Lima Pria Ternama di Sekitar Megawati

Sabtu, 12 Januari 2019 | 18:20 WIB
0
2714
Lima Pria Ternama di Sekitar Megawati
Megawati Soekarnoputri di hari ulang tahun ke-46 PDI Perjuangan, memberikan potongan tumpeng pada Jokowi, Jusuf Kalla, Kiai Ma'ruf Amin, Hamzah Haz, dan Try Sutrisno. (Foto: Anatara/Puspa Perwitasari)

Hari istimewa bersama orang-orang istimewa. 

Di atas meja berlapis kain merah putih itu tersaji hidangan tumpeng beserta lauk-pauknya. Irisan buah membentuk angka 46 tertancap di bagian depan meja. Di belakangnya tampak lambang banteng dengan moncong putih.

Ya. Itu hari istimewa PDI Perjuangan yang sedang memperingati ulang tahun ke-46, Kamis 10 Januari 2019 lalu di Jakarta. 

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bersama lima lelaki pilihan, tokoh-tokoh berpengaruh di negeri ini. 

Putri sulung Bung Karno sekaligus Presiden kelima RI itu memotong nasi tumpeng dilengkapi lauk-pauk dan memberikannya kepada Presiden Joko Widodo.

Potongan tumpeng kedua ia berikan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla, kemudian potongan tumpeng ketiga diberikan kepada Cawapres KH Ma'ruf Amin. Tumpeng berikutnya diberikan kepada mantan Wapres Hamzah Haz dan Try Sutrisno.

Megawati dan lima lelaki di sekitarnya itu berbincang hangat dan tersenyum lepas. Ia tampak nyaman berada di tengah orang-orang yang dipercayainya.

Ia menoleh sekilas pada Hamzah Haz dan kemudian tampak mengingat sesuatu, jauh di belakang sana. 

Benar. Megawati menyinggung situasi politik di awal reformasi, dimana PDI Perjuangan menjadi pemenang pemilu, tapi karena situasi politik saat itu yang sangat dinamis, dirinya menjadi Wakil Presiden serta KH Abdurrahman Wahid menjadi Presiden.

Setahun kemudian, kata Megawati, MPR RI mengangkat dirinya menjadi presiden dan mengangkat Hamzah Haz menjadi wapres.

"Alhamdulillah, Presiden dan Wakil Presiden saling cocok dan tidak ada masalah," katanya.

Ia juga mengatakan sampai saat ini hubungan baik tersebut terus terjalin. "Ini pertemanan yang sampai saat ini masih guyub," katanya.

Megawati juga menegaskan, PDI Perjuangan didirikan bukan sebagai alat kekuasaan, tapi sebagai alat perjuangan.

Berikut ini ucapan Megawati yang layak digarisbawahi:

"PDI Perjuangan sejak lahir pada fusi tahun 1973 tidak mau menempuh jalan pintas meskipun saat itu belum memenangkan pemilu. PDI Perjuangan juga tidak mau asal menempatkan caleg.

PDI Perjuangan tidak mau asal menang pemilu dengan menghalalkan segala cara. PDI Perjuangan tidak ingin diisi oleh kader karbitan.

Ada saja di PDI Perjuangan orang yang sebagai kader, tapi kalau tidak direkomendasi keinginan kekuasaannya terus pindah ke partai politik lain. PDI Perjuangan tidak pernah berkecil hati menghadapi politisi pragmatis seperti itu.

Perilaku politisi seperti itu adalah bagian dari seleksi alami ideologis di dalam partai. Dari seleksi alami itu akan terlihat mana kader yang loyal dan tidak. Kepada kader yang loyal, PDI Perjuangan memberikan amanahnya."

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi menilai Megawati Soekarnoputri merupakan tokoh inspiratif dan menginspirasi kekuatan politik bangsa Indonesia.

Berikut ini pernyataan Jokowi selengkapnya yang seperti biasanya, adem dan penuh optimisme:

"PDIP bersyukur memiliki Ibu Hajah Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDIP dan presiden kelima RI.

Beliau merupakan figur yang keyakinan ideologinya sangat kuat dan keyakinan politiknya sangat kuat. Figur yang keyakinan akan Pancasilanya sangat kuat.

Beliau telah dan terus menginsipirasi kami dan menginspirasi kekuatan kolektif bangsa Indonesia. Pemikiran, ucapan, dan tindakannya selalu begitu membekas dalam diri kami.

Keberanian, ketulusan, dan konsistensinya selalu menjadi teladan bagi semua, khususnya kader PDIP.

Para pahlawan dan pendiri bangsa kita, termasuk Bung Karno, adalah kusuma bangsa. Mereka adalah teladan terbaik yang merelakan hidup dan matinya untuk kemerdekaan dan kejayaan bangsa ini.

73 tahun sudah Indonesia merdeka sudah banyak capaian dan kemajuan. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban kita untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan dan pendiri bangsa. Semuanya harus optimistis melangkah agar negara ini menjadi negara maju.

Aset terbesar bangsa ini adalah persaudaraan, persatuan, dan kerukunan. Kita tidak boleh berhenti bergerak, harus bergotong-royong membumikan Pancasila, bergerak bersama-sama menjadikan negara ini adil, makmur, dan sejahtera.

Kita semua harus bersama-sama mewujudkan Indonesia berdikari, bermartabat yang duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan bangsa lain di dunia."

***