Bergantung ke SDA, Brunei Darussalam yang Kaya Raya Itu Kini Menuju Miskin

Selasa, 27 November 2018 | 06:00 WIB
0
699
Bergantung ke SDA, Brunei Darussalam yang Kaya Raya Itu Kini Menuju Miskin
Mobil kenegaraan Brunei Darussalam (Foto: Liputan6.com)

Mobil eksklusif Sultan Hassanal Bolkiah, Rolls-Royce Silver Spur Limo yang seluruh permukaannya dilapisi emas 24 karat, sebagaimana aterlihat dalam foto ini, harganya ditaksir mencapai US$14 juta atau setara Rp192,9 miliar.

Seperti saya pernah tuliskan sebelumnya dalam artikel: "Belajar dari Venezuela, Hancur Karena Kebaikan Pemerintahnya Memberi Subsidi", sekali lagi ramalan sahabat saya Kano San yang berkebangsaan Jepang itu kembali terbukti:

Ketika saya mengatakan bahwa Brunei Darussalam adalah sebuah negara kaya dan hebat, beliau sangat tidak setuju. Alasannya Brunei Darussalam terlalu bergantung pada sumber daya alam (SDA) dan bukan pada sumber daya manusia (SDM). "Suatu saat mereka bisa bangkrut", kata beliau menegaskan. Dan ramalan itu sedang terjadi sekarang kepada negara kaya raya itu. Mereka sedang menghadapi resesi.

Siapa yang tidak mengenal Brunei Darussalam, negara berdaulat di Asia Tenggara yang terletak di pantai utara pulau Kalimantan itu? 

Walaupun negara ini terbilang sangat kecil, yaitu luasnya hanya sekitar 5.765 kilo meter persegi dan penduduknya hanya sekitar 415.717 jiwa, tetapi negara ini terkenal dengan kekayaan dan kemakmurannya.

Menurut Dana Moneter Internasional, Brunei memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita terbesar ke-5 di dunia dalam keseimbangan kemampuan berbelanja (KKB). Yaitu perkapitanya mencapai US$73.233 dari total PDB KKB US$30.212 miliar. Bandingkan dengan Indonesia yang baru mencapai US$12.421 dari total US$1,015 triliun.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Brunei juga tergolong sangat tinggi yaitu 0,825 dan merupakan tertinggi ke-2 di Asia Tenggara setelah Singapura. Sehingga Brunei pun digolongkan sebagai negara maju. Bandingkan dengan Indonesia yang IPM-nya baru mencapai 0,708.

Sementara itu, Forbes menempatkan Brunei Darussalam sebagai negara terkaya ke-5 dari 182 negara di dunia dan nomor 2 di Asia Tenggara setelah Singapura. Kekayaan negara ini  bersumber dari ladang minyak bumi dan gas alam yang luas.

Negara kerajaan yang menganut sistem pemerintahan absolut monarkiini dipimpin oleh Sultan Hassanal Bolkiah yang merangkap sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan sekaligus sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan.

Dan pernahkah Anda mendengar kekayaan Sultan Hassanal Bolkiah?

Menurut data Bornrich, kekayaan Sultan Hassanal Bolkiah mencapai angka US$20 miliar, dan menempatkannya menjadi salah satu pemimpin negara terkaya di dunia. Dan satu hal yang paling menonjol dari Sultan adalah koleksi mobilnya yang mencapai angka 7.000 unit.

Dari sekian banyak koleksi mobilnya, yang paling mahal dan terkenal adalah mobil eksklusif Rolls-Royce Silver Spur Limo yang harganya ditaksir mencapai US$14 juta atau setara Rp192,9 miliar. Menurut laman Autopartstoysmobil itu dilapisi dengan emas 24 karat di seluruh bagian mobil.

Tetapi sekarang apa yang terjadi dengan negara kaya raya itu?

Dilansir dari TRIBUNJATENG.COM (20/11), Brunei Darussalam, negeri kecil nan makmur tetangga Indonesia itu kini menghadapi masalah serius.

Negara yang terkenal dengan limpahan uang dari hasil minyak buminya itu, sekarang jatuh dalam resesi karena harga minyak dunia yang terus turun. Dan sebagai akibatnya ekonomi Brunei Darussalam pun terganggu karena komoditi utama mereka hanya bergantung dari minyak bumi.

Dan diberitakan, Brunei Darussalam pun dengan terpaksa harus meminta bantuan ke negara Republik Rakyat China (RRC). Bantuan yang dimaksud ialah menanamkan modal Beijing ke Brunei sebagai bagian dari politik infrastruktur negeri tirai bambu itu.

Hikmah apa yang ingin kita ambil dari resesi yang menimpa Brunei Darussalam?

Ternyata sebuah negara tidak boleh bergantung sepenuhnya pada SDA-nya yang melimpah ruah. Apalagi SDA tersebut dikelola oleh negara asing? Bagaimana jika suatu saat SDA-nya habis atau harganya jatuh dalam waktu yang cukup lama?

Pembangunan SDM seperti yang dilakukan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Negara-negara Eropa, Jepang, Korea Selatan dan RRC ternyata sangat-sangat penting dan harus terus dilakukan.

Dan pembangunan infrastruktur seperti pembangunan kilang penyulingan minyak, bendungan, jalan tol, pelabuhan laut dan bandara bertaraf internasional juga sangat dibutuhkan untuk menarik investor asing.

Indonesia harus kuat dalam kedua hal ini. SDM yang kuat dan infrastruktur yang memadai. Untuk itu pengembangan pendidikan yang berkualitas tinggi dan revolusi mental yang kuat juga mutlak harus terus dilakukan.

Budaya malas masyarakat yang ingin dilayani dengan subsidi dan perilaku korup dari pejabat negara dan swasta juga harus diberantas habis. Seperti RRC yang telah lama menerapkan hukuman mati terhadap para koruptor nampaknya juga harus diterapkan di negeri ini agar negara kita juga maju bahkan lebih maju dari RRC.

Semoga saja suatu saat negara Indonesia menjadi negara maju, yaitu SDA dan SDM-nya menjadi yang paling maju di dunia.

(RS)

***

Sumber:

  1. Ensiklopedia bebas Wikipedia bahasa Indonesia
  2. TribunJateng.com
  3. Kompas.com
  4. Liputan6.com