Airborne Trikora terbesar hingga operasi amfibi terbesar di Indonesia.
Tergambar sudah bahwa untuk mendapatkan Papua, ada upaya milter dan ratusan nyawa lepas dari jasadnya di hutan belantara, rawa – rawa papua, sampai pada tengah lautan.
Dengan adanya penyeragaman harga BBM di Papua, artinya Indonesia telah mensubsidi sedemikian banyaknya kepada Papua. Namun berbagai upaya separatis hingga berita hoax yang tersiar di media sosial mengatakan yang sebaliknya, NKRI dikambinghitamkan sebagai perampas kekayaan alam Papua.
Kampanye itulah yang digencarkan oleh mereka yang ingin merebut papua dari pangkuan Nusantara, upaya provokasi tersebut juga dijadikan nilai jual mereka untuk mendapatkan simpati dari negara asing.
Lalu apa jaminan terkait kesejahtjika Papua memilih untuk berpisah. Tentu bisa dibayangkan, jika Papua mengikuti arah pemikiran kaum pro disintegrasi yang mengejar kekuasaan pribad, jika mereka memilih lepas dari NKRI mungkinkan Papua akan mendapatkan pemenuhan suplai kebutuhan dalam negerinya?
Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengungkapkan bahwa Papua selalu menjadi perhatian Presiden Jokowi. Ditambah lagi dengan subsidi untuk wilayah tersebut diberikan lebih besar dari penghargaan yang diberikan PT Freeport. Dari Sektor ekonomi juga banyak mengira bahwa Indonesia yang mengambil sumber daya alam (SDA).
Selain itu mantan anggota separatis kelompok bersenjata, Telangga Gire, akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi warga negara Indonesia. Keputusan itu sudah bulat lantaran Telangga sudah muak dengan omong kosong atasannya Goliath Tabuni. Dia mengaku kerap dibuai dengan kemerdekaan Papua dan jabatan semu.
Telangga menyatakan kembali ke NKRI bersama empat rekannya pengikut Goliath. Dia mengatakan, bertahun – tahun hidup menderita di hutan. Tak cukup logistik dan prasarana. Mereka harus terus kepanasan, kedinginan, kehujanan dan kelaparan.
Asupan gizi harian hanyalah petatas dan keladi yang diambil dari kebun warga. Padahal di sisi lain, dia melihat pembangunan di kampung – kampung dan di kota – kota wilayah Papua semakin maju dan warga di sana berangsur hidup sejahtera.
Ia juga berpikir bahwa anak – anaknya harus sekolah agar nanti hidupnya menjadi lebih baik, oleh karena itu Telangga memutuskan untuk kembali memeluk Merah Putih.
Tak hanya itu, Telangga juga menghimbau kepada seluruh rekan yang masih di hutan, agar kembali ke pangkuan NKRI dan bisa hidup norma sebagai masyarakat warga Negara Indonesia. Menurut dia, apa yang diperjuangkan selama ini hanya mimpi – mimpi kosong dan menyusahkan keturunan.
Sementara itu Bupati Puja juga melaksanakan upacara penerimaan warga dengan mengundang warga Mulia, Puncak Jaya. Ia juga berjanji akan menyalurkan pekerjaan serta membangun rumah untuk anggota KKSB yang bersedia menyerahkan diri kembali ke Pangkuan NKRI.
Hal tersebut tentu menunjukkan bahwa Kemerdekaan Papua hanya menjanjikan kebahagiaan semu, sehingga tak ada jaminan kesejahteraan sedikitpun bagi warga Papua yang memilih untuk menjadi simpatisan kelompok separatis di Papua.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews