Saya mengidentikkan Mars ABRI dengan Kamera Ria di TVRI pada era 1980-an. Di acara itulah lagu tersebut kerap berkumandang di awal atau akhir acara. Di ujung kekuasaan Orde Baru mars tersebut kerap diplesetkan oleh para mahasiswa setiap kali berunjuk rasa. Pada 2003, Panglima ABRI Jenderal Endriartono Sutarto (ES) meminta musisi Addie MS untuk membuat Mars baru, Mars TNI.
Saya pernah mengintili Pak ES hingga ke toilet DPR di sela rapat kerja dengan Komisi I. Waktu itu persisnya saya lupa, tapi saat itu sudah menjelang tengah malam. "Ngapain lu?"
"Pipis juga, Pak," jawab saya seraya berdiri di urinoir persis di sebelahnya. Di depan pintu, seorang pengawal menatap dengan awas. Ketika Pak ES selesai dengan hajatnya, saya pun buru-buru seolah mengancingkan celana yang sebenarnya memang tak dibuka untuk pipis.
Sambil berjalan di sampingnya saya mengkonfirmasi, “Benarkah Mars ABRI akan diganti. Kenapa?”
Sambil berjalan menuju ruang rapat, Jenderal Endriartono menjelaskan dua-tiga kalimat pendek. Salah satu alasannya, ya karena sudah biasa diplesetkan dan sangat mengganggu mental para prajurit. Selain itu, ABRI sudah berganti nama dengan TNI, karena Polri dikeluarkan sebagai matra pemegang senjata.
Soal alasan memilih Addie MS untuk membuat lagu, Endriartono menukas, "Tanya Sjafrie!"
Usai rapat yang berakhir dini hari, saya langsung mendekati Kapuspen ABRI, Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin. Menurut mantan Pangdam Jaya itu, Addie dipilih karena memang sudah diakui sebagai musisi mumpuni. Karya-karyanya selalu berkelas.
Para kepala staf angkatan, Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu (Angkatan Darat, Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh (Angkatan Laut), dan Marsekal TNI Chappy Hakim (Angkatan Laut) setuju dengan penunjukkan itu. Lagu karyanya pun sudah diperdengarkan dan tinggal memoles sedikit-sedikit sesuai masukan dari para kepala staf dan Panglima TNI. "Nanti dimainkan pas Hari ABRI," ujarnya.
Artikel tentang lagu perubahan Mars ABRI itu dimuat di Majalah Tempo. Saya lupa persisnya. Semula saya mendapatkan nilai 'A' untuk tulisan ini. Selain dianggap eksklusif, juga berhasil menembus narasumber kualifikasi sulit. Tapi kemudian direvisi karena pencetus usulan adalah teman saya, Telni Rusmitantri. Dia yang menembus Addie MS.
Tapi sebelum menangani rubrik hiburan dan gaya hidup di Tempo, Telni dikenal sebagai wartawati jempolan untuk liputan-liputan di lingkungan ABRI ketika masih di majalah Ummat dan tabloid Tekad (Republika).
Begitulah di Tempo. Nilai A harus benar-benar sempurna. Mulai usulan milik sendiri, menembus sendiri nara sumber utama, hingga menuliskannya dengan standar, ‘Enak Dibaca dan Perlu’. Salah satu tak dipenuhi, ya harus puas dengan nilai B.
Begitulah yang terjadi dengan saya. Usulan begitu sangat dihargai dan diperhitungkan. Datang ke ruang rapat tanpa punya usulan, rasanya tak punya muka.
Setelah 15 tahun, Addie MS sebagai pencipta Mars TNI mendapatkan penghargaan dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto di Cilangkap, 5 Oktober 2018.
Sepanjang Kamis (7/3/2019), tersiar kabar aktivis Robertus Robet ditangkap polisi. Salah satu penyebabnya konon terkait plesetan Mars ABRI. Setelah belasan tahun nyaris dilupakan para aktivis, Robertus Robet justru mengumandangkannya dalam sebuah aksi Kamisan.
Ah, ada-ada saja Pak Polisi ini, eh kau Robet!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews