Tokoh Lintas Agama Ajak Masyarakat Bersatu dan Jaga Kondusivitas Pasca Pemilu 2024
Oleh : Rizka Aulia
Dalam era yang penuh dengan perbedaan dan potensi konflik, peran tokoh agama sebagai pemersatu masyarakat menjadi semakin penting. Mereka memiliki kekuatan untuk membawa pesan perdamaian, toleransi, dan kerjasama lintas agama.
Terlebih setelah pemilu 2024, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana memastikan bahwa masyarakat tetap bersatu dan menjaga kondusivitas dalam menghadapi hasil pemilihan yang mungkin memunculkan perbedaan pendapat dan ketegangan politik. Dalam konteks ini, peran tokoh agama sebagai pemersatu masyarakat sangatlah penting.
Tokoh agama memiliki otoritas moral dan spiritual yang dapat memengaruhi masyarakat dalam menghadapi perbedaan dan konflik. Mereka dapat mengajak umatnya untuk menjaga persatuan, menghormati perbedaan pendapat, dan berkomunikasi dengan baik. Lebih dari sekadar memberikan kuliah agama, tokoh agama juga dapat berperan sebagai mediator antara kelompok yang berbeda, membantu mengurangi ketegangan, dan memfasilitasi dialog yang konstruktif.
Para tokoh masyarakat menghimbau agar masyarakat tetap bersabar dan menunggu hasil pemilu secara resmi yang dikeluarkan oleh KPU dengan sikap-sikap yang positif serta tidak mudah termakan informasi-informasi yang bersifat provokatif yang bisa menimbulkan perpecahan. Ulama asal Jawa Barat, Abdulah Gymnastiar mengatakan proses pilpres sudah berlangsung, sambil menunggu keputusan dari KPU sebaiknya kita sama-sama menahan diri, jangan sampai ada sikap-sikap yang bisa menambah masalah baru.
Dalam situasi konflik pasca Pemilu, tokoh agama dapat berperan sebagai fasilitator dialog antara pihak-pihak yang berbeda. Mereka dapat membantu masyarakat untuk berkomunikasi dengan lebih baik, mendengarkan satu sama lain, dan mencari solusi yang memuaskan bagi semua pihak. Sebagai mediator, mereka juga dapat membantu mengurangi ketegangan dan mencegah eskalasi konflik.
Tokoh agama, dimana mereka mengingatkan bahwa seluruh masyarakat merupakan satu kesatuan yang utuh di Republik Indonesia, jangan sampai sikap-sikap masyarakat yang mendukung pilihannya masing-masing dalam berdemokrasi bisa mencederai nilai kesatuan dan persatuan bangsa.
Pentingnya upaya bersama tokoh agama dalam menjaga kondusivitas masyarakat terlihat jelas dalam situasi konflik yang sedang terjadi. Dengan memberikan contoh tentang bagaimana saling menghargai dan bekerja sama di antara berbagai agama, mereka membangun fondasi yang kuat untuk perdamaian dan stabilitas.
Sama halnya, Sekertaris DPW Majelis Umat Kristen (MUKI) Sulut, Pdt. Alfrets Daleno mengatakan bahwa saat ini usai Pemilu 2024, sikap sportifitas perlu untuk disikapi, pasalnya perbedaan menjadi hal yang manusiawi, tetapi tidak membawa pada perpecahan.
Pendekatan yang dapat dilakukan oleh tokoh agama adalah dengan menekankan pada nilai-nilai universal seperti perdamaian, kasih sayang, dan toleransi. Dengan menyoroti kesamaan nilai-nilai di antara agama-agama, mereka dapat membangun jembatan antara kelompok yang berbeda dan mengurangi potensi konflik.
Ketua JQH NU Sulut Ustad Barokah Zaenal Alam juga sepakat mengatakan bahwa pasca Pemilu 2024, gaung perdamaian harus terus dilakukan meski Pemilu sudah lewat, karena hal tersebut akan lebih menyuarakan dan melakoni keharmonisan di tengah perbedaan pemilihan saat pesta demokrasi usai.
Tokoh agama di berbagai negara telah melakukan upaya besar untuk menenangkan masyarakat dan menghindari kekerasan. Mereka mengadakan doa bersama lintas agama, pertemuan dialog antarumat beragama, dan kampanye perdamaian yang mengajak semua pihak untuk berkontribusi dalam menjaga kedamaian dan stabilitas.
Tokoh agama juga memiliki peran penting dalam membangun jembatan antaragama. Dengan menekankan pada persamaan nilai-nilai di antara agama-agama, mereka dapat membantu mengurangi ketegangan antarumat beragama dan memperkuat solidaritas di tengah masyarakat yang beragam. Dialog antaragama dan kerjasama lintas kepercayaan adalah kunci dalam memelihara kedamaian dan persatuan.
Pendidikan agama yang inklusif dan dialog antaragama juga dapat membantu membangun pemahaman yang lebih baik antarumat beragama dan mengurangi ketegangan. Dengan memperkuat kerjasama antara tokoh agama, pemerintah, dan masyarakat sipil, maka dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan damai pasca pemilu.
Di tengah dinamika politik pasca Pemilu, suara tokoh agama yang menyerukan pesan persatuan dan toleransi memiliki dampak yang besar. Melalui ceramah, tulisan, atau penampilan media, mereka dapat menyebarkan pesan damai dan mengingatkan masyarakat akan pentingnya bersatu demi kebaikan bersama. Pasca Pemilu 2024, menjaga kondusivitas dan bersatu sebagai bangsa menjadi tugas bersama bagi semua elemen masyarakat.
Mari mendukung upaya bersama tokoh agama dalam memelihara kondusivitas dan menjaga persatuan di tengah keragaman perbedaan yang ada.
Dalam menghadapi kompleksitas masyarakat modern yang multikultural dan multireligius, peran tokoh agama sebagai pembawa perdamaian dan pemersatu sangatlah krusial. Melalui kebijaksanaan, empati, dan keteladanan, mereka dapat membantu masyarakat untuk tetap bersatu dan menjaga kondusivitas, bahkan dalam situasi paling sulit sekalipun. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dan penghargaan yang lebih besar terhadap upaya mereka dalam memelihara persatuan dan kedamaian pasca Pemilu 2024.
)* Mahasiswa Universitas Terbuka
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews