Arena dansa seperti itu pasti tidak ada di Jerusalem. Bazaar Xinjiang ternyata tidak sama --punya kelebihan dansanya.
"Ini persis seperti di pasar Jerusalem," ujar anak muda itu. "Saya tidak merasa sedang di ibu kota Xinjiang," tambahnya.
Yang mengatakan itu adalah turis. Sepasang muda-mudi. Asal Israel. Yang ke Xinjiang untuk pertama kali.
"Anda seperti Jesus," ujar saya padanya.
"Banyak yang mengatakan seperti itu," jawabnya tersipu. Sambil memeluk sang pacar.
Di bazaar ini benar-benar sangat Uygur.
'Sangat Uygur' itu juga bisa disebut 'sangat mirip Timur Tengah'.
Tidak heran bila si 'Jesus' tadi menilai bazaar Urumqi ini mirip pasar di Jerusalem.
Saya pernah ke Jerusalem tapi belum pernah ke pasarnya. Tapi saya sudah ke pasar di Oman, di Abu Dhabi, dan di Dubai. Sangat mirip dengan bazar di Urumqi. Atau sebaliknya.
Intinya: berada di bazar ini seperti tidak sedang berada di Tiongkok. Titik.
Saya lupa bertanya pada Fahri Hamzah. Apakah sempat ke bazar internasional ini. Padahal ia bercerita juga baru kembali dari Xinjiang. Dan menjadi begitu gemuk sepulang dari sana.
Saya terlalu asyik bicara partai barunya. Lupa bicara Urumqi-nya.
Bazar ini sudah bukan yang dulu. Yang semrawut.
Yang asli sudah dihancurkan. Tahun 2003 lalu. Dibangun yang baru. Yang modern --dengan tetap mempertahankan kekhasan Uygur-nya.
Dua malam berturut-turut saya ke bazar ini. Bukan untuk mencari dongxi, tapi kangen dengan suasananya.
Terutama suasana di lapangan terbuka di tengah-tengah bazaarnya. Begitu banyak orang berkumpul di situ. Orang asli. Bercampur turis.
Mereka tidak hanya berkumpul. Mereka menari. Berjoget. Dansa.
Tari gaya Uygur.
Dengan lagu Uygur.
Agak mirip lagu Arab. Dengan tari yang juga agak mirip zafin.
Saya mencoba masuk gelanggang. Ikut menari. Tidak berani terlalu dekat dengan yang banyak 'i' nya. Takut tidak konsentrasi. Agak susah tarinya.
Dahlan Iskan
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews