Melihat Semut Item

Untuk mendapatkan substansi pelajaran kemuliaan, tak hanya butuh kecerdasan. Melainkan juga integritas moral, kejujuran, ketulusan.

Sabtu, 13 Juli 2019 | 07:41 WIB
0
194
Melihat Semut Item
Ilustrasi semut (Foto: Blogger.com)

Belum kering keringat kita, rakyat ini, para elite politik sudah lupa daratan, lautan, udaraan, dan kepolisian. Beberapa teman masih ribet bertengkar di medsos. Unggahan hoax dan ujaran kebencian, masih penuh bau anyir SARA, tapi di pusaran kekuasaan sudah ribut ngomongin bagi-bagi hasil.

Ada yang sibuk loba-lobi sana-sini. Si anu cocoknya jadi menteri nganu. Ndeketin Jokowi, agar didukung jadi Ketua MPR atau DPR. Bahkan, isu santer berhembus, ada yang minta duit Rp30 trilyun, agar Indonesia tenang-damai, tak ada kerusuhan paska Pilpres.

Begitulah, dan wajarlah, jika ada yang mengatakan politik memang bajingan. Nggak tahu diri. Rakyat hanya dipakai pendorong kendaraan mogok. Hanya diperbudak sebagai alamat palsu. Begitu kursi kekuasaan didapat atas nama rakyat, mereka sama sekali abai.

Menang tak siap, kalah apalagi! Mangkanya yang tampak lebih banyak sikap-sikap konyol. Tak ada kegelisahan bagaimana peradaban harus dibangun bersama.

Padahal, ketika Pilpres, sebagian milih Jokowi karena selain track-record, tentu karena iming-iming program kerja yang bakal dilakukan. Sebagian lagi yang milih Prabowo, tentu juga karena hal-hal yang didukungnya. Meski ada juga hanya ngikut karena takut masuk neraka jika nggak milih yang didukung ijtima ulama itu.

Makanya Amien Rais terus ngomong partai Allah dan partai setan. Siapa setannya? Sebagaimana di keributan pasar, ada copet teriak copet.

Bayangkan saja, setelah putusan MK pun, ada deklarasi relawan Prabowo-Sandi, tidak mempercayai keputusan mahkamah itu. Lantas, siapa yang dipercaya? Siapapun, asal menyatakan Pemenang Pilpres 2019 adalah Prabowo-Sandi bukan? Jika pun setan yang mengatakan demikian, bisa jadi dipercaya.

Pertengkaran di tingkat bawah, terus terjadi. Disengaja? Bisa jadi. Karena mendelegitimasi Pemerintah, adalah panggung terbaik bagi siapapun untuk tampil di panggung 2024. Denny JA sudah mengkili-kili, bahwa dalam radar politik 2024, nama Prabowo dan Sandiaga ikut terjaring.

Tak peduli kadar pernyataan-pernyataanya tak mengkorelasikan antara tingkat ketersekolahan dengan keterdidikan. Untuk mudahnya, bandingkan Fadli Zon dengan Susi Pujiastuti, lebih terdidik siapa?

Pemilu, termasuk segala macam pil seperti pilpres, pilkada dan pil-pil lainnya, sebenarnya bisa jadi tolok ukur peradaban bangsa ini. Jika masih jeblok, kenapa? Sekolah (lembaga pendidikan) dan agama, belum bisa dipercaya jadi bagian solusi. Tapi saya tidak ingin menutup dengan kalimat bombas, seperti ‘maka Tuhan memunculkan Jokowi’. Karena kalau ditangkap mentah, bisa kontra produktif.

Untuk mendapatkan substansi pelajaran kemuliaan, tak hanya butuh kecerdasan. Melainkan juga integritas moral, kejujuran, ketulusan. Sesuatu yang dalam ngendikannya Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wassallam sendiri, bagai ngeliat semut item di atas batu item yang guedeeee banget. Tak semudah Neno melihat sorga!

***