Jadi Ibu Negara Itu Berat, Biar yang Berpengalaman Saja

Doakanlah agar Indonesia tetap diberi ibu negara yang sungguh-sungguh menjadi ibu bagi rakyat, bukan "ibu-ibuan".

Minggu, 14 April 2019 | 17:09 WIB
0
312
Jadi Ibu Negara Itu Berat, Biar yang Berpengalaman Saja
Gambar: tribunnews.com

Siapa bilang menjadi isteri seorang presiden itu gampang? Menjadi seorang isteri dengan status biasa saja sangat susah, apalagi mendampingi seorang presiden.

Betul bahwa segala aktivitas seorang presiden diatur, difasilitasi dan dipermudah oleh pihak protokoler istana. Namun mengatur dan memikirkan hal-hal yang lebih berat daripada itu tetap menjadi tugas seorang isteri, ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga yang merangkap sebagai ibu negara akan memperhatikan banyak hal, mulai dari yang terkecil hingga terbesar.

Tugas seorang isteri dengan status biasa setidaknya ada tiga, yaitu memperhatikan perkembangan anak-anaknya (bila punya), mengurus kebutuhan rumah tangga, dan melayani sekaligus membantu menyelesaikan tugas suaminya.

Artinya, dengan mendapat status tambahan sebagai ibu negara, maka seorang isteri akan mendapat tugas tambahan pula untuk ikut mengurus negara.

Ikut mengurus negara itu maksudnya apa?

Anggapan bahwa tugas mengurus negara merupakan tanggungjawab seorang presiden, itu benar. Seorang presiden akan bekerja keras siang dan malam hanya untuk memikirkan rakyatnya. Akan tetapi apakah peranan isteri presiden tidak ikut dilibatkan di sana?

Jangan lupa, justru peranan seorang ibu negara sangat besar dan penting. Ibu negara bukan cuma memikirkan kebutuhan presiden, membantu pihak protokoler, supaya bisa beraktivitas normal dan lancar, tetapi juga ikut campur tangan dalam memberi pengaruh dan masukan kepada presiden terkait kebijakan yang diterapkan di dalam negara. Pengaruh dan masukan keliru dari ibu negara akan fatal buat negara.

Sekali lagi bayangkan negara dikondisikan layaknya rumah tangga, di mana di dalamnya ada ratusan juta anak (warga) dengan pikiran dan kebutuhan masing-masing yang berbeda-beda. Betapa rumitnya mengurus anak-anak sebanyak itu.

Bayangkan pula jika anak-anak (warga) suka berselisih dan berantam gara-gara memperebutkan sesuatu, bukankah pada akhirnya yang selalu jadi sasaran amarah adalah isteri (ibu negara), misalnya disebut lalai mendidik (salah memberi pengaruh dan masukan) oleh suami (presiden)?

Anggapan lain bahwa wakil presiden adalah orang kedua yang mengurus negara, jadi semua hal yang menjadi tugas dan tanggungjawab seorang presiden juga menjadi urusannya, itu pun benar.

Namun peneguhan terakhir terkait hal itu diambil alih oleh ibu negara. Ibu negara lah yang berhak yang mengatakan "yes" atau "no", bukan wakil presiden. Sekali lagi ini bukan dalam arti urusan administrasi langsung, ini masalah pengaruh. Pengaruh ibu negara lebih besar dibanding wakil presiden.

Di atas disebutkan pengaruh dan masukan keliru dari ibu negara bisa fatal buat negara. Mari bayangkan lagi hal-hal berikut:

Seorang ibu negara tidak mau tahu dengan tugas presiden, bahkan pembicaraan sekecil apapun tentang negara tidak diindahkan. Pokoknya hanya mengurus anak-anak dan rumah tangga saja. Presiden mau curhat dengan siapa kalau bukan terhadap ibu negara? Bukankah presiden bisa stres dan merasa tidak dianggap? Ingat, urusan negara sudah harus masuk ke dalam relasi intim antara presiden dan ibu negara.

Seorang ibu negara kurang cakap dalam berkomunikasi. Misalnya segala rahasia negara dan embrio kebijakan presiden dengan gampang diumbar ke publik. Hal itu bisa membuat negara dalam bahaya dan integritas presiden dipertanyakan.

Selanjutnya, seorang ibu negara punya kecenderungan hidup mewah dan haus harta. Bisa dipastikan mayoritas proyek-proyek pemerintah akan diambil paksa dan diserahkan kepada anak-anak dan para kerabat dekatnya. Kekuasaan presiden akan ditunggangi dan dimanfaatkan untuk meraup kekayaan sebanyak-banyaknya. Berpotensi KKN, bukan?

Dan persoalan lainnya. Intinya jangan pernah remehkan peranan seorang ibu negara. Presiden boleh saja di awal pintar dan bijak, namun jika didampingi seorang ibu negara yang bodoh dan rakus, presiden akan lebih parah dari itu.

Menjadi presiden berat, tapi menjadi ibu negara lebih berat. Harapkanlah ibu negara yang baik, bijaksana dan berpengalaman bagi negeri tercinta. Doakanlah agar Indonesia tetap diberi ibu negara yang sungguh-sungguh menjadi ibu bagi rakyat, bukan "ibu-ibuan".

Catatan: Jangan bayangkan presiden tanpa ibu negara. Kasih sayang buat rakyat akan lebih sedikit.

***