Siapa Pembunuh Wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi?

Rabu, 7 November 2018 | 06:59 WIB
0
602
Siapa Pembunuh Wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi?
Salah Kashoggi (Foto: The National)

Inilah putera wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, Salah Khashoggi, ketika diundang pihak Kerajaan Arab Saudi di Istana Yamama, Selasa, 23 Oktober 2018. Raja Salman yang didampingi Putra Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman sengaja mengundang putra  Kashoggi untuk mengucapkan rasa duka.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengutus Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, 17 Oktober 2018 ke Arab Saudi untuk mengetahui mengapa Jamal Kashoggi dibunuh. Kedekatan hubungan AS-Arab Saudi selama ini membuat negara itu patut menerima informasi pertama tentang pembunuhan wartawan Arab Saudi ketika ingin mengurus pernikahan barunya di Konsulat Arab Saudi, Turki.

Sejak saat itulah, ia tidak terlihat lagi, hilang begitu saja di Konsulat Arab Saudi, Turki. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan akan berusaha mengungkap siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wartawan Arab Saudi yang sering mengkritik pemerintahan negaranya di "The Washington Post." Tetapi menurut perkiraan saya, hal ini tidak terungkap.

Alasannya kenapa tokoh utamanya tidak terungkap, pertanyaannya siapa dalang di balik kudeta militer di Turki? Meski kita tahu kudeta yang gagal terhadap Erdogan itu dikendalikan dari tokoh opisisi di AS. Begitu juga dengan pembunuhan wartawan Arab Saudi ini. 

Baru-baru ini, di Twitter, Kantor Berita "Associated Press," menampilkan foto putra Raja Salman, Pangeran Muhammad  bin Salman. Menariknya ditulisan wartawan "Associated Press" ini, ada beberapa tokoh lagi di samping Pangeran Muhammad bin Salman, yaitu Uday dan Qussay Hussein, putera mantan Presiden Irak, Saddam Hussein. Juga ada foto Bashar al-Assad, Presiden Suriah sekarang. Putra mantan Pemimpin Libya, Moammar Khadhafi, yaitu Al-Islam Khadafi. Termasuk putra Presiden Mesir Hosni Mubarak, yaitu Gamal dan Alaa.

Ini menunjukkan sebuah bentuk pemerintahan monarkhi absolut di Timur Tengah. Pada umumnya negara-negara di Timur Tengah menganut sistem ini. Hal ini lebih berlatar belakang sejarah yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah pergulatan politik yang sangat keras.  Kawasan ini dikenal sebagai kawasan yang sangat goyah. Banyak faktor yang tidak pasti muncul seketika. Begitu pula permusuhan antar negara tetangga berdasarkan historis, di samping masalah-masalah lain yang menyebabkan terjadinya pertikaian berlarut-larut. 

Negara-negara Timur Tengah memiliki kekhasan tersendiri. Hal ini karena setelah Perang Dunia I selesai, penjajah Inggris dan Prancis berusaha mencabik-cabik persatuan dunia Arab. Penjajahan sengaja menggancurkan semangat nasionalisme lokal dan menggantikan dengan nasionalisme kabilah-kabilah, yaitu persaudaraan sesama Arab yang dititikberatkan kepada pertalian suku. 

Usaha ini berhasil dengan dipecah-pecahnya dunia Arab menjadi kerajaan, republik, kesultanan maupun emir-emir, sehingga untuk mencapai persatuan kembali terasa sulit, karena mereka menganggap kabilah yang satu lebih unggul dari kabilah yang lain.

Juga yang lebih mencolok setelah Perang Dunia II, wilayah Arab Palestina yang semula utuh dipecah secara tidak adil. Wilayah Arab Palestina itu dibagi tiga. Anehnya, semula itu wilayah Arab Palestina, sekarang penduduk Yahudi yang menguasai wilayah Palestina. 

Semula Jerusalem menjadi harapan sebagai ibu kota Palestina, sekarang diakui AS sebagai ibukota penduduk Yahudi tersebut, Israel yang telah merdeka tahun 1948. Sementara, warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, belum merdeka secara "de facto," dan "de jure.; Adanya Duta Besar Palestina di Indonesia, itu baru secara "de facto," belum secara "de jure."

***