Peluru Kok Nyasar Sampai Dua Kali ke DPR?

Kamis, 18 Oktober 2018 | 05:58 WIB
0
399
Peluru Kok Nyasar Sampai Dua Kali ke DPR?

Setelah Fahri Hamzah mengatakan lembaga presiden boleh diserang, sementara lembaga DPR tidak, justeru yang jadi sasaran "peluru nyasar" adalah gedung DPR. Belum juga seminggu, dua kali terjadi insiden serupa di gedung parlemen itu.

Padahal, adakah peluru nyasar? Tak ada.

Peluru hanya akan meluncur sesuai hukumnya. Ia didorong kekuatan yang membuatnya tak bisa bergerak lain daripada arah moncong senjata. Tapi itulah manusia. Suka mencari kambing hitam. Yang mengarahkan penembaknya, yang dituding nyasar pelurunya. Lebay.

Tapi kita mungkin sama lebaynya. Media langsung heboh. Apa motif politiknya? Pemerintah busuk ini! Pers langsung bergerak, sibuk breaking news, tapi tak ada informasi yang relevan. Tergesa memberitakan, tapi tak menguasai materi dan berbekal data minimal, atau tak dikuasai.

Untunglah, atau anehnya, ketika diwawancara wartawan, Fahri tidak ember. Tidak gegabah. Ia bilang, tunggu keterangan pihak kepolisian. Biasanya dia cablak. Kapok karena kasus Ratna Sarumpaet? Atau, ini skenario yang lain lagi, yang harus lebih canggih, agar si peluru nyasar tak tergesa-gesa ngaku sebagaimana Ratna Sarumpaet? Halah.

Fahri masih mempersoalkan juridiksi internasional kasus penangkapan Ratna Sarumpaet di atas pesawat Turkish Airlines. Orang ini bener-bener bego, tapi sok tahu. Anggota parlemen tapi kalau ngomong nggak paham aturan. Apalagi kini bersama sohibnya di PKS, Anis Matta, mendirikan Garbi (Gerakan Arah Baru Indonesia), yang jika gagal merebut PKS, mungkin bakal jadi partai baru.

Melihat penembakan gedung DPR itu, sebagian anggotanya langsung nyelekop, meminta anggaran baru agar kaca gedung dilapisi anti-peluru. Duh, duit anggaran mulu di otak mereka.

Apakah kalau sudah dilapisi kaca anti peluru, juga dijaga oleh kesatuan elite tentara kita, akan bisa kalis dari berbagai serangan dan tudingan, yang mengatakan bahwa lembaga negara ini memang tak berguna sama sekali? Lihat tupoksi mereka, dan apa yang dihasilkannya. Bahkan produk legislasi mereka kali ini, tak lebih baik dari parlemen periode sebelumnya, yang juga buruk.

Yang pasti, tak pernah ada peluru nyasar. Kalau pestol atau senjata api lebay (moncongnya bengkok), apakah sebagaimana penis yang letoy, terus pelurunya jatuh mlungker?

Dalam politik, kata pakar politik, tak ada yang kebetulan. Kalau Fahri dan kawan-kawan jadi anggota DPR, termasuk Fadli, mungkin itu yang dimaksud kebetulan, tepatnya kebetulan yang salah. Nyasar tapi nikmat.

***