Hilangnya seseorang secara tiba- tiba, apalagi ketika ia berenang di sungai atau laut, apalagi jika jasadnya belum ditemukan, memberikan keheningan sendiri.
Hilangnya Anak Ridwan Kamil Di Sungai, Dan Kisah Perdana Mentri Harold Hold.
Lama saya terdiam. Hening. Terharu. Saya baca berulang kali ekspresi yang ditulis Atalia untuk putranya yang hilang di sungai Aare, Swiss.
“Ril... mamah pulang dulu ke Indonesia, ya.”
"Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah swt, dimana pun kamu berada.”
“Insya Allah kamu tidak akan kedinginan, kelaparan atau kekurangan apapun. Bahkan kamu akan mendapatkan limpahan kasih sayang, karunia dan kebahagiaan yang tak pernah putus.”
Di sini, di Sungai Aare yang luar biasa indah dan cantik ini, mamah lepaskan kamu, untuk kita bertemu lagi cepat atau lambat.”
Entah mengapa saya membayangkan jika putra saya sendiri yang hilang di sungai itu. Lalu saya harus iklhaskan hilangnya anak sendiri, menganggapnya wafat, dan pulang ke Indonesia.
Betapa sedihnya. Betapa beratnya. Ampun.
Semakin mendalam lagi rasa haru ketika melihat video Kang Emil, Gubernur Jawa Barat. Ia melakukan ikhtiar terakhir mencari Eril, putranya yang hilang di sungai ketika berenang itu.
Emil menceburkan kakinya di tepi sungai. Ia membawa tongkat. Berjalan di tepian sungai. Sesekali ia terdiam.
Eril, putranya, baru saja tamat sarjana ITB. Pergi ke Swiss, Eril merencanakan melanjutkan S2. Di sela waktu, bersama teman- temannya, ia ingin menikmati keindahan alam. Ia pun berenang di Sungai Aare.
Tanggal 26 Mei 2022, Eril berenang dan diberitakan hilang. Aparat setempat sudah mengerahkan aneka cara mencari Eril.
Emil tahu pasti, dengan berjalan kaki, menyusuri tepi sungai Aare, hampir mustahil ia menemukan anaknya di sana. Tapi sebagai seorang Ayah, ikhtiar sekecil apapun, oleh dirinya sendiri, harus dicoba.
Datanglah momen itu. Seminggu setelah pencarian, bersama keluarga, Kang Emil berembuk. Akhirnya diputuskan. Walau jasadnya belum ditemukan, Eril dinyatakan meninggal.
Di video itu, di tepi Sungai Aare, Emil melantunkan adzan. Ia melakukan ritual melepaskan anaknya, yang dinyatakan meninggal.
Entah mengapa. Saya membayangkan menjadi Kang Emil, melepas anak saya sendiri, di sungai itu, walau belum ditemukan jasadnya, lalu dari hati beradzan.
Menetes ini air mata.
Saya pun teringat kisah serupa, 55 tahun lalu, di Australia. Saat itu terjadi peristiwa serupa.
Tapi ini menimpa Harold Holt. Saat itu ia adalah Perdana Menteri Australia. Ia juga berenang di tepian laut.
Namun ia hilang. Entah apa yang terjadi. Seorang perdana menteri hilang ketika berenang. Jasadnya juga tak ditemukan. Tak pernah ditemukan. Australia heboh. Dunia heboh.
Saat itu Harold Holt menjadi perdana menteri Australia, yang ketujuh belas. Ia memang berkarir di pemerintahan. Setelah menjabat di beberapa posisi kabinet, ia menjadi pemimpin Partai Liberal.
Karena menang pemilu, sebagai pemimpin partai, Harold pun menjadi perdana menteri di tahun 1966.
Kisah itu momen dua tahun ketika ia menjadi perdana menteri. Holt pergi berenang di salah satu tempat favoritnya, di tepi laut.
Itulah hari terakhir Harold Hold dilihat orang. Ia hilang ketika berenang. Ia tidak pernah kembali.
Operasi pencarian besar-besaran dilakukan. Inilah operasi pencarian terbesar dalam sejarah Australia. Tak nanggung- nanggung, seorang perdana menteri yang sedang berkuasa hilang. Tak tentu rimba.
Pada awalnya, lebih dari 190 personel terlibat pencarian sang Perdana Menteri. Jumlah personel yang dikerahkan meningkat menjadi lebih dari 340. (1)
Pencarian dimulai di hari Harold diberitakan hilang, 17 Desember 1967. Pencarian total dihentikan pada tanggal 5 Januari 1968. Pencarian memakan waktu sekitar 20 hari.
Harold Holt pun dianggap wafat. Sebuah upacara dibuat untuk menghormatinya. Acara itu dihadiri oleh Charles, Prince of Wales, Sekretaris Jenderal PBB U Thant, Presiden Lyndon B. Johnson dari Amerika Serikat. Turut juga hadir pemimpin dunia lainnya.
Apa yang terjadi dengan Harold Holt? Mengapa ia hilang tiba- tiba ketika berenang di laut?
Hingga hari ini, tak ada satu penjelasan yang pasti. Ia mungkin mengalami kecelakaan: tenggelam dan tersapu ke tengah laut. Atau dimakan ikan hiu.
Ada pula yang menduga Harold Holt sengaja bunuh diri karena ia tengah menghadapi kesulitan politik. Ada pula yang menganalisa ia dibunuh.
Begitulah dunia. Semua bebas menganalisa.
Baca Juga: "Ngalub", Jawaban Ridwal Kamil yang Menjadi Kenyataan
Hilangnya seseorang secara tiba- tiba, apalagi ketika ia berenang di sungai atau laut, apalagi jika jasadnya belum ditemukan, memberikan keheningan sendiri.
Ekspresi Atalia untuk putra tercinta yang hilang di sungai Aara, walau tak dimaksudkan, tapi telah menjadi puisi yang paling menyentuh.
Denny JA
***
4 Juni 2022
CATATAN
1. Hilangnya Perdana Menteri Australia ketika berenang di tepi laut
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews