Pembentukan pemerintahan sementara ini juga akan membuat dunia internasional wait and see lalu tidak akan dengan mudah mendukung pemerintahan baru ini.
Semalam Taliban mengumumkan pemerintahan baru mereka di Afghanistan. Sayangnya, ini hanya pemerintahan sementara bukan pemerintahan permanen.
Dinamika di internal Taliban sendiri juga sangat dinamis. Terbukti saat pengumuman semalam, Baradar tidak menjadi PM tapi menjadi wakil PM.
Tarik menarik kepentingan dalam pembentukan pemerintahan baru berjalan cukup alot, tidak bisa dipungkiri bahwa tidak mudah membentuk pemerintahan baru secepatnya.
Pemerintahan baru Afghanistan saat ini semua diisi oleh orang orang Taliban saja, di titik ini Taliban bisa salah langkah. Karena yang dibutuhkan Taliban saat ini adalah pemerintah inklusif yang mengakomodir semua lapisan masyarakat dan lintas ideologi.
Di sini saya melihat kelemahan Taliban sebagai calon pemimpin baru Afghanistan. Banyaknya faksi di tubuh Taliban dan ada yang berafiliasi ke Pakistan, juga menyebabkan mereka kesulitan membentuk pemerintahan permanen.
Pos menteri yang diumumkan semalam juga banyak terindikasi efek faksi faksi tersebut. Ini adalah PR besar Taliban ke depannya.
Pembentukan pemerintahan sementara ini juga akan membuat dunia internasional wait and see lalu tidak akan dengan mudah mendukung pemerintahan baru ini. Karena sementara.
Turki sendiri juga masih wait and see, Turki belum mau mengakui pemerintahan sementara Taliban saat ini karena akan beresiko ke depannya.
Langkah Turki yang berhati hati begini sudah sangat tepat. Karena mengacu ke standar internasional, Turki memang harus bermain cantik dan sesuai prosedur internasional tidak boleh gegabah meskipun secara personal Turki dekat dengan pemimpin Taliban.
Semoga pemerintahan permanen Taliban bisa segera terbentuk, agar memudahkan mereka dalam melangkah lebih jelas lagi kedepannya dan memudahkan mereka mendapatkan dukungan dunia.
Tengku Zulkifli Usman
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews