Oleh : Ricky Rinaldi
Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmen serius dalam menyiapkan generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, dan tangguh melalui berbagai kebijakan strategis. Salah satu upaya nyata yang kini menjadi perhatian utama adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini bukan sekadar pemberian makanan, melainkan sebuah investasi jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia unggul untuk menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
Program MBG dirancang untuk menjangkau kelompok sasaran yang sangat strategis, mulai dari pelajar PAUD hingga SMA, santri, balita, ibu hamil, hingga ibu menyusui. Pemerintah menyadari bahwa asupan gizi sejak dini sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak, daya tahan tubuh, kemampuan belajar, hingga daya saing mereka di masa depan. Dengan demikian, MBG diharapkan mampu menciptakan generasi yang tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga cerdas secara intelektual dan kuat secara mental.
Anggota Komisi IX DPR RI, Muazzim Akbar, menyampaikan pandangannya bahwa program MBG merupakan langkah strategis pemerintah untuk menyiapkan generasi emas. Ia menilai program ini tidak hanya menyangkut pemberian makanan bergizi, melainkan juga sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh. Ia menambahkan bahwa MBG juga memiliki potensi besar dalam memberdayakan ekonomi lokal melalui peluang kemitraan masyarakat dalam pengadaan bahan pangan dan pengelolaan dapur gizi. Menurutnya, manfaat program ini dirasakan bukan hanya di sektor kesehatan, tetapi juga memberikan dorongan nyata bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sekretaris Deputi Promosi dan Kerja Sama Badan Gizi Nasional (BGN), Lalu Muhammad Iwan Mahardan, menjelaskan bahwa kualitas asupan gizi sangat memengaruhi tumbuh kembang anak, kemampuan belajar, dan daya saing generasi masa depan. Ia menekankan bahwa keberhasilan MBG sangat dipengaruhi oleh dukungan pemerintah daerah serta partisipasi aktif masyarakat. Artinya, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama untuk memastikan program ini berjalan dengan optimal dan berkelanjutan.
Contoh konkret keberhasilan pendekatan partisipatif dalam program MBG terlihat di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Di daerah ini, masyarakat dilibatkan secara langsung dalam penyediaan bahan pangan lokal serta pengelolaan dapur gizi. Hal ini memperlihatkan bahwa program ini bukan hanya terpusat di pemerintahan, melainkan juga menjadi milik bersama masyarakat yang aktif berkontribusi dalam keberhasilannya.
Anggota Komisi IX DPR RI, Ade Rezki Pratama, memandang bahwa keterlibatan masyarakat menjadi salah satu faktor utama keberhasilan MBG. Ia menyebut bahwa program ini tidak hanya berdampak pada peningkatan gizi, tetapi juga membuka lapangan kerja dan mendorong kemajuan pertanian lokal. Menurutnya, MBG merupakan bentuk investasi jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia sekaligus instrumen untuk memperkuat ketahanan ekonomi di tingkat masyarakat.
Tenaga Ahli Deputi Promosi dan Kerja Sama BGN, Adib Al Fikry, menjelaskan bahwa program ini diarahkan untuk menurunkan angka stunting dan malnutrisi sekaligus mendongkrak prestasi siswa melalui penyediaan makanan bergizi di lingkungan sekolah. Ia menyampaikan bahwa dengan kecukupan gizi, siswa dapat lebih fokus dalam proses belajar, yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Menurutnya, MBG bukan hanya strategi kesehatan, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang di sektor pendidikan dan pembangunan manusia.
Lebih lanjut, Adib menjelaskan bahwa pelaksanaan MBG diawasi secara ketat dan akuntabel. Prosesnya melibatkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan yang disediakan. Selain itu, program ini juga memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), petani, serta nelayan lokal dalam rantai pasok bahan pangan. Dengan skema ini, MBG memperpendek rantai distribusi sekaligus memperkuat ekonomi lokal yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan nasional.
Program MBG menjadi bukti nyata bahwa negara hadir dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama dalam hal pemenuhan gizi dasar yang berdampak luas pada sektor lain seperti pendidikan dan ekonomi. Dengan pendekatan yang komprehensif, MBG dirancang tidak hanya untuk mengatasi masalah jangka pendek seperti kekurangan gizi atau stunting, melainkan juga untuk membangun fondasi kokoh menuju masyarakat Indonesia yang sehat, produktif, dan kompetitif di tahun 2045.
Pemerintah juga mendorong agar daerah-daerah aktif melibatkan potensi lokal dalam pelaksanaan program ini. Dengan begitu, MBG tidak hanya menjadi instrumen peningkatan gizi, tetapi juga alat pemberdayaan desa dan penguatan ekonomi lokal. Setiap wilayah di Indonesia memiliki kekayaan bahan pangan lokal yang berlimpah, dan MBG menjadi medium untuk mengoptimalkan potensi tersebut melalui pemanfaatan hasil pertanian, peternakan, dan perikanan lokal.
Dari aspek pelibatan masyarakat, program ini terbukti mampu mempererat kerja sama antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan pelaku usaha di daerah. MBG menjadi contoh bagaimana kebijakan publik dapat berjalan efektif jika dikerjakan secara gotong royong. Melalui keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, MBG menjadi program milik bersama yang dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
Dengan seluruh potensi dan kontribusi yang diberikan, MBG layak disebut sebagai tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju tahun 2045. Melalui kebijakan yang terintegrasi, pemerintah menunjukkan keseriusannya menyiapkan generasi emas yang akan membawa Indonesia menjadi bangsa besar yang mandiri, berdaya saing tinggi, dan disegani dunia. Dalam konteks ini, MBG bukan sekadar program makan, melainkan sebuah pondasi perubahan peradaban.
*)Pengamat Isu Strategis
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews