Secara garis besar, persaingan Drone kdepannya akan sangat ketat. Dan Turki hari ini sudah leading menjadi salah satu negara produsen drone paling mematikan di dunia.
Drone Hawk milik Amerika dijual dipasaran dengan harga sangat tinggi. Di atas 20juta dolar/unit. Sedangkan Drone turki hanya dijual dengan harga 2juta dolar/unit.
Walaupun jauh lebih murah, drone Turki Bayraktar TB2 sudah terbukti ampuh di beberapa Medan perang.
Sedangkan Drone Hawk Amerika belum begitu punya pengalaman tempur langsung di Medan perang. Hanya unggul di atas kertas.
Drone Hawk Amerika pernah dijual ke Korea Selatan puluhan unit. Tapi sayang, setelah dicek oleh pakar drone Korsel, Drone mahal AS ini punya banyak masalah.
Inilah mengapa, negara sekelas Inggris membatalkan membeli drone AS yang super mahal itu. Dan beralih ke drone Turki.
Sekarang sudah 13 negara di dunia yang memesan Drone Turki, itu belum termasuk Malaysia dan Indonesia.
Drone Turki saat ini secara harga punya satu pesaing kuat yaitu Drone wing Loong II punya China.
Dan secara teknis, wing Loong II dengan Bayraktar TB2 juga punya kualitas yang hampir sama dan kedua drone ini sudah punya jam terbang tempur di lapangan saat konflik libya.
Di Libya, Bayraktar TB2 dan wing Loong II saling Head to head dan membunuh satu sama lain. Bayraktar TB2 dipakai oleh pemerintah sah Libya dan wing Loong II dipakai pemberontak Jendral Haftar.
Besar kemungkinannya ke depannya, drone AS ini akan mendapatkan pesaing kuat dari China dan Turki secara global.
Mengingat harga lebih murah dan tidak pakai banyak syarat. Dan spesifikasi yang juga tidak kalah hebat daripada drone Hawk milik AS. Bayraktar TB2 diprediksi akan laris manis di pasaran.
Secara garis besar, persaingan Drone kdepannya akan sangat ketat. Dan Turki hari ini sudah leading menjadi salah satu negara produsen drone paling mematikan di dunia.
Tengku Zulkifli Usman
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews