Tidak ada alasan untuk tidak memilih, dengan memilih maka kita berhak untuk menuntut Pemerintah, jika tidak memenuhi janjinya.
Dalam sebuah percakapan, kadang saya lebih cenderung mendengarkan esensi dari apa yang disampaikan, tidak sekedar larut dalam percakapan tersebut. Pikiran-pikiran yang sederhana dan realistis dari ungkapan yang jujur, lebih mengena dan tepat sasaran, karena tidak tendensius.
Semakin dekat waktu Pemilu, ternyata semakin kita tahu masih banyak orang yang ragu terhadap pilihannya, dan bahkan cenderung untuk tidak memilih. Memang hanya ada dua kandidat dalam Pemilu 2019 nanti, dan salah satu dari dua Pilihan tersebut harus kita pilih, mau tidak mau, atau suka tidak suka, karena pilihan tersebut akan sangat mempengaruhi masa depan kita, juga seperti apa Indonesia kedepannya.
Ada orang yang berpikir begini, 'siapapun yang kita pilih, nasib kita tidak akan berubah, tetap saja akan seperti biasanya, tapi pilihan kita tersebut akan sangat menentukan nasib bangsa ini kedepan, itulah yang membuat saya harus memilih salah satunya, yang benar-benar mau mengubah nasib bangsa ini, dan apa yang dilakukannya memang sudah membuat perubahan.'
Ini salah satu pemikiran yang sangat sederhana, namun esensinya jelas, alasannya untuk memilihpun cukup jelas dan realistis. Dalam memilih pemimpin memang bukan didasari oleh perasaan suka dan tidak suka, juga bukan atas dasar kepentingan kita sendiri, tapi lebih kepada kepentingan bangsa dan negara kedepan.
Dia sangat yakin bahwa, untuk mengubah nasib bangsa, sangat tergantung bagaimana pola pikir dalam memilih seorang pemimpin. Tuhan mengubah nasib suatu kaum tergantung bagaimana ikhtiar suatu kaum untuk mengubahnya, salah ikhtiarnya maka salah pula hasilnya.
Lantas muncul pertanyaan, seperti apa pemimpin yang baik, yang bisa mengubah nasib bangsa ini, agar ikhtiar kita untuk mengubah nasib bangsa ini tidak salah.?
Yang jelas tetap memilih, tidak mengabaikan hak pilih. Satu dari dua Pilihan yang ada, pastinya memiliki program yang realistis, yang sangat mungkin bisa direalisasikan.
Itu adalah hal yang terpenting, bukan cuma sekedar program, bukan pula sekedar janji politik, tapi program yang memang sesuai dengan kebutuhan bangsa ini kedepan.
Kemudahan berbagai akses untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan bangsa ini, adalah hal yang terpenting, bukanlah berupa subsidi, tapi adalah hak yang memang harus diberikan.
Sederhananya, kita coba bandingkan apa yang kita hadapi dimasa lalu, dengan apa yang kita rasakan dimasa kini, apa saja yang membuat kita menjadi terasa mudah dalam mengakses apa yang kita butuhkan. Dulu kalau sakit kita merasa terbebani oleh biaya rumah sakit, sekarang kita tidak lagi dihantui oleh biaya rumah sakit.
Begitu juga dalam hal pendidikan, begitu banyak biaya pendidikan dimasa lalu yang sangat sulit kita penuhi, tapi sekarang kita tidak lagi terlalu banyak dibebani oleh biaya pendidikan, Karena sebagian besar sudah ditanggulangi oleh Pemerintah. Memang tidak semua sudah merasakan manfaatnya, namun sudah ada usaha untuk mengurangi beban masyarakat.
Nah kedepan, jelas kita harus memilih pemimpin yang benar-benar peduli terhadap kebutuhan yang akan kita hadapi dimasa datang. Kebutuhan akan semakin banyak, namun kemudahan untuk menanggulangi kebutuhan tersebutpun harus tersedia. Siapa diantara calon pemimpin tersebut yang programnya memberikan kemudahan tersebut, itulah yang menjadi pilihan.
Memilih Presiden itu bukan cuma hak, tapi adalah juga kewajiban sebagai warga negara. Jangan sampai tidak memilih tapi menghujat pemimpin yang terpilih. Sudahlah tidak berpartisipasi, tapi malah menuntut hak sebagai warga negara, ketika ada pemilihan Presiden malah memilih untuk Golput.
Yang paling fair itu, kalau mau menghujat, ketika pemimpin yang kita pilih tidak mampu memenuhi janjinya, tapi sebetulnya itupun tidak boleh terjadi. Kalau hal itu terjadi, itu artinya kita yang salah dalam memilih. Itulah pentingnya teliti terlebih dahulu sebelum memilih.
Hakikatnya, pemimpin itu bekerja untuk memenuhi hajat rakyatnya. Jadi memilih pemimpin yang betul-betul mau berkerja untuk rakyat, bukanlah pemimpin yang cuma mampu tebar pesona dengan retorika, yang memabukkan rakyat dengan janji-janji yang tidak mungkin dipenuhi.
Tidak ada alasan untuk tidak memilih, dengan memilih maka kita berhak untuk menuntut Pemerintah, jika tidak memenuhi janjinya. Kalau tidak memilih, itu artinya kita tidak memiliki hak apa-apa untuk menuntut, memilih aja gak, kok malah menuntut janji.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews