Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah al-Shuaibi akhirnya mengaku mendapat informasi yang keliru dan ada upaya untuk mengadu domba dirinya dengan ormas NU.
Mengaku mendapat informasi keliru atau salah bergaul dengan teman-temannya di sini? Itu soal lain. Tetapi ini terkait cuitannya di Twitter beberapa minggu yang lalu. Dalam cuitannya tersebut sang Dubes menuduh yang membakar bendera tauhid adalah organisasi sesat. Padahal sang Dubes juga tahu kalau yang membakar adalah BANSER, yang merupakan representasi dari ormas NU terbesar di Indonesia. Sama saja menuduh NU itu sesat.
Tentu, cuitan Twitter-nya sudah dihapus dan diganti pernyataan barusan. Cuitan pertama itu tentu saja menimbulkan kemarahan atau protes pimpinan pusat PB NU Said Agil Siradj. Sang Dubes sudah dianggap "lancang" atau terlalu ikut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia. Dan bisa merusak hubungan diplomatik kedua negara yang sudah lama bersahabat. Di media sosial ramai kalimat berbunyi "Usir Dubes Saudi!"
Pada dasarnya seorang Dubes adalah mata dan telinga bagi negaranya. Ia akan menerima atau mencari informasi yang dibutuhkan. Dan informasi itu bisa dari berbagai sumber.
Apakah Dubes Osama bin Mohammed benar mendapat informasi yang keliru atau ia justru yang keliru memilih teman dengan ormas di Indonesia? Seorang kalau sudah terpojok atau terdesak akan menggunakan jurus mencari "wedus ireng" atau kambing hitam. Ini alibi yang cukup ampuh kalau terdesak atau terpojok oleh suatu kondisi yang tidak menguntungkan.
Rekam jejaknya (sang Dubes) bisa diketahui pada waktu konferensi pers untuk menjelaskan terkait berdera tauhid yang menempel pada rumah penginapan Iman Besar Rizieq Shihab. Anehnya dalam konferensi pers tersebut sang Dubes didampingi oleh ormas Muhammadiyah dan wakil dari MUI. Juga mengomentari pembakaran bendera tauhid tersebut yang terjadi di Garut.
Masak Duta Besar sampai ikut urusan negara lain soal pembakaran bendera tauhid dan mengatakan pembakaran tersebut melanggar karena itu adalah bendera tauhid yang sangat dihormati umat Islam dan dianggap melecehkan.
Tapi anehnya, Arab Saudi sendiri juga alergi dengan bendera Khilafah seperti bendera tauhid HTI atau ISIS atau gerakaran radikal lainnya. Bahkan orang yang berani mengibarkan atau memasangnya bisa terkena hukuman yang sangat berat. Dan dicap sebagai teroris.
Di sinilah letak ambigu sang Dubes Osama dalam menilai suatu bendera tauhid. Di negaranya bendera Khilafah seperti HTI, ISIS dianggap simbol teroris dan melanggar hukum, tapi giliran di negara orang lain bendera tauhid yang menjadi simbol HTI atau ISIS itu dianggap tidak melanggar. Dasar semprul tenan iki Dubese.Jangan-jangan ini dubes KW!
Dan sepertinya hubungan sang Dubes Osama dengan Pimpinan PB NU Said Agil Siradj tidak baik atau harmonis, nyatanya dalam konferensi pers unsur dari ormas NU tidak ada.
Seperti diungkap dalam laporan Wikileaks tahun 2015, kementerian luar negeri Arab Saudi mengirim kawat diplomasi kepada Kedutaan Arab Saudi di Jakarta yang isinya kurang lebih untuk memata-matai Said Agil Siradj karena dalam ceramahnya sering menyinggung ajaran wahabi dari Arab Saudi dan kedekatannya dengan tokoh Syiah.
Bahkan dalam kunjungan Raja Salman ke Indonesia pada waktu itu, rumor yang beredar pimpinan PB NU Said Agil Siradj tidak usah diundang sebagai wakil ormas. Nyatanya pada waktu itu Kyai Said Agil Siradj malah pergi ke luar negeri. Seperti sengaja menghindar.
Yang lebih mengherankan dari sang Dubes ini dalam permintaan maaf atau mendapat informasi yang keliru disampaikan kepada Yeny Wahid lewat media WhatsApp.
Kenapa permintaan maaf tidak langsung kepada ketua PB NU Said Agil Siradj yang merupakan perwakilan ormas NU? Apakah tidak cukup punya nyali untuk melakukannya, kok malah beraninya sama Yeny Wahid!? Meminjam istilah Bahar bin Smith, jangan-jangan perlu dibuka juga celana sang dubes.
Bisa jadi karena keduanya mempunyai hubungan persahabatan atau pertemanan. Akan tetapi ini juga sebagai konfirmasi atau menunjukkan bahwa sang Dubes memang tidak mempunyai hubungan yang baik dengan ormas NU atau Ketua PB NU Said Agil Siradj.
Yeny Wahid mungkin akan menjadi mediator atau perantara antara Dubes Osama dan Ketua PB NU Said Agil Siradj untuk saling memaafkan.
Dan Sampai sekarang sang Dubes Osama belum kembali bekerja di Jakarta, bahkan ada selentingan mau ditarik atau tidak bertugas lagi di Jakarta, karena juga sudah terlalu lama tugas di Jakarta, yaitu 10 tahun.
Bisa juga sang dubes kena semprot Raja Salman, ya gak?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews