Amerika Serikat Tembus Angka Korban 205 Ribu, Bagaimana Indonesia?

Angka kematian korban virus Covid di Indonesia cukup tinggi, hampir 10% berbanding dengan jumlah pasien yang terkonfirmasi sebagai penderita Covid 19.

Kamis, 2 April 2020 | 07:33 WIB
0
466
Amerika Serikat  Tembus Angka Korban 205 Ribu, Bagaimana Indonesia?
Corona di AS (Foto: tempo.co)

Angka korban virus Covid19 di dunia makin hari makin bertambah banyak. Di Amerika, pagi ini saya catat, jumlahnya sudah lebih dari 205 ribu orang yang dites positif terkena virus Corona. Di Indonesia jumlah penderita virus Covid 19 juga semakin naik lajunya, sudah melebihi angka 1.677 orang.

Kalau di Amerika, pada saat tulisan ini saya buat, ada 205.036 kasus Covid 19, dan ada 4.516 orang mati dan ada 8.745 orang sembuh. Sedangkan di Indonesia, pada saat tulisan ini saya buat ada 1.677 korban terkonfirmasi sebagai penderita, ada 157 orang korban tewas, dan ada 103 pasien sembuh.

Indonesia juga dikabarkan hanya punya 6.777 spesimen tes Covid19. Apa karena alat tes kurang akurat, atau memang belum dijalankan serius tesnya di banyak tempat saya tidak tahu. Atau memang jumlah penderitanya tidak banyak.

Kalau dilihat angka-angka itu, sebenarnya apa yang terjadi di Indonesia belum ada apa-apanya dibanding dengan apa yang terjadi di Amerika, Italia, Prancis, China, dll yang angka korban yang cukup besar di dunia. Masalahnya bukan pada jumlah orang yang terpapar, tetapi pada pada jumlah korban tewas dan jumlah mereka yang sembuh akibat Covid 19.

Di sinilah kekuatan siap serangan penyakit menular sebuah negara diuji. Sistim manajemen penanganan wabah, ketersediaan obat dan alat kesehatan dan tenaga medis memang krusial.

Tapi yang lebih repot adalah meyakinkan rakyat bahwa wabah ini memang berbahaya, mengedukasi dengan sabar dan menegakkan peraturan dengan disiplin pada semua orang. Dan betapa pentingnya bagi sebuah negara untuk selalu punya dana cadangan liquid untuk dipakai ketika musibah melanda.

Bersyukurnya Indonesia punya banyak pulau dan ada di bawah garis katulistiwa yang penuh matahari, dan punya populasi generasi milenial lebih banyak daripada generasi usia lanjut. Dalam banyak kasus, korban tewas Covid 19 lebih banyak dialami orang-orang tua dan/atau mereka yang sudah punya riwayat penyakit serius: diabetes, asam urat, jantung, kolesterol, tekanan darah, low immune, bahkan kanker. Mungkin juga, kalau Indonesia satu daratan saja. bukan 17 ribu pulau, penyebaran virus dapat lebih cepat terjadi seperti di China atau Italia.

Bersyukur juga kalau pemerintah Indonesia berhati-hati membuat kebijakan publik. Urusan perut itu maha penting dan dapat memporakporandakan negeri.

TNI dan Polri bersama kekuatan intelijen memikirkan dengan banyak pertimbangan setiap keputusan, meski dihujani kritik dan berbeda arah dengan beberapa pemerintah daerah atau lokal. Karena pada akhirnya, rakyat, rakyat jualah, terutama mereka yang pada umumnya terbatas informasi dan uang yang jadi korban.

Covid 19 menyadarkan kita untuk menyadari betapa pentingnya punya uang tabungan. Saya sangat mengerti bagaimana kekhawatiran mereka yang hidup mengandalkan usaha setiap hari, dari setiap keringat dan tenaga, tanpa itu, tak ada makanan.

Yang menarik dari Covid 19 ini adalah bagaimana cara setiap negara menghentikan penyebaran dan jumlah korban tewas. Dan Indonesia, memang, angkanya kematian korban Covid19 masih tinggi. Walaupun dibanding negara-negara lain, 157 orang korban tewas Covid 19 di Indonesia, untuk jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa, cukup tinggi. Itu masih kecil dibanding Amerika negeri tempat saya tinggal saat ini.

Bukan saya bilang kalau di Indonesia angka kematian di Indonesia masih sedikit, karena hanya 157 orang tewas, atau sengaja menakut-nakuti supaya orang siap mati di Indonesia karena Covid19. Angka kematian korban virus Covid di Indonesia cukup tinggi, hampir 10% berbanding dengan jumlah pasien yang terkonfirmasi sebagai penderita Covid 19.

Tapi angka kematian di Indonesia ini memang besar JIKA DIBANDINGKAN dengan jumlah pasien terkonfirmasi Covid 19 sejumlah 1677 orang.

Jadi, apa Indonesia harus tambah jumlah pasien penderita Covid 19 nya demi menurunkan angka 10% tadi? Ya tentu tidak. Tentulah kita tidak mau juga jumlah orang sakit terkonfirmasi bertambah naik. Meski memang, jumlah itu dapat cepat beranak pinak, bermultiplikasi dengan cepat setiap jam, setiap hari kalau tidak ada usaha serius membendung penularan ini dengan karantina, isolasi, self distance atau "lockdown" local untuk daerah-daerah yang terpapar parah.

Kalau jumlah pasien Covid19 tambah banyak, dan korban mati tambah banyak, artinya pemerintah harus pinjam duit lebih banyak untuk mengatasi upaya penyembuhan dan mencegah penularan, Indonesia akan tambah miskin. Tak mungkin rakyat disuruh diam terus menjauh dari Corona tanpa makan, bukan?

Jadi memang, Indonesia harus dapat merumuskan sendiri kebijakan publik yang paling tepat untuk rakyatnya. Yang pemerintah Indonesia lakukan sudah tepat, fokus untuk menghentikan penyebaran virus dan penyembuhan korban-korban Covid19. Sukur-sukur kalau Indonesia punya vaksin. Tetapi apa sudah ada vaksin untuk semua jenis strain virus Covid19? Semoga ada.

Saya mengapresiasi usaha pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus dan menyelemarkan korban yang saya baca dari jauh. Semoga tidak ada orang-orang jahat, yang ingin mengail di air keruh, cari kesempatan dalam kesempitan, memakai Covid 19 sebagai agenda politik, atau bahkan juga mungkin sekaligus menjadikan Covid 19 untuk menjadikan TO sebagai korban mati. Itu kejam dan tidak berperikemanusiaan namanya.

Bahkan ada teman juga bilang, bahwa Covid 19 akan bikin orang-orang yang muak dengan agama dan Tuhan menjadi girang karena sudah berhasil menutup hari-hari keagamaan dan menghentikan ibadah-ibadah publik. Covid 19 juga dikabarkan akan bikin banyak negara-negara jatuh miskin karena tidak punya uang banyak dan terpaksa berhutang; atau kalaupun negaranya punya uang banyak akan jadi miskin karena banyak aset terpakai atau tergadaikan.

Segala macam isu bisa dihadirkan dan diuji kebenarannya. Siapa yang paling untung dan buntung dengan Covid19 tentunya akan terlihat di akhir cerita. Seperti kata lagu, dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah. Hanya kebaikan Tuhan yang tidak berubah. Dan saya berdoa, sebagaimana seluruh rakyat Indonesia lainnya, supaya Indonesia dapat melalui badai Covid19 ini dengan aman.

Semoga Indonesia tidak harus me-reset ekonominya dari nol, ekonomi yang diperkirakan jadi terpuruk karena utang menggunung, miskin seperti negara baru usai perang. Indonesia pasti mampu gagah berdiri bersama 260 juta lebih rakyatnya untuk bikin Gross Domestic Product yang luar biasa dan mandiri. Semoga pengusaha-pengusaha Indonesia tetap fokus berinvestasi di Indonesia.

Kembali ke Covid19, yang jelas, kalau tubuh diserbu penyakit, kitalah yang harus berjuang untuk diri kita sendiri. Tetap awas dan peduli, jaga kesehatan dengan amankan diri sebagaimana dihimbau pemerintah lewat banyak media sosial resmi ataupun tidak. Harusnya, rumah adalah adalah tempat teraman dan tersehat.

Dan semoga juga, setelah Covid19 ini berlalu, tidak ada serbuan virus lain yang kabarnya akan datang menghantam dunia kedua kali untuk memastikan semua negara sasaran memulai ekonomi dari NOL, kecuali penguasa yang didukung pemilik uang banyak. Ah, semoga hoax. Dan, apa betapa sebegitu beruntungnya negara totaliter seperti China dan Rusia ?

Sumber: 1, 2

***